Nasrin Menjadi Tukang Sapu di Kota Makassar
Nasrin H. Muchtar, sosok yang sederhana dan bersahaja |
Makassar - Sulawesi Selatan menjadi kota tujuan perantauan bagi Nasrin. Remaja asal Desa Malaju Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu NTB tersebut kala itu masih berusia 16 tahun tepatnya pada tahun 1988.
Dia mencoba mengadu peruntungan di kota besar tersebut. Ia berjalan ke sana ke mari di kota itu untuk mencari pekerjaan. Lapar dan dahaga sudah biasa ia rasakan sehari-hari.
Walhasil akhirnya ia bisa bekerja sebagai tukang sapu alias cleaning service di Kantor CV. Indra Jaya Utama dengan gaji Rp. 12. 500 per bulan. Pekerjaan itu sebenarnya tidak menyenangkan baginya. Tetapi tiada jalan lain. Ia harus bekerja agar bisa bertahan hidup di perantauan itu. Meski dengan upah kecil, ia akhirnya berusaha mencintai profesi itu dan melakoninya dengan hati riang. Ia meyakini bahwa itu adalah bagian dari takdir hidup yang harus dijalani dengan sabar. Ia tidak mau berputus asa kendati harus menjalani profesi yang dianggap banyak orang sebagai pekerjaan rendahan itu. Selama 3 (tiga) bulan lamanya ia melakoni profesi itu.
"Di situ saya belajar tentang kesabaran, ketabahan, kedisplinan, kejujuran dan bersyukur atas ujian dan CEMOOHAN," ungkapnya.
Waktu terus berputar. Nasrin beralih profesi sebagai sales penjual jamu produksi CV. Indra Jaya Utama tempat ia bekerja sebelumnya sebagai cleaning service. Perusahaan tersebut berkantor pusat di Surabaya dan telah membuka cabang di Kota Makassar. Ia berkeliling keluar masuk kampung-kampung dan desa-desa di Makassar untuk menawarkan produk tersebut.
Singkat cerita, dari pengalaman menjalani profesi sebagai sales ini, kinerjanya dinilai sangat baik sehingga akhirnya dipercaya sebagai leader, lalu naik menjadi supervisor, Kepala Cabang, Kepala Pemasaran hingga sampai pada posisi tertinggi sebagai Wakil Direktur dan ditempatkan di Surabaya.
"Tahun 1992 saya menduduki jabatan tertinggi sebagai wakil direktur pada usia masih 20 tahun," ucapnya.
Rupanya menduduki jabatan sebagai Wakil Direktur ini belum membuatnya puas. Ia ingin keluar dari zona nyaman tersebut untuk menggeluti dunia usaha sendiri.
Akhirnya dengan tekad bulat ia mengundurkan diri dari perusahaan tersebut dan hijrah ke Pulau Lombok. Dengan berbekal pemgalamannya di Makassar, Nasrin muda mendirikan sebuah perusahaan jamu tradisional yang diberinya nama "Tri Utami Jaya" dan ia sebagai Direktur perusahaan itu.
(Apakah setelah menjadi seorang Direktur di perusahaan miliknya sendiri, Nasrin serta merta meraih kesuksesan ? Ikuti edisi selanjutnya)