Petani Harus Keluar dari Ketergantungan Terhadap Pupuk Anorganik

Kategori Berita

.

Petani Harus Keluar dari Ketergantungan Terhadap Pupuk Anorganik

Koran lensa pos
Minggu, 14 Januari 2024

Khaerul Rizal, PPL Desa Saneo di tempat ia berbudidaya melon di BPP Woja Kabupaten Dompu


Dompu, koranlensapos.com - Pengalaman dari tahun ke tahun membuat petani di Kabupaten Dompu semakin profesional dalam menggeluti usaha pertanian komoditas jagung.

Hal itu diungkapkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Saneo.Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, Khaerul Rizal dalam penyuluhan secara online yang dilakukannya di WAG Lakeynews, Sabtu (13/1/2024).

Kendati.demikian, lanjutnya petani masih membutuhkan arahan dan penyuluhan untuk
membantu menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang masih dihadapi. 

Menurut pemantauannya di lapangan, petani Dompu memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap pupuk anorganik, utamanya pupuk bersubsidi baik Urea. Padahal kuota pupuk ini terbatas.

"Petani harus mengubah kebiasaan yang memiliki  ketergantungan tinggi terhadap pupuk anorganik terutama yang subsidi. Petani harus bisa keluar dari ketergantungan (terhadap pupuk anorganik) itu," jelasnya.

Menurutnya penggunaan pupuk organik cair merupakan salah satu solusi agar tidak terlalu banyak menggunakan pupuk anorganik.


Dilanjutkan Khaerul, berdasarkan pengamatannya juga, petani di Dompu terlalu over dalam penggunaan pupuk urea. Padahal pemakaian pupuk urea secara berlebihan dapat mengakibatkan tanaman mudah terserang hama penyakit. 

"Batang menjadi kurang kokoh sehingga tanaman juga gampang roboh," urainya.

Dalam paparan sebelumnya, Khaerul Rizal menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni keturunan (benih). Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan. Untuk terpenuhinya lingkungan  yang baik, lanjutnya, maka harus tersedia ruang udara dan sinar matahari yang cukup dengan jarak tanam yang sesuai. 

Penggunaan pupuk merupakan salah satu faktor eksternal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 

Dikatakannya, selain bibit, suhu dan kelembapan, kondisi tanah (struktur tanah) sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang subur memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Nutrisi penting seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) harus tersedia dalam jumlah yang memadai. 

Tanah yang subur juga ditandai dengan keberadaan bahan organik yang melimpah. Bahan organik seperti humus memainkan peran penting dalam meningkatkan kesuburan tanah. 

Kondisi lingkungan tumbuh media tanam (tanah) yang kurang subur perlu disiasati dengan pemupukan dalam dosis dan takaran yang tepat. Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan unsur hara bagi tanaman. Agar hara dapat diserap secara baik oleh tanaman juga diperlukan bantuan mikroorganisme dalam tanah. 

"Itulah kenapa perlunya pupuk organik untuk memperbaiki kondisi tanah secara kimiawi maupun fisika," terangnya.


Dikemukakannya pula, pemupukan berlebihan juga tidak bagus bagi tanah maupun tanaman. Maka sesuaikan dengan keinginan varietas itu sendiri atau karateristik benih/bibit. Untuk mengetahui hal itu, petani harus membaca petunjuk yang ada dalam label benih.


Khaerul Rizal menyinggung pula mengenai keterbatasan kuota pupuk bersubsidi dari pemerintah. Menghadapi kondisi demikian, petani juga harus arif menyikapinya. Untuk menutupi kekurangan pupuk bersubsidi, maka petani harus membeli pupuk nonsubsidi agar unsur hara yang dibutuhkan tanaman bisa terpenuhi.

"Pupuk nonsubsidi menjadi bagian dari solusi buat petani, mengingat kuota subsidi terbatas. Kekurangannya itulah diharapkan dari nonsubsidi sehingga tanaman bisa memenuhi unsur hara yang dibutuhkan," urainya.

Menurutnya pengecer tidak perlu 'memaksa' untuk menjual secara paketan, namun harus memberikan pemahaman yang benar pada petani sehingga mau membeli yg nonsubsidi. (emo).