Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu, Amiruddin saat memberi makan hiu paus dari atas bagang milik nelayan di Teluk Salehh, Sabtu (16/11/2024)
Koranlensapos.com - Teluk Saleh merupakan habitat alam bagi kehidupan aneka jenis ikan dan hewan laut lainnya. Salah satunya adalah hiu paus.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dompu. Amiruddin mengungkapkan di Teluk Saleh terdapat 110 ekor hiu paus.
"Ada 110 ekor hiu paus yang terdata, merupakan populasi terbesar kedua setelah Teluk Cenderawasih di Papua Barat," ungkap Amir.
Disebutnya jumlah tersebut hasil pendataan Lembaga Konservasi Indonesia sejak tahun 2018.
Dikatakan Amir, lokasi habitat hewan bernama latin Rhincodon typus ini menjadi obyek wisata baru bagi Kabupaten Dompu.
"Karena lokasi teluk Saleh berada di 2 kabupaten yaitu Sumbawa dan Dompu. Yang duluan berkembang wisata hiu paus adalah daerah Labuan Jambu Sumbawa," ungkapnya.
Pada Sabtu (16/11/2024) lalu, Kadis bersama rombongan berkunjung ke bagang milik nelayan yang memberi makan hiu paus itu.
Amir menyebutkan untuk menuju lokasi ini hanya ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dari Pantai Hodo menggunakan speedboat atau perahu nelayan.
Uniknya, satwa laut yang bertubuh panjang hingga mencapai 18 meter dan berbobot sampai 34 ton ini sangat jinak sehingga mudah berinteraksi dengan manusia.
"Bila ingin mencoba bisa berenang bareng dengan ikan raksasa yang dilindungi ini," ujarnya.
Totol-totol putih pada tubuhnya menjadi keunikan tersendiri bagi satwa laut ini.
Dikutip dari artikel tulisan Agnes F. Yonatan yang dipublikasikan goodstats.id pada 4 September 2024 lalu, Hiu paus merupakan spesies ikan terbesar di dunia. Dengan panjangnya yang mencapai 18 meter, hiu paus memiliki siklus hidup yang lama. Hal inilah yang membuat spesies ini rentan terhadap ancaman-ancaman luar yang mengakibatkan kepunahan. Populasi hiu paus di Indonesia saat ini mencapai 472 ekor.
Sekilas Tentang Hiu Paus
Meski disebut hiu paus, spesies ini sejatinya merupakan hiu yang memiliki beberapa kemiripan dengan paus. Hiu paus jantan lebih sering ditemukan dibanding betina, namun spesies betina disebut-sebut dapat tumbuh jauh lebih besar ketimbang spesies jantan.
Hiu paus sudah ada sejak 240 hingga 260 juta tahun yang lalu, namun baru ditemukan pada tahun 1820-an di lepas pantai Afrika Selatan. Hiu paus biasanya berenang di kedalaman dangkal, namun bisa juga ditemukan di perairan dengan kedalaman 3.000 kaki. Hal inilah yang membuat hiu paus sangat mudah ditangkap. Kebanyakan hiu paus diambil daging dan siripnya. Akibat perburuan ini, populasi hiu paus bahkan mengalami penurunan 50%.
Saat ini, hiu paus telah masuk jajaran spesies yang terancam punah. Dosen Perikanan dan Kelautan Universitas Mataram Mahardika Rizqi Himawan menyebutkan bahwa banyak hiu paus yang ditemukan terluka di perairan Indonesia akibat menabrak bagian dari kayu. Luka di bagian mulutnya juga disebabkan karena tidak sengaja mengunyah jaring nelayan.
“Yang paling sering terkena propeller kapal nelayan dan kapal wisata," tuturnya, mengutip Mongabay.
Populasi Hiu Paus di Indonesia
Saat ini, Konservasi Indonesia (KI) mencatat terdapat 472 ekor hiu paus di Indonesia. Populasi hiu paus tersebut tersebar di 5 lokasi berbeda.
Secara rinci, 153 ekor hiu paus ditemukan di Teluk Cendrawasih di Papua Barat. Selanjutnya, 110 ekor tercatat tinggal di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat, 80 ekor di Talisayan, Kalimantan Timur, 76 ekor di Kaimana, Papua Barat, dan 53 ekor di Gorontalo.
Keberadaan hiu paus perlu untuk terus dilestarikan. Menurut Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia Iqbal Herwata, keberadaan hiu paus ini dapat turut membantu masyarakat dalam aktivitas kesehariannya.
"Konservasi hiu paus tidak hanya melindungi ekosistem tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat lokal dan daerah," tuturnya.
Indonesia merupakan satu dari segelintir negara yang menjadi habitat dari satwa laut satu ini. Beberapa negara seperti Filipina masih melakukan perdagangan hiu paus, yang membuat populasinya terus menurun.
Hiu paus biasanya memakan ikan, cumi-cumi, hingga plankton. Tanpa adanya hiu paus, maka pertumbuhan plankton tidak dapat dikendalikan, yang turut mendorong pertumbuhan alga. Alga dapat meracuni hewan dan tumbuhan dalam air, bahkan menyebabkan beberapa penyakit bagi manusia seperti kerusakan saraf, hati, masalah pernapasan, iritasi kulit, hingga kematian.
Dengan kesadaran bersama akan pentingnya peran hiu paus dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat lokal, pelestarian hiu paus niscaya dapat terus ditingkatkan dan populasi hiu paus di Indonesia bisa terus terjaga. (emo).