Ketua LKPASI NTB, Bung Fudin
Dompu, koranlensapos.com - Perambahan hutan untuk dijadikan areal penanaman jagung di Kabupaten Dompu ini hampir merata di berbagai wilayah. Tentu saja hal itu berdampak pada persoalan lingkungan. Kerusakan hutan yang serius tidak bisa dielakkan. Hujan dengan intensitas sedang dalam waktu yang tidak terlalu lama pun bisa menimbulkan banjir yang melanda pemukiman warga dan lahan-lahan pertanian.
Di sisi lain dampak kekeringan dan krisis air benar-benar dirasakan di musim kemarau.
Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu melalui dinas terkait maupun lembaga-lembaga pemerhati lingkungan tidak tinggal diam melihat kondisi kerusakan hutan yang terlihat nyata di depan mata itu. Karena itu upaya penanaman pohon terus gencar dilakukan di mana-mana dengan harapan agar fungsi hutan bisa kembali normal sebagai penyedia mata air dan oksigen serta akar-akar tanaman bisa menyerap dan menahan air hujan. Meskipun hasilnya baru bisa dirasakan bertahun-tahun kemudian. Itupun kalau bisa dirawat dan tumbuh dengan baik hingga besar.
Ketua Lembaga Komunikasi Pemangku Adat Seluruh Indonesia (LKPASI) Provinsi NTB, Bung Fudin angkat bicara terkait persoalan reboisasi yang sudah berlangsung sejak bertahun-tahun sebelumnya.
"Dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya melakukan penanaman di areal-areal yang sudah dikelola (oleh masyarakat) kan tidak membuahkan hasil," ujarnya.
Ia menyebut penyebab kegagalan program reboisasi selama ini karena belum melibatkan secara maksimal para petani yang telah menduduki lokasi-lokasi di kawasan hutan. Menurutnya petani hutan harus dirangkul agar bersama-sama berjalan beriringan dalam mendukung program penghijauan. Menjauhi petani apalagi mengusirnya keluar dari hutan yang telah diduduki dinilainya bukanlah cara yang tepat untuk mewujudkan konsep hutan lestari rakyat sejahtera.
"Mereka (petani hutan) yang sudah terlanjur menduduki wilayah hutan perlu dibina dan diedukasi bagaimana mengelola lahan dengan cara yang baik ," imbuhnya.
Berdasarkan pengalaman dan keyakinan petani, lanjutnya, tanaman jagung bila tumpang sari dengan tanaman lain hasilnya tidak maksimal. Hal itulah yang menjadi penyebab kegagalan program penghijauan dan reboisasi selama ini. Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah agar terus memberikan pembinaan dan edukasi kepada para petani yang sudah terlanjur merambah kawasan hutan agar mengetahui manfaat di balik program penghijauan itu demi keberlangsungan kehidupan di masa mendatamg.
Ia mengemukakan perlu adanya regulasi untuk mengatur pemetaan lokasi yang berbeda untuk penghijauan dan lokasi untuk penanaman jagung. Pemetaan lokasi dimaksudkan agar tidak terjadi penanaman tumpang sari yang selama ini kerap dinilai sebagai penyebab kegagalan program penghijauan. (emo).