Penyuluhan tentang kesehatan jiwa ibu dan anak yang digelar Persit KCK Cabang XXVIII Kodim 1614/Dompu, Kamis (12/9/2024)
Koranlensapos.com - Menyambut HUT TNI ke-79 tahun 2024, Persit KCK Cabang XXVIII Kodim 1614/Dompu menggelar kegiatan penyuluhan bertema "Kesehatan Jiwa Ibu dan Anak". Kegiatan itu berlangsung di Ruang Data Makodim 1614/Dompu, Kamis (12/9/2024).
Tampil sebagai narasumber yakni Psikolog Najwah Naely, S. Psi., M. Psi. Sedangkan peserta kegiatan para ibu pengurus dan anggota Persit Ranting seluruh Koramil di bawah Kodim 1614/Dompu yang berjumlah sekitar 80 orang.
Ketua Persit KCK Cabang XXVIII Kodim 1614/Dompu, Ny. Astrini Dewi Anindita menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
Dikemukakan Ketua Persit bahwa menjadi istri prajurit TNI berhadapan dengan tugas dan tanggung jawab. Selain mendampingi suami dalam menjalankan tugas, juga mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak di rumah. Belum lagi bagi kaum ibu yang menjadi ASN maupun pegawai swasta lainnya. Tentunya akan lebih banyak lagi kesibukan dan kerepotannya.
Menghadapi berbagai peran, tugas dan tanggung jawab yang begitu banyak, kadang-kadang menyebabkan kelelahan bagi baik secara fisik maupun pikiran.
Hal itulah yang mendorong Persit KCK Cabang Dompu untuk menghelat kegiatan pendidikan anggota bertajuk kesehatan jiwa ibu dan anak tersebut.
"Kesehatan jiwa bagi ibu dan anak sangat penting untuk mendapatkan perhatian. Kalau salah penanganannya nanti imbasnya pada kejiwaan," ujarnya.
Diakuinya di era digital ini banyak pengetahuan mengenai psikologi yang bisa diakses dan dipelajari. Namun demikian tidak semua memiliki pengetahuan tentang digital.
"Itulah sebabnya kami ingin mendengar langsung dari psikolog bagaimana kami menyikapi peran kami sebagai seorang perempuan dengan berbagai tuntutan yang diberikan kepada kami tapi kami juga tetap bisa menjadi ibu dan istri yang bahagia yang tetap bisa hadir di tengah-tengah keluarga," urainya.
Disebutnya rumah tangga yang bahagia itu bukan berarti tidak punya masalah.
"Siapapun pasti ada ujian dari Allah SWT, bahkan bagi seorang Rasul saja diuji dengan kesedihan dan kesulitan," ucapnya.
Ketua Persit meyakinkan ditimpa kesulitan itu bukan semata karena lemahnya iman dan tipisnya kesabaran, tetapi merupakan cara Allah SWT untuk menguji kesabaran seseorang agar kuat menghadapi gelombang kehidupan. Menurutnya setiap masalah yang dihadapi mengandung hikmah, maka harus diatasi dengan ketegaran dan kebesaran jiwa.
Ketua Persit juga menekankan untuk selalu mengingat Allah agar hati menjadi tenang.
Psikolog Najwah Naely dalam paparannya menjelaskan gangguan emosi dan perilaku pada anak dan remaja telah menjadi fokus kesehatan global di dunia karena mereka dikaitkan dengan gangguan fungsional, paparan stigma dan diskriminasi, dan bahkan potensi kematian.
"Data epidemiologi global menyatakan 12-13% anak dan remaja menderita gangguan jiwa," ujarnya.
Dikatakannya masalah emosi dan perilaku yang tidak teratasi akan berdampak negatif bagi perkembangan anak, khususnya pada kepribadian, gangguan emosi dan perilaku berisiko tinggi. Gangguan emosi dan perilaku adalah suatu kondisi di mana perilaku dan emosi anak sangat berbeda dengan perilaku dan emosi anak-anak lain dengan usia dan latar belakang yang sama, yang dapat menyebabkan penurunan interaksi dan hubungan sosial,
"Harapan kita sebagai ibu, agar anak kita bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menjadi orang dewasa yang sehat secara fisik, mental, sosial dan emosional," ulasnya.
Diterangkan Najwah, anak-anak yang sehat secara mental dapat mengendalikan emosi mereka sendiri dan mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial mereka.
Dipaparkan Najwah, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko masalah mental dan emosional pada anak, antara lain faktor individu, keluarga, peristiwa kehidupan, sosial, dan faktor sekolah.
"Masalah emosi dan perilaku anak tidak lepas dari peran keluarga karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak dan berperan penting dalam perkembangan mental anak," jelasnya.
Najwah menambahkan penelitian menunjukkan bahwa stres psikologis lebih sering dialami ibu dibandingkan ayah.
"Stres psikologis yang dialami ibu akan memengaruhi tanggung jawab orang tua dalam mengasuh anaknya karena parenting stress akan menimbulkan masalah pada tumbuh kembang anak," urainya.
Dilanjutkannya, kondisi ibu dengan tekanan psikologis yang memiliki anak berusia SD akan berpengaruh pada kejiwaan anak. Karena pada usia ini merupakan pengalaman sekolah pertama anak yang menentukan keberhasilan atau kegagalan di masa depan.
"Jika orang tua tidak dapat mengontrol emosi yang dirasakannya maka akan memengaruhi proses emosional dan mental anak," bebernya.
Najwah menguraikan pengasuhan anak bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan berdampak pada perkembangan anak dalam bersikap di dalam lingkungan sosialnya.
"Prinsip dasarnya adalah menghargai anak agar tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab," imbuhnya.
Najwah juga mengulas penyuluhan kesehatan terhadap Ibu dan Anak sangat penting dalam Kehidupan berumah tangga supaya bisa mengasuh anak dengan baik dengan cara menjaga dan memberi Pola Makan yang sehat dan agar menghindari tekanan terhadap anak baik Fisik maupun mental sehingga tumbuh kembang dengan baik.
"Diharapkan bagi Ibu-ibu agar menjaga memberikan pujian apabila anak mendapatkan keberhasilan dan tidak membanding- bandingkan dengan anak yang lain," pungkasnya. (emo).