Rudi Purtomo memperlihatkan wadah dari gorong-gorong yang digunakan sebagai media bioflok peternakan lele dumbo |
Dompu, Lensa Pos NTB - Rudi Purtomo, warga Desa Lepadi Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu NTB telah sukses menjadi seorang pengusaha sanitasi dengan program paket pembuatan closet, gorong-gorong sekaligus pembuatan/pemasangan jamban.
Meski demikian, Ketua Forum Pengusaha Sanitasi (For-PaS) Dompu yang familiar disapa Mas Pur ini terus berinovasi untuk mengembangkan usahanya. Selain itu melalui inovasi-inovasinya, pria yang kini menjabat sebagai Kepala Seksi Sosial Budaya (Kasi Sosbud) di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPM-PD) Kabupaten Dompu ini menginginkan masyarakat bisa mengembangkan diri melakukan langkah-langkah inovatif dan kreatif.
Ia ingin pemuda-pemuda Dompu bahkan di NTB ini mengembangkan potensi diri dengan memanfaatkan apa saja yang ada di sekitarnya tanpa harus membutuhkan modak besar.
Salah satu inovasi yang telah dilakukannya adalah dengan pemanfaatan gorong-gorong.
Selama ini Mas Pur memang membuat gorong-gorong untuk melayani pesanan pembuatan paket jambanisasi. Ia menyerap tenaga kerja dari kalangan tak mampu dan dilatih khusus agar terampil untuk membuat gorong-gorong.
Ide-ide brilian bermunculan dalam benaknya untuk memanfaatkan gorong-gorong selain untuk septic tank.
Ia memulai memanfaatkan gorong-gorong sebagai wadah penyimpanan air.
Sehingga di samping rumahnya sampai ke halaman belakang ia rancang gorong-gorong sebagai wadah air.
Air yang ditampungnya dalam wadah-wadah itu digunakan lagi untuk kebutuhan pembuatan gorong-gorong dan batako.
Bahkan wadah air dari gorong-gorong di depan rumahnya dipasangi kran dan dijadikan tempat berwudhu.
Peternakan lele Rudi Purtomo dengan menggunakan gorong-gorong |
Dari usaha sampingan beternak lele ini ia juga mendapatkan keuntungan yang lumayan untuk menambah income.
"Lumayan 1 kilo harganya 50 ribu," ujarnya sembari menyebar pakan ke dalam kolam yang langsung dicaplok oleh ratusan ekor lele yang berukuran rata-rata sekitar 3 ons lebih itu. Namun ia menyayangkan di Balai Benih Ikan (BBI) Selaparang tidak menyediakan bibit ikan lele untuk keberlanjutan usaha sampingannya itu.
'Saya mau pesan di Lingsar (Lombok Barat) karena di BBI tidak ada benih ikan lele," katanya.
Gorong-gorong sebagai wadah sampah |
Selain itu, gorong-gorong juga ia manfaatkan untuk wadah tempat pembakaran sampah. Gorong-gorong untuk tempat sampah itu tidak ditaruh begitu saja di atas tanah tetapi menggunakan alas dari besi yang diberi lubang di bawahnya sebagai tempat sirkulasi udara dan tempat keluarnya debu pembakaran sampah.
"Kalau langsung ditaruh begitu saja sampahnya kemudian dibakar, gorong-gorong itu bisa pecah," ujarnya.
Masih tentang gorong-gorong. Di salah satu sudut di belakang rumahnya, Mas Pur juga memanfaatkan gorong-gorong sebagai alas tandon air. Ada 3 buah gorong-gorong yang disusun untuk dijadikannya alas tandon berkapasitas 1.100 liter air.
"Saya tidak perlu menggunakan rangka baja untuk tempat tandon air tapi cukup menggunakan 3 gorong-gorong saja," jelasnya.
Gorong-gorong alas tandon air |
Rudi Purtomo dengan inovasi barunya juga memanfaatkan gorong-gorong di sawah sebagai wadah penampungan air hujan saat musim hujan mendatang.
Di salah satu sudut sawah miliknya yang kering di musim kemarau panjang ini ia gali sumur dengan diameter seukuran gorong-gorong dan kedalaman 7,5 meter. Lalu ia menyusun 17 buah gorong-gorong ke dalam sumur tersebut.
"Dari 17 gorong-gorong itu 15 masuk ke dalam sumur dan 2 gorong-gorong di atas permukaan tanah," jelasnya.
Menurutnya pada saat musim penghujan, air akan tertampung dalam sumur buatannya itu sehingga di musim kemarau air tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyirami tanaman pertanian.
"Dari air itu nanti kita bisa menanam meskipun musim kemarau karena kita punya persediaan air," ujar pria inovatif plus kreatif ini.
Gorong-gorong dirancang menjadi wadah air untuk berwudhu dan mencuci |
Kembali ia menegaskan dengan pemanfaatan gorong-gorong sebagaimana yang ia lakukan, sangat efektif dan efisien. Efektif dari segi pemanfaatannya dan efisien dari segi anggarannya.
Dengan menggunakan gorong-gorong sebagai wadah air, maka tidak perlu lagi membuat bak air yang harganya mahal.
Dengan pemanfaatan gorong-gorong sebagai bioflok peternakan lele, di samping dapat menghemat pengeluaran rumah tangga untuk pembelian lauk-pauk, juga dapat memperoleh tambahan income dengan pemanfaatan pekarangan rumah untuk peternakan lele, selain menambah gizi keluarga.
Di lokasi-lokasi pariwisata sangat tepat untuk pemanfaatan gorong-gorong sebagai wadah pembakaran sampah yang aman.
"Jangan salahkan orang buang sampah sembarangan bila kita tidak menyiapkan tempat sampah. Walaupun sudah ada tempat sampah harus juga terus disosialisasikan," terangnya.
Demikian pula di perumahan warga, penggunaan gorong-gorong sebagai tempat sampah jauh lebih efektif dan efisien.
Pemanfaatan gorong-gorong untuk dijadikan alas tandon juga sangat menghemat biaya. Demikian pula untuk pembuatan sumur di sawah-sawah untuk mengantisipasi kekeringan di musim kemarau. (AMIN).