Mengapa Perempuan Suka Mengomel ? Ini Ulasan Psikolog Najwah Naelly

Kategori Berita

.

Mengapa Perempuan Suka Mengomel ? Ini Ulasan Psikolog Najwah Naelly

Koran lensa pos
Kamis, 27 Oktober 2022

 

Psikolog DP3A Kabupaten Dompu, Najwah Naelly, S. Psi., M. Psi



Dompu, koranlensapos.com - Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) umumnya karena dipicu oleh omelan sang istri terhadap sang suami. Tidak tahan mendengar omelan, tangan pun melayang. 

Demikian dikatakan oleh Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Dompu, Islamiyah, SH dalam suatu kegiatan Rapat Koordinasi Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak Tingkat Kabupaten Dompu tahun 2022 yang diselenggarakan di Ruang Rapat Wakil Bupati Dompu pada 7 September 2022 lalu.

"Mboto kaina kasus KDRT itu karena wale asa dou siwe sehingga rahi na wati wa'u na tahan ringa," kata Islamiyah dengan bahasa daerah. 

Terjemahan kalimat tersebut banyaknya kasus KDRT disebabkan omelan orang perempuan (istri) sehingga suami tidak tahan mendengarnya. Akhirnya tangan melayang dan berbuntut laporan pihak istri ke kepolisian.

Islamiyah menyebut kesimpulan itu berdasarkan pengalamannya menangani kasus KDRT yang terjadi selama ini.

Mengapa perempuan suka mengomel ?
 
Psikolog dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Dompu, Najwah Naelly, S. Psi., M. Psi mengungkapkan penyebabnya. 

Naelly menyebut perempuan cerewet itu sudah menjadi kodratnya. Berdasarkan penelitian, seorang perempuan dalam sehari mengeluarkan 20 ribu kata. Sedangkan laki-laki hanya 7 ribu kata.

'Perbandingannya jauh sekali antara 7 dan 20," kata Naelly saat menjadi narasumber dalam acara Sosialisasi Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Dompu di Kelurahan Kandai Satu, Rabu (26/10/2022).

Untuk menghabiskan 20 ribu kata per hari itu perempuan harus banyak berbicara. Sedangkan aktivitas perempuan umumnya lebih banyak di rumah. Seabreg pekerjaan rumah tangga harus dilakoni sang istri saat suami pergi bekerja dan anak ke sekolah. 

Setelah suami pulang kerja, sang istri mendapatkan kesempatan untuk menumpahkan 20 ribu kata yang masih disimpan-simpannya dari pagi itu. Padahal di saat itu sang suami sedang kecapaian. Lelah bekerja seharian. 
Akibat mendengar ocehan istrinya, suami pun tidak tahan akhirnya marah dan terkadang tangan pun melayang.

Menurut Naelly, sebenarnya hal semacam ini terjadi karena miskomunikasi antara suami dan istri. Jika keduanya saling memahami maka kasus KDRT tidak akan terjadi.

"Antara suami dan istri harus saling memahami bahwa keduanya berbeda," jelas Naelly.

Sekalipun kodrat wanita itu cerewet, lanjut Naelly, ucapan yang keluar dari mulutnya hendaklah yang berkualitas. 

Bagaimana agar kata-kata yang dikeluarkan istri berkualitas ? 
Naelly menjelaskan sikap pengertian dari suami sangat diperlukan. Bimbingan dan arahan dari suami akan menentukan kualitas kata-kata yang diucapkan oleh istri. (emo).