Tanggapan Tentang Tulisan Suherman Ahmad Tentang Hari Jadi Dompu Perlu Direvisi Atau Tidak?

Kategori Berita

.

Tanggapan Tentang Tulisan Suherman Ahmad Tentang Hari Jadi Dompu Perlu Direvisi Atau Tidak?

Koran lensa pos
Jumat, 19 April 2024


Oleh : Adiansyah Dompu 

Dalam buku DOU DOMPOE yang saya tulis pertengahan tahun 2023 lalu, salah satu Bab yang memantik diskusi adalah tentang momentum Hari Jadi Dompu. 

Salah satu tulisan keren yang menanggapi buku tersebut adalah dari saudara saya Suherman Ahmad yang sering saya sapa dengan sebutan akrab 'Pak Mantan.' 
( Tuliskan tersebut bisa dibaca di link berikut:
https://www.koranlensapos.com/2024/04/hari-jadi-dompu-tak-perlu-digugat.html )

Momentum yang secara Historis Tervalidasi yang saya tulis di buku DOU DOMPOE sebenarnya bukan pada saat SANG KULA Mendarat di Dompu, atau bukan ketika LA BATA NAE diangkat sebagai Sultan Dompu, atau bukan saat SUMPAH PALAPA diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada. 

Momentum peristiwa-peristiwa yang saya tulis dalam buku DOU DOMPOE tersebut, jika dikaitkan dengan Penentuan Hari Jadi Dompu, adalah momentum peristiwa yang pernah dijadikan landasan di masa lalu oleh para sesepuh Dompu dalam penentuan Hari Jadi Dompu. Tetapi karena tanggal kejadian peristiwa tersebut tidak tervalidasi dalam catatan-catatan Kuno manapun, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu tidak menjadikannya sebagai momentum penentuan Hari Jadi Dompu. Sehingga dicarilah pendapat ilmiah yang bisa dijadikan rujukan, seperti pada umumnya sudah kita tahu bahwa pendapat Ayahanda Prof Helius Syamsuddin yang menjadikan Hari pertama Meletusnya Gunung Tambora sebagai Momentum paling tepat dalam menentukan hari Jadi Dompu saat itu karena itulah satu-satunya pendapat yang ilmiah dan bisa divalidasi karena tercatat dalam beberapa catatan kuno di masa lalu. 

Saya juga memegang teguh prinsip tersebut. Bahwa sejarah haruslah didasari oleh catatan, sehingga saya tidak menjadikan momentum-momentum tersebut sebagai Titik poin dalam Timeline sejarah Dompu untuk menentukan Hari Jadi Kabupaten Dompu. 

Yang saya tulis di buku saya adalah tentang titik-titik di timeline sejarah Dompu berupa CATATAN kuno yang paling tua menulis tentang Dompu. Sekali lagi Catatan, bukan Peristiwa.

Dalam Buku DOU DOMPOE pada pembahasan tentang Manuskrip Kuno yang menulis tentang Dompu, saya memberikan pandangan tentang beberapa titik point penting dalam Timeline Sejarah Dompu. 

Sekali lagi, yang saya tulis dalam Buku DOU DOMPOE, khusus terkait hari Jadi Dompu, bukanlah tentang KEJADIAN tetapi tentang CATATAN dari Manuskrip Kuno di mana Nama DOMPU pertama kali ditulis dan di era paling tua, dimana kalau kita bicara CATATAN, itulah sumber sejarah tertinggi yang bisa kita gunakan...

Itulah alasan kenapa saya menulis bahwa beberapa titik dalam alur waktu sejarah Dompu yang bisa kita ambil adalah dari CATATAN atau MANUSKRIP kuno, di mana catatan yang tertua adalah beberapa catatan dari Hindia Belanda yang menulis tentang Dompu. 
(Selengkapnya bisa dibaca di Buku DOU DOMPOE)

Beberapa poin dalam tulisan  Bang Suherman Ahmad di atas sangat saya apresiasi. Tetapi pandangan beliau dalam menginterpretasikan Buku DOU DOMPOE terkait Momentum Hari Jadi Dompu jika ditinjau dari Titik Alur Waktu atau Timeline Sejarah Dompu sebenarnya tidak mewakili pandangan saya bahwa Titik sejarah yang saya tulis adalah KAPAN nama DOMPU DICATAT, bukan KEJADIAN seperti yang Bang Suherman tulis tentang titik PERISTIWA dalam timeline sejarah Dompu.

Dalam Buku DOU DOMPOE, PERISTIWA atau KEJADIAN Sejarah Dompu saya bagi menjadi 2 bagian, yaitu
1. KEJADIAN yang merupakan LEGENDA; dan 
2. KEJADIAN yang merupakan Catatan SEJARAH dari versi Legenda tadi. 

Tidak lupa, saya juga menulis dalam Buku DOU DOMPOE tentang Urgensi dari Perubahan Hari Jadi Dompu: 

Pertama, Apakah kita akan merubahnya dengan risiko terbuangnya energi dan muncul perpecahan yang mendalam bagi masyarakat kita sama ketika dulu ketika ada proses penentuan hari Jadi Dompu. 

Atau Kedua, apakah kita tetap dengan kesepakatan saat ini bahwa Momentum Terjadinya Letusan Pertama Gunung Tambora tahun 1815 merupakan tonggak hari jadi Dompu. 

Keduanya baik. Hanya saja suara-suara yang menginginkan Hari Jadi Dompu ditinjau ulang harus kita akomodir, tidak boleh diabaikan. 

Bukankah Ayahanda Prof Helius Syamsuddin juga membuka peluang jika di kemudian hari ditemukan data yang baru, hari jadi Dompu bisa didiskusikan kembali? 

Terima kasih atas diskusi yang sangat indah ini, Pak Mantan...

Salam dari Lereng Merapi,
19 April 2024, 18:00 WIB