
Dompu, koranlensapos.com - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Dompu menggelar Lokakarya Literasi Digital. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Layanan Kepustakaan DPKD Dompu pada Selasa (26/8/2025) itu mengangkat tema "Merajut Kearifan Lokal, Membangun Generasi Cakap Digital.
Acara tersebut dibuka Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Dompu, Ir. Wahidin, M. Si. Sedangkan Narasumber yakni Dwi Erza ZSD, S. IP., M. Si (Sekretaris Dinas Kominfo Kabupaten Dompu) dan Hasrawati, ST., M. Pd (Guru SMKN 2 Dompu sekaligus Dosen STKIP YAPIS Dompu).
Kadis dalam sambutannya
mengemukakan di masa kini, literasi digital menjadi sebuah keniscayaan. Kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan menciptakan informasi dalam berbagai format digital adalah kunci untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di masa depan. "Literasi digital bukan hanya tentang menguasai teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat menggunakan teknologi tersebut secara bijak, produktif, dan bertanggung jawab, serta tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal yang kita miliki," paparnya.
Dilanjutkan Wahidin, Kabupaten Dompu, dengan segala potensi dan kekayaan budayanya, memiliki peran penting dalam membangun generasi yang cakap digital. Melalui lokakarya ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan literasi digital masyarakat, khususnya generasi muda, agar mereka mampu bersaing di kancah global tanpa melupakan akar budaya dan kearifan lokal yang menjadi identitas kita.
"Kami dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Dompu berkomitmen penuh untuk terus mendukung upaya peningkatan literasi di berbagai bidang, termasuk literasi digital. Kami percaya, dengan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak, kita dapat mewujudkan masyarakat Dompu yang cerdas, inovatif, dan berdaya saing," ucapnya.
Narsum Dwi Erza dalam paparan materinya menerangkan internet sudah internet sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia maka tidak mengherankan jika pengguna internet di dunia ini mencapai 5,56 miliar dari total populasi 8,2 miliar manusia. Pemakai internet di Indonesia saja tahun 2025 ini sejumlah 221 juta jiwa atau 79,5% dari jumlah penduduk (data UNICEF). Sedangkan platform pengguna terbanyak di Indonesia yaitu WhatsApp YouTube Facebook Tik Tok dan Instagram.
Tidak dapat dipungkiri masifnya penggunaan media sosial ibarat pisau. Satu sisi membawa nilai positif, tetapi di sisi lain bernilai negatif.
"Semua itu tergantung penggunanya," kata Erza.
Lebih lanjut Erza menjelaskan ada empat pilar literasi digital yaitu keterampilan digital (digital skill), budaya digital (digital culture) etika digital (digital ethics) dan keamanan digital (digital safety).
Kemampuan digital yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai perangkat dan aplikasi digital termasuk mencari informasi berkomunikasi dan berinteraksi secara online. Sedangkan budaya digital yaitu pemahaman dan penerapan nilai-nilai luhur, kebhinekaan dan wawasan kebangsaan dalam berinteraksi di dunia digital. Etika digital artinya kesadaran dan penerapan perilaku yang bertanggung jawab dan beretika saat menggunakan teknologi digital termasuk menghindari ujaran kebencian dan penyebaran informasi palsu. Adapun keamanan digital yaitu kemampuan untuk melindungi diri dan data pribadi dari ancaman siber seperti penipuan online, pencurian identitas dan malware.
"Memahami dan menguasai keempat pilar ini penting untuk menjadi individu yang cakap aman dan bertanggung jawab dalam ekosistem digital yang semakin kompleks," urainya.
Secara spesifik Erza menerangkan tentang etika digital. Hal ini mencakup tanggung jawab individu dan kelompok terhadap informasi yang dihasilkan disebarkan dan diakses melalui platform digital.
Kenapa perlu beretika digital?
"Dengan etika digital, individu dapat menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan bijaksana sehingga menciptakan lingkungan digital yang aman dan nyaman (internet positif," jelasnya.
Mantan Sekretaris Dinas Dikpora ini menjelaskan etika digital juga harus dibarengi dengan sikap empati, yakni kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain dalam berinteraksi di dunia maya.
"Karena komunikasi digital tidak menyertakan ekspresi wajah/tubuh sehingga kesalahpahaman lebih mudah terjadi. Maka empati digital mencegah konflik dan meningkatkan kualitas interaksi," tuturnya.
Erza menyebutkan beberapa contoh perilaku empati di ruang digital. Misalnya tidak menghakimi, memberi dukungan saat seseorang curhat, menghindari komentar negatif, menggunakan bahasa yang sopan seperti mengucapkan terima kasih dan maaf, menghargai perbedaan pendapat, menghormati privasi orang lain, tidak menyebar hoaks atau konten negatif serta melindungi data pribadi orang lain.
"Dengan memiliki Etika dan Empati, maka akan melahirkan Budaya Digital yang Positif, Komunikasi jadi sehat, rasa aman meningkat, komunitas digital menjadi inklusif (sikap yang memahami sudut pandang orang lain)," sebutnya
Hasrawati pada kesempatan itu menyampaikam materi berjudul "Pemanfaatan Digitalisasi dalam Era Kontemporer". Dikatakannya,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat digitalisasi menjadi kebutuhan mendasar.
"Di era revolusi industri 4.0 ini, digitalisasi mempercepat, mempermudah dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai aktivitas manusia," urainya.
Ia melanjutkan tidak mengherankan jika digitalisasi dimanfaatkan di berbagai bidang. Mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan bisnis, imdustri dan ketenagakerjaan, pemerintahan, sosial busaya, transportasi, pertanian, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di balik itu, pemanfaatan digitalisasi juga menghadapi beberapa tantangan.
Pertama, kesenjangan digital;
Kedua, Literasi Digital yang Rendah;
Ketiga, Keamanan Data dan Privasi;
Keempat, Ketergantungan Teknologi;
Kelima, Perubahan Pola Kerja dan Lapangan Pekerjaan;
Keenam, Biaya Infrastruktur dan Akses Teknolog;
Ketujuh, Aspek Hukum dan Regulasi; dan
Kedelapan, Masalah Sosial-Budaya.
"Jadi, meskipun digitalisasi membawa banyak manfaat, tantangan-tantangan tersebut perlu diatasi melalui literasi digital, kebijakan pemerintah, inovasi teknologi yang inklusif, serta kesadaran masyarakat agar pemanfaatannya benar-benar memberi dampak positif," pesannya.
Pada kesempatan itu, Hasrawati juga menguraikan secara detail pengoperasian dan pengaplikasian perangkat Artificial Intelligence (AI) bagi guru.
Untuk diketahui, kegiatan Lokakarya Literasi Digital ini diikuti 50 peserta yang didominasi oleh para guru. Kegiatan itu dipandu moderator Ade Adriani,S. Pd. (emo).