“Manusia Sadonggo-Donggo Lalona Dou Binatang Mpoi ee, Puee” dalam Kajian Linguistik

Kategori Berita

.

“Manusia Sadonggo-Donggo Lalona Dou Binatang Mpoi ee, Puee” dalam Kajian Linguistik

Koran lensa pos
Senin, 22 Mei 2023
Ismail Bin Ilyas, M.A*


Dalam kajian morfologi (salah satu cabang dari ilmu linguistik), kata “sadonggo-donggo” berasal dari kata “Donggo” yang bermakna nama suatu tempat atau suku di Bima. Kata “Donggo” dikategorikan sebagai kata benda (noun) yang mengalami proses reduplikasi (Reduplication) menjadi “Donggo-donggo” dan penambahan awalan (Prefix) “sa-“ menjadi “Sadonggo-donggo”. Kata “Sadonggo-donggo dikategorikan sebagai kata sifat (adjective) yang sama pembentukannya seperti:

- Santika-ntika lalona 
- Sangau-ngau lalona 
- Sanaraka-naraka lalona
- Sabalanda-balanda lalona 
- Sapki-pki lalona 

Dalam komunikasi masyarakat Dompu-Bima, penambahan kata baru yang diambil dari nama kelompok, suku, atau tempat sangat sering terjadi atau dalam kajian Pembentukan katanya (Word formation) biasa disebut Coinage (penambahan kata baru yang diambil dari nama tempat, individu, kelompok, produk, dll). Seperti contoh kalimat 

1. Lamone ede sabalanda-balanda lalona dou 
2. Lamone ede sapki-pki lalona dou. 

Karena kata “sabalanda-balanda” dan kata “sapki-pki” masing-masing berasal dari kata "Belanda" (merujuk pada Negara atau orang Belanda) dan Kata "PKI" (merujuk pada Partai Komunis Indonesia), dua kalimat tersebut di atas bisa bermakna positif atau negatif sesuai dengan bagaimana pandangan Si Pembicara terhadap sifat orang Belanda dan PKI. 

Tetapi, Dalam konteks orang Bima-Dompu khususnya dan Indonesia umumnya,  makna kata-kata tersebut lebih bermakna negatif seperti: sangat kejam, sadis, keras,  suka menyiksa, suka membunuh, dll. Kenapa? karena keumuman pengetahuan kita tentang sejarah Negara Belanda yang pernah menjajah Negara Indonesia selama 350 tahun dan keterlibatan PKI dalam G30S/PKI. 

Dalam konteks kalimat “Lamone ede sabalanda-balanda lalona dou” dan “Lamone ede sapki-pki lalona dou”, makna sifat negatif yang terkandung dalam kalimat tersebut *BUKAN* ditujukkan kepada Orang Belanda atau PKI karena kata “sabalanda-balanda” dan kata “sapki-pki” dalam kedua kalimat tersebut berfungsi sebagai “Predikat” bukan sebagai subjek, akan tetapi ditujukkan kepada subjek “Lamone ede” atau dalam bahasa Indonesia “Si laki-laki itu”. 

Kembali ke Leptop!. 

Dalam kajian tentang makna , secara umum  terdapat 2 macam makna yaitu (1) makna leksikal (lexical meaning) atau makna yang sesuai dengan kosep yang digambarkan pada kata atau kalimat,; (2) makna kontekstual (contextual meaning) atau makna yang sesuai dengan konteks, baik itu konteks Si Pembicara (speaker) maupun Konteks Pendengar (hearer) atau Penerima Bahasa. 

Secara makna leksikal, kalimat 
“Manusia sadonggo-donggo lalona dou. Binatang mpoi ee, puee” bisa dikaji dalam prespektif sintakasis sebagai berikut:

- Manusia = Subjek atau pelaku yang dibicarakan dalam kalimat. 

- Sadonggo-donggo lalona dou = Predikat yang berbentuk frasa nomina (noun phrase) yang bermakna orang yang memiliki sifat "Sadonggo-donggo"

Karena kata “Sadonggo-donggo” dalam kalimat tersebut diambil dari kata “Donggo”, nama sebuah suku di Bima yang mengalami proses reduplikasi (reduplication) menjadi “Donggo-donggo” dan penambahan awalan (prefix) “sa-“ menjadi “Sadonggo-donggo”. Kata “Sadonggo-donggo dikategorikan sebagai kata sifat (adjective) yang maknanya dalam kalimat tersebut merujuk pada sifat-sifat Orang Donggo. Oleh sebab itu, makna kata “Sadonggo-donggo” bisa bermakna positif atau negatif, tergantung dari si pembuat postingan tersebut. 

Akan tetapi, kalimat tersebut diikuti oleh kalimat cacian atau makian yaitu
 “Binatang mpoiee, pueee” dan emotikon ‘MARAH’ sebagai penjelas bahwa Si Pemosting sedang melontarkan cacian atau makian. 

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata “Sadonggo-donggo” dalam kalimat tersebut JELAS bermakna NEGATIF, bisa bermakna keras, keras kepala, arogan, atau makna-makna negatif lainnya, sesuai dengan pemikiran si pembuat status. 

Dilihat dari makna leksikal, makna negatif yang terkandung dalam kalimat tersebut BUKAN ditujukan secara spesifik kepada Orang Donggo atau Suku Donggo karena kata “Sadonggo-donggo lalona dou” di dalam kalimat tersebut BUKANsebagai subjek atau orang yang dibicarakan tetapi sebagai predikat, yang menerangkan Si Subjek (Manusia).

Manusia (subjek) dalam kalimat ini adalah orang yang menjadi tujuan postingan ini ditujukan. Siapa orangnya? Hanya pemosting yang tahu. 


Dilihat dari makna kontekstual (contextual meaning) yang diterima oleh teman-teman dari Suku Donggo, kata “Donggo” sudah sangat erat kaitannya dengan orang Donggo. Apapun makna yang terkandung di dalamnya secara tidak langsung tetap merefleksikan bagaimana mereka walaupun dalam kalimat tersebut, makna negatif kata “Sadonggo-donggo” tidak secara spesifik ditujukan kepada Suku Donggo.  

Ini kekeliruan pemilihan kata dari Si Pemosting

Sudah saatnya kita meninggalkan pemilihan kata-kata yang merujuk pada individu, kelompok, atau suku-suku tertentu untuk menyampaikan narasi negatif yang ingin kita sampaikan, apalagi menjadikan kata "sadonggo-donggo" untuk menyampaikan makna negatif. 
Sedangkan sejarah telah mencatat bahwa masyarakat Donggo (Suku Donggo) memiliki andil yang besar dalam melawan para kolonial yang ada di tanah Dompu-Bima pada waktu silam. 

*Penulis Dosen Bahasa Inggris di STKIP YAPIS Dompu