Kondisi hutan Dompu |
Dompu, Lensa Pos NTB - Hutan Dompu saat ini benar-benar dalam kondisi sekarat. Aksi pembabatan hutan untuk penanaman jagung terjadi di hampir seluruh bagian wilayah hutan yang ada di 8 kecamatan di Bumi Nggahi Rawi Pahu ini.
Gunung-gunung yang dulu masih banyak ditumbuhi pepohonan besar yang berfungsi sebagai penyimpan mata air dan pelindung dari banjir kini sudah bersih untuk dijadikan areal penanaman jagung oleh masyarakat. Gunung dan bukit bukan hanya di bagian lereng yang dibabati oleh masyarakat bahkan hingga ke puncaknya.
Tak ayal lagi, kekeringan terjadi di mana-mana. Masyarakat dengan sepeda motor atau menggunakan mobil pick up membawa jirigen mendatangi sumber-sumber air yang masih ada untuk kebutuhan rumah tangga.
Aksi pembakaran hutan terjadi di mana-mana.
"Dompu dan hutanku yang dulu hijau kini yang tertinggal bangkai jagung yang berserakan dan memicu kepanasan yang amat dahsyat," ungkap Supriadin, tokoh muda dari Desa Karamabura Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu.
"Dulu Dompu itu hijau karena pemerintah tegas melarang untuk menebang pohon walaupun hanya satu pohon sekarang ini sepertinya masyarakat begitu bebas membabat semua pohon di hutan. Mana tutupan negara itu ?," sorot Faruk, warga Desa Matua yang sudah berdomisili di Kota Bima.
Ungkapan keprihatinan juga dilontarkan seorang wanita pegiat LSM, Siti Aisyah Ekawati. Ia terkejut melihat pemandangan baru pembukaan lahan di Jalan H. Abubakar Ahmad yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang tidak peduli dengan kelestarian alam. Padahal selama ini gunung tersebut sangat dijaga kelestariannya karena sebagai penyedia sumber air bagi masyarakat.
"Di jalan Ompu beko bukit/gunung yang masih tersisa kini mulai dirambah dan dibakar. Tolonglah ada perhatian pemerintah Wilayah yang terdekat dari kota ini sebelum semuanya ludes oleh tangan-tanga yang tak bertanggung jawab.
Herannya mobil para pejabat sering lewat jalan itu ko' nggak ada tindakan sedikitpun bahkan terkesan ada pembiaran untuk dilakukan pengerusakan," ucapnya masygul.
Ia menyebut di sekitar wilayah kolam renang Madaprama daerah pariwisata itupun telah ada pematokan dan dipagari.
"Bukankah itu areal milik negara ?Mohon daerah yang masih tersisa ini menjadi perhatian khusus karena masyarakat kebanyakan saat ini sudah mulai membeli air untuk kebutuhan sehari-hari layaknya membeli minyak tanah," ujarnya.
Kekhawatiran terhadap ulah maayarakat yang tidak terbendung lagi dalam membabat hutan juga disampaikan oleh M. Iksan, SP, Kepala Resort Panca dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Toffo Pajo Madapangga Rompu Waworada (TPMRW).
"Papan-papan pengumuman larangan menebang pohon di kawasan hutan tidak diindahkan oleh masyarakat," ucapnya.
Ia mengatakan sosialisasi langsung kepada masyarakat agar tidak merusak kawasan hutan hanya dianggap angin lalu oleh masyarakat. Bahkan ketika turun ke lokasi untuk melarang masyarakat justru mendapatkan perlawanan dari masyarakat.
"Kami sudah berusaha dengan berbagai cara untuk membangun kesadaran masyarakat tetapi diabaikan saja," keluhnya. (AMIN).