Koranlensapos.com - Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah pola hidup yang mengutamakan kebersihan tubuh maupun lingkungan sekitar.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Omiyati Fatimah menjelaskan PHBS memiliki makna yang sangat luas. Bukan hanya berkutat pada kebersihan 5 tatanan yakni rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum, melainkan mencakup banyak hal. Termasuk untuk mencegah dan menghindari diri dari penularan HIV (Human Immunodeficienci Virus) yang merusak kekebalan tubuh juga harus membiasakan pola hidup yang bersih dan sehat.
Dikatakannya penularan HIV didominasi kasus bergonta ganti pasangan. Gonta ganti pasangan merupakan perilaku yang tidak bersih sekaligus tidak sehat.
"Sedangkan setia terhadap pasangan adalah perilaku hidup bersih dan sehat," ucapnya saat diwawancarai koranlensapos.com di ruang kerjanya kemarin.
Kadis menegaskan upaya-upaya pencegahan terhadap penularan virus HIV ini sangat penting dilakukan. Sebab virus ini belum ditemukan obatnya hingga kini. Dengan kata lain, virus ini akan terus berada dalam tubuh penderita selamanya sampai ia meninggal dunia. Sementara pemberian obat Anti Retro Viral (ARV) bukan untuk menyembuhkan HIV tetapi dapat menekan jumlah virus dalam tubuh penderita, memperpanjang harapan hidup dan memperlambat atau menghentikan gejala agar penderita tidak sampai pada tahap AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). AIDS adalah tahap akhir dari infeksi penyakit HIV, dimana sistem kekebalan tubuh telah rusak parah sehingga tidak lagi mampu melawan infeksi atau penyakit tertentu.
"Makanya obat harus diminum terus tidak boleh putus sehari pun," jelasnya.
Pada saat yang sama, Kabid Kabid P2P (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit), Hj. Maria Ulfa mengungkapkan sejak tahun 2021 hingga pertengahan Maret 2025, positif HIV di Kabupaten Dompu sebanyak 102 kasus.
"Termasuk kasus yang baru ditemukan mulai Januari sampai pertengahan Maret 2025 ini ada 6 kasus. Yang 4 sudah mulai melakukan pengobatan sedangkan yang 2 belum mulai berobat," ungkapnya.
Kabid P2P menjelaskan 13 kasus yang disampaikan pihak RSUD Dompu beberapa hari lalu kemungkinan termasuk di antaranya pasien lama yang baru datang melakukan pengambilan obat.
"Yang kami ketahui mulai Januari sampai pertengahan Maret ini ada 6 kasus," sebutnya.
Dari 102 kasus positif HIV, sebutnya 15 di antaranya telah meninggal dunia. Dengan demikian yang masih ada saat ini masih 87 orang positif HIV.
Dijelaskannya jumlah 102 kasus HIV di atas hasil pendataan mulai tahun 2021 setelah RSUD Dompu memiliki layanan PDP (Perawatan dan Dukungan Pengobatan) HIV.
"Sebelum rumah sakit kita memiliki layanan PDP HIV, penderita HIV di Dompu mengambil obat di Bima yang sudah memiliki PDP terlebih dahulu bahkan sampai sekarang ada yang masih mengambil obat di Bima," sebutnya.
Obat yang dikonsumsi penderita HIV bernama Anti Retro Viral (ARV) yang bertujuan untuk mempertahankan imun sehingga virus tersebut tidak merusak sistem kekebalan tubuh.
Maria Ulfa menyebut penderita HIV di Dompu didominasi kaum pria. Sebagian kecil kaum wanita.
"Ada yang suami istri positif HIV ada anak-anak juga yang kena dari ibunya," ungkapnya pula.
Sementara mengenai identitas penderita HIV, tetap dirahasiakan. Para penderita HIV tetap bisa hidup normal sebagaimana masyarakat lainnya asalkan tetap rutin mengonsumsi obat setiap hari. Penderita HIV tidak boleh dikucilkan dengan dalih takut tertular.
"Masyarakat harus paham mengenai hal ini. Penularan virus HIV itu tidak seperti Covid. Bersentuhan atau bersalaman atau bergantian sabun mandi tidak bisa lantas menularkan virus HIV," ujarnya.
Dikemukakannya virus HIV dapat tertular melalui hubungan seksual atau pemakaian jarum suntik secara bergantian. Pemakaian jarum suntik secara bergantian ini berkemungkinan dilakukan oleh para penyalahguna narkotika. Sedangkan di pelayanan kesehatan saat ini, penggunaan jarum suntik hanya untuk satu pasien.
Kalau suami terjangkit HIV, sedangkan istrinya tidak, bagaimana cara berhubungan seksualnya ?
"Caranya dengan memakai kondom," jawabnya.
Lebih lanjut diterangkan Kabid, penularan virus HIV ini ibarat fenomena gunung es. Kemungkinan masih ada yang belum terdeteksi dan teridentifikasi. Karena itu, pihak Puskesmas-Puskesmas terus melakukan upaya skrining terhadap kelompok-kelompok rentan. Skrining ini merupakan identifikasi dini penyakit berdasarkan serangkaian tes dan pemeriksaan.
"Skrining awal dilakukan di Puskesmas, sedangkan diagnosa akhirnya di Rumah Sakit. Jadi yang menentukan itu positif atau tidak itu ada di rumah sakit," bebernya.
Skrining dan identifikasi terus dilakukan, juga untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan.
"Kalau banyak penderita HIV yang teridentifikasi, jangan dianggap kami tidak bekerja. Justru itu adalah hasil kerja keras terutama di Puskesmas-Puskesmas dalam mengungkap kasus ini sehingga dapat mengurangi risiko penularan yang lebih luas lagi dan supaya dapat diberikan obat secara rutin," pungkas Kadiskes Omiyati Fatimah. (emo).