Ir. Muhammad Ruslan |
Keinginan itu didorong oleh semangat untuk membangun Bumi Nggahi Rawi Pahu sebagai tanah kelahirannya ini menjadi lebih baik dan lebih maju lagi.
Politik gagasan, itulah yang akan dikedepankan oleh putra kelima mantan Bupati Dompu pada periode 1984-1989 H. Moh. Yackub MT dan Hj. Imo Nasirdin ini. Ia ingin memberikan pendidikan politik kepada masyarakat melalui gagasan-gagasan yang inovatif dan akseleratif untuk membangun daerah ini.
"Masyarakat harus diberikan pemahaman tentang demokrasi yang sesungguhnya. Pendidikan politik kepada masyarakat harus lebih mengedepankan politik gagasan ketimbang politik uang," tandasnya.
Dikatakannya sebagai seorang calon Kepala Daerah yang berkeinginan untuk membangun daerah yang lebih baik lagi, ia menawarkan visi yang one step ahead (satu langkah ke depan) yang inovatif dan akseleratif. Konsep itu telah tertuang dalam jargon "Dompu JUARA" (Maju, Sejahtera, Religius, dan Adil). Konsep inilah yang selalu digaungkannya kepada masyarakat Dompu saat acara silaturrahim yang telah dijalaninya hampir 3 tahun ini sebagai bagian dari pendidikan politik gagasan kepada masyarakat.
Tokoh yang familiar disapa Dae Olan ini mengemukakan untuk mewujudkan Dompu yang "JUARA", maka program-program pembangunan ditekankan pada peningkatan ekonomi masyarakat, tanpa mengabaikan pembangunan yang bersifat non materi yaitu mental, karakter dan aspek spiritual.
Salah satu gagasan yang ditawarkannya untuk pembangunan mental spiritual ini adalah Program "Dompu Mengaji" bahwa setiap desa dan kelurahan harus menghasilkan Hafiddz Qur'an.
"Ini bukan sekonyong-konyong. Saya sudah berdialog dengan para hafidz Qur'an di Dompu dan diskusi berkali-kali. Saya menawarkan apakah ide ini realistis ? Jawabannya sangat realistis kita hanya butuh pemerintah hadir untuk persoalan ini. Tidak butuh anggaran yang besar," tuturnya.
Untuk mewujudkan program "Dompu Mengaji" yang bisa menghasilkan para hafidz dan hafidzah Al-Qur'an, maka TPQ harus benar-benar diberdayakan, Guru Ngaji harus mendapatkan perhatian, dan harus diberikan bea siswa bagi anak-anak yang ingin memperdalam ilmu Al-Qur'an.
Hasil diskusi intens dengan para hafidz Qur'an juga memberikan keyakinan kepadanya bahwa anak-anak yang menempuh pendidikan di sekolah umum saja bisa menjadi hafifz Qur'an dalam waktu 2-3 tahun.
"Itu menjadi sesuatu yang realistis menurut saya. Jargon Dompu "JUARA" itu ada aspek religiusnya. Mudah-mudahan jargon Dompu "JUARA" ini mengena di hati," ujarnya.
Aspek keadilan juga harus menempati posisi yang penting. Bahwasanya seluruh lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama untuk menikmati pembangunan ini. Seluruh anggota masyarakat memiliki hak yang sama dalam menerima pelayanan publik dan mempunyai hak yang sama di mata hukum.
Dikatakannya bila dirinya mendapatkan amanah dari masyarakat untuk memimpin Bumi Nggahi Rawi Pahu ini, maka ia akan memprioritaskan pembangunan mulai dari desa.
"Mengapa desa ? Karena sebagian besar penduduk Dompu ada di desa, 72 desa dan 9 kelurahan," ujarnya.
Alasan lain juga karena sektor-sektor penyumbang pendapatan domestik bruto terbesar ada di pedesaan khususnya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang masih mendominasi sekitar 56%. Sedangkan sektor jasa hanya sekitar 19%.
"Untuk itu desa harus benar-benar dipersiapkan dan didukung untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi," tandasnya.
Dilanjutkan pria kelahiran Dompu, 4 Agustus 1967 ini untuk menampung masyarakat usia produktif yang belum memperoleh pekerjaan yang layak, maka harus dibuka lapangan kerja baru di sektor industri.
"Kita hanya 7,11 % menyerap angkatan kerja, sangat minim. Padahal peluang kita untuk menghadirkan industri kecil sangat terbuka untuk mengolah potensi-potensi yang ada di sektor pertanian ini," tuturnya.
Disebutnya industri kecil untuk mengolah hasil pertanian harus dihadirkan sebagai bagian dari inovasi untuk penyerapan tenaga kerja dan membuka ruang peningkatan ekonomi masyarakat di perdesaan.
Dilanjutnya program jagung ini sudah 10 tahun lebih sudah saatnya dihadirkan industri pengolahan. Sehingga tidak hanya memproduksi jagung dan dijual keluar tapi harus ada industri pengolahan agar jagung tidak diekspor berupa pipil saja tetapi diolah agar punya nilai. Dengan banyaknya produksi jagung ini setidak-tidaknya harga harus dipertahankan dengan pengolahan.
Berbicara tentang desa, selain perihal pembangunan dan penataan infrastruktur, juga harus menyentuh terhadap pemberdayaan petani dan nelayan serta peningkatan sumber daya aparatur desa.
"Apalagi ke depan pemerintahan Jokowi perhatiannya lebih banyak memberi ruang kepada pemerintah desa sebagai aktor utama dalam pembangunan," paparnya.
Menurutnya dana desa harus menjadi stimulan kebangkitan ekonomi desa. Karena itu dibutuhkan keseriusan untuk menyiapkan kapasitas pemerintah desa.
"Desa harus benar-benar disiapkan dengan 4 pendekatan, yaitu pengembangan potensi ekonomi lokal, pemberdayaan masyarakat, sarana prasarana, dan penguatan kelembagaan," ucapnya.
Bagaimana jagung ?
Menurutnya jagung tidak mungkin dihentikan. Tetapi ada hal-hal yang kurang tepat seiring dengan pengembangan jagung perlu dibenahi. Dicontohkan oleh sosok yang pernah menjadi karyawan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung dan pernah bekerja di Bank Dunia (World Bank) dan juga pernah menjadi Tenaga Ahli di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal ini salah satu hal yang perlu dibenahi dalam program jagung adalah tentang tata niaga pupuk.
"Tata niaga pupuk harus dibenari dulu. Pemerintah harus hadir mengatasi persoalan ini. Fakta di lapangan yang menanam jagung ada yang merasa untung, ada yang mengatakan hanya kembali modal bahkan ada yang mengatakan rugi. Salah satu persoalan penting adalah masalah pupuk.
Karenanya tata niaga distribusi pupuk harus dibenahi," tuturnya.
Persoalan hutan juga tak luput dari perhatiannya. Program jagung tetap jalan, tetapi hutan juga harus tetap lestari. Karena hutan adalah penyedia dan penyimpan mata air. Hutan adalah sumber kehidupan. Karena itu, masyarakat harus diedukasi agar memiliki kesadaran memelihara hutan demi keberlangsungan kehidupan bagi anak cucu di masa mendatang.
"Masyarakat tetap bisa menanam jagung dan diberikan pemahaman untuk sambil menanam tanaman yang bisa dimanfaatkan buahnya dan memelihara tanaman itu sampai bisa dinikmati hasilnya," terangnya.
Persoalan budaya juga menjadi perhatian serius Dae Olan. Menurutnya budaya Dou Dompu harus terpateri dalam jiwa generasi muda Dompu saat ini untuk menangkal masuknya budaya-budaya dari luar yang negatif.
"Hari ini kita sedang dihadapkan dengan modernisasi dan globalisasi. Serbuan nilai-nilai barat menyerang kita dan ironinya kita tidak punya pertahanan. Sehingga narkoba begitu gampang masuk. Karena kita sudah tidak punya 'kuda-kuda' untuk menangkalnya.
Kuda-kuda adalah pertahanan nilai-nilai budaya kita yang lemah, apalagi anak-anak muda kita," paparnya. Karena itu, Dae Olan memiliki konsep Pelestarian dan Revitalisasi Budaya dengan 5 (lima) pendekatan, yakni penguatan lembaga adat, seni dan budaya; penelitian dan penerbitan buku-buku sejarah dan budaya Dompu; kurikukum dan muatan lokal tentang sejarah dan budaya Dompu; pembangunan museum dan graha budaya; serta promosi seni dan budaya Dompu.
"Budaya bukan hanya soal pertunjukan atau atraksi tetapi nilai. Tapi nilai ini diawali dengan lebih mengenal dulu atraksi-atraksi seninya dan baru terjadi penggalian nilai-nilai," ulasnya.
Lebih lanjut disebutnya Dompu darurat narkoba, untuk mengatasinya memang harus mendapatkan perhatian dari banyak aspek.
Ijtihad saya aspek yang tak kalah penting adalah menanamkan nilai-nilai budaya kita kepada generasi muda. Bila nilai-nilai budaya ini dimiliki, mereka memiliki daya tahan untuk menangkal dari narkoba dan sejenisnya. Atau setidak-tidaknya akan bisa mengurangi dampak," bebernya.
Peranan lembaga-lembaga adat perlu lebih diperkuat. Sanggar-sanggar seni dan budaya harus terus dihidupkan
Demikian juga kurikulum muatan lokal tentang sejarah dan budaya perlu mendapat perhatian karena cukup efektif membina dan mengajarkan dari tingkat yang paling dasar. Anak-anak sejak di sekolah dasar bisa belajar sejarah tentang Dompu dan bisa belajar tentang nilai-nilai budaya kita termasuk pilar-pilar kepemimpinan yang tertuang dalam "Nggusu Waru".
Nilai-nilai itu juga harus diajarkan kepada anak-anak. Yang paling efektif adalah kurikulum muatan lokal. Meskipun kewenangan ini ada di provinsi tapi pemerintah daerah harus lebih agresif untuk mendorong.
Dilanjutnya pemerintah harus memberi ruang untuk penelitian dan penerbitan buku-buku sejarah dan budaya Dompu. Sejarah kita luar biasa tapi kenapa literatur sangat terbatas ? Kita masih kesulitan mencari sejarah daerah kita. Karena ituharus diterbitkan buku-buku yang memperkenalkan tradisi dan budaya kita. Para siswa, mahasiswa, tokoh-tokoh muda perlu diberi ruang untuk mengembangkan kemampuan literasi dengan menulis buku tentang sejarah dan budaya Dompu.
"Contohnya budaya Kareku Kandei bisa dibuat satu buku khusus," paparnya.
Dae Olan juga mengaitkan persoalan budaya ini dengan pengembangan pariwisata yang disebutnya dengan "Paket Wisata Terintegrasi", yakni pengembangan wisata alam terpadu dengan wisata budaya.
Dengan adanya Paket Wisata Terintegrasi ini wisatawan tidak hanya mengunjungi satu titik pariwisata. Misalnya wisatawan mau ke Lakey bisa singgah di Kandai I di sana dibangun Kampung Budaya.
"Pendekatan desa wisata adalah salah satu upaya strategis pengembangan Paket Wisata Terintegrasi ini," pungkasnya. (AMIN)