Nasrin Memulai Usaha dengan Minus Lima
Tekad Nasrin untuk memiliki usaha sendiri sudah bulat. Padahal saat itu di usianya yang masih 20 tahun ia telah menduduki jabatan sebagai seorang wakil Direktur sebuah perusahaan besar. Hanya sekitar setahun lamanya ia menempati kursi empuk sebagai seorang petinggi di perusahaan itu. Akhirnya pada tahun 1993 ia mengundurkan diri dari jabatan itu dan hijrah ke Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Nasrin H. Mukhtar |
Tekad Nasrin untuk memiliki usaha sendiri sudah bulat. Padahal saat itu di usianya yang masih 20 tahun ia telah menduduki jabatan sebagai seorang wakil Direktur sebuah perusahaan besar. Hanya sekitar setahun lamanya ia menempati kursi empuk sebagai seorang petinggi di perusahaan itu. Akhirnya pada tahun 1993 ia mengundurkan diri dari jabatan itu dan hijrah ke Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Meskipun Kota Mataram di Pulau Lombok adalah kota provinsi asal kelahirannya, tetapi daerah ini masih asing baginya. Di tempat yang baru ini ia mendirikan sebuah perusahaan jamu yang dinamainya "Tri Utami Jaya". Di pulau seribu masjid inilah ia mempersunting gadis tambatan hatinya, Sri Utami asal Tulung Agung Jawa Timur.
Apa modal yang dimilikinya saat mendirikan usaha ini ?
"Saya membuka usaha "Tri Utami Jaya" dengan modal minus 5," ucapnya pada acara Youtube "NGOPI BOS" (Ngobrol Pintar Bersama Orang Sukses) baru-baru ini.
Ia menerangkan satu persatu tentang minus lima itu.
Pertama, Nasrin tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi, karena ia hanya tamatan SMP.
"Biasanya seorang direktur perusahaan itu berlatar belakang pendidikan tinggi tapi saya hanya tamatan SMP," ujarnya.
Kedua, banyak orang membuka usaha dengan hal-hal yang banyak digemari orang. Tetapi ia memulai usaha dengan bahan baku yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis.
"Saya menggunakan bahan-bahan yang oleh masyarakat dianggap tidak memiliki nilai ekonomis seperti akar alang-alang, daun sirih, meniran dan hari ini daun kelor yang hanya dijadikan sayur bening," ulasnya.
Ketiga, Nasrin mengatakan modal awal usahanya sangatlah minus. Hanya Rp. 1,5 juta.
"Yang 1 juta untuk mengontrak rumah dan 500 ribu untuk biaya produksi," tuturnya.
Keempat, ia menyebut saat itu dirinya baru pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Lombok. Tanpa ditemani saudara, kerabat, teman, dan tidak tahu budaya dan tradisi masyarakat Sasak.
Kelima, Nasrin mengatakan saat memulai usaha tersebut tidak punya pengetahuan khusus di bidang enterpreneur.
Namun bukan Nasrin namanya kalau hanya berdiam diri dan pasrah dengan keadaan. Ia memutar otak untuk melakukan langkah perubahan dari minus 5 itu menjadi plus 5.
Langkah perubahan pertama yang ia lakukan adalah tentang pendidikannya. Ia mengikuti ujian pendidikan kesetaraan Paket C. Setelah itu ia melanjutkan ke pendidikan tinggi Strata Satu (S1) dan selanjutnya ke pendidikan Pasca Sarjana (S2).
"Yang perlu digarisbawahi bahwa saya mendapatkan semua ijazah itu tidak dari biaya orang tua," ujarnya memotivasi generasi muda agar berpacu meraih impian.
Yang amat membahagiakan lagi baginya, berkat usaha jamu yang menggunakan bahan baku yang tak bernilai ekonomis ini Nasrin bisa membiayai kedua orang tuanya untuk melaksanakan Ibadah Haji ke Tanah Suci Makkah.
Setapak demi setapak produksi jamu "Tri Utami Jaya" semakin berkembang dan mengalami peningkatan. Akhirnya sang direktur muda ini bergabung dengan beberapa organisasi. Misalnya Gabungan Pengusaha Jamu NTB, Pemuda Pengusaha NTB, Komunitas Tangan Di Atas, dan beberapa organisasi lainnya.
"Awalnya saya tidak mengenal siapa-siapa lalu saya diberi kepercayaan oleh teman-teman untuk memangku posisi-posisi sangat strategis di organisasi," tuturnya.
Menurutnya dengan banyak bergelut di berbagai organisasi maka akan memperluas jaringan bisnis dan semakin dikenal.
Untuk minus kelima juga telah berbalik 180 derajat. Dari tidak punya pengalaman sama sekali di bidang enterpreneurship (kewiraswastaan) menjadi seorang pakar di bidang itu.
"Dulu saya tidak punya pengetahuan tentang enterpreneur tapi sekarang saya bisa berbagi pengalaman di kampus-kampus, maupun sesama enterpreneur tentang bagaimana membangun jiwa enterpreneur itu," ucapnya sembari berpesan agar kaum muda menjalani apa yang menjadi profesi dengan kesabaran, penuh disiplin, jujur, tabah dan sungguh-sungguh "Setiap CEMOOHAN dijadikan pemicu untuk maju dan berkembang," kata mantan tukang sapu yang berhasil menduduki tahta sebagai wakil direktur ini.
(Bagaimanakah lika-liku perjuangan sang direktur muda ini ? Ikuti edisi selanjutnya)