![]() |
Kepala Kantor Kemenag Dompu |
Dikatakannya bulan suci Ramadhan memberikan banyak hikmah dan mengajarkan nilai-nilai pendidikan bagi orang yang beriman. Selama sebulan itu mukmin melatih dirinya untuk sholat taraweh secara berjamaah di masjid, membiasakan diri bangun di waktu malam untuk bermunajat kepada Allah, menahan hawa nafsu, membiasakan diri untuk berbagi serta mengajarkan kehidupan dalam kebersamaan dengan meninggalkan ucapan maupun perbuatan yang mengarah pada dosa dan permusuhan."Maka hendaknya latihan-latihan di bulan Ramadhan itu kita pertahankan terus di dalam bulan Syawal ini dan di bulan-bulan seterusnya," lanjutnya.
Sebaliknya, H. Syamsul mengingatkan dengan sebuah kalimat kiasan agar jangan sampai kaum mukminin yang telah merajut pakaian taqwa (libaasuttaqwa) lantas menguraikannya kembali sehingga tenunan pakaian taqwa itu mengalami kerusakan laksana seorang perempuan yang dikisahkan oleh Allah SWT dalam Surah An-Nahl ayat 92. Perempuan itu telah bersusah payah menenun selembar kain lantas menguraikannya kembali sehingga hanya memperoleh kesia-siaan belaka.
"Di bulan Ramadhan kita sudah teruji sehingga menjadi pribadi yang muttaqiin (taqwa) jangan sampai pakaian taqwa itu lepas gara-gara hal sepele," wejangnya. Dicontohkan Kakan Kemenag Dompu ini terkait pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan digelar Rabu, 27 Juni ini. Gara-gara berbeda pilihan menjadikan sesama anak bangsa berselisih. "Mari kita menjaga nilai-nilai perbedaan untuk memperkokoh dan memperkuat persatuan dan kesatuan di tengah-tengah masyarakat. Jangan sampai karena berbeda pilihan lalu terjadi perpecahan dan permusuhan," ujarnya. Menurutnya bulan Ramadhan telah mengajarkan kepada kaum muslimin untuk menghargai perbedaan. "Ada yang taraweh 11 rakaat dengan witir, ada juga yang 23 rakaat. Itu adalah perbedaan tetapi tidak ada masalah," tuturnya.
Ramadhan telah melatih pribadi mukmin menjadi tazkiyatunnafsi (pribadi yang suci) atau qalbunnaqiyyun (hati yang suci). Maka kesucian tersebut hendaknya tetap dipelihara dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. "Hendaknya di antara kita tetap saling akur. Hilangkan rasa benci dan permusuhan. Hilangkan prasangka buruk (su'udzon) kepada saudara yang lain justru kita tumbuhkan sikap husnudzon atau prasangka baik," pungkasnya. (LP.NTB/ EMO DOMPU)