Umpama ada tetapi harganya melambung tinggi.
Seorang ibu penjual nasi kuning di Kelurahan Dorotangga menyebut harganya sebotol besar ukuran 1,5 liter mencapai Rp. 35.000. Padahal selama ini hanya Rp. 10.000.
"Kemarin harganya masih 30 ribu sekarang sudah naik lagi 35 ribu," keluhnya sambil melayani pembeli.
Ia mengatakan meski harga mitan melonjak tinggi, dirinya tetap membeli karena untuk keperluan memasak di rumah dan keberlanjutan usahanya.
"Mau bagaimana lagi walaupun mahal tetap dibeli," ujarnya.
Ia berharap pemerintah mengambil langkah untuk mengatasi persoalan langka dan mahalnya minyak tanah ini.
Selain ibu penjual nasi kuning di Dorotangga ini, tidak sedikit juga warga yang mengeluhkan persoalan ini dan curhat di medsos semisal facebook.
"Kami mau menggunakan LPG masih takut-takut sedangkan minyak tanah mahal," ungkap sejumlah warga.
Untuk mengatasi langka dan mahalnya minyak tanah ini tidak sedikit juga warga yang beralih menggunakan kayu bakar. (AMIN).