Mengharukan, Kakek dan Nenek Muallaf Sedang Bangun Masjid, Siapa Mau Beramal Jariyah ?

Kategori Berita

.

Mengharukan, Kakek dan Nenek Muallaf Sedang Bangun Masjid, Siapa Mau Beramal Jariyah ?

Koran lensa pos
Minggu, 07 Agustus 2022

 

Muhammad Ismail di depan masjid Zam - Zam yang sedang dibangunnya

Dompu, koranlensapos.com - Sungguh mengharukan. Sepasang suami istri muallaf saat ini sedang membangun sebuah masjid.  

Sang suami bernama Muhammad Ismail. Usianya 84 tahun. Sedangkan sang istri bernama Nuriyah. Usianya sekitar 70 tahun. Muhammad Ismail kelahiran Karangasem Bali tahun 1938. Sebelum memeluk agama Islam, ia bernama I Made Mantra. Sedangkan sang istri bernama asli Ni Nengah Sri. Setelah menganut Agama Islam tahun 1996 silam, berganti nama menjadi Nuriyah.

Mereka tinggal di sebuah kebun di Dusun Buncu Utara Desa Matua Kecamatan Woja Kabupaten Dompu NTB. Di tengah kebun itulah mereka membangun sebuah masjid. Masjid itu diberi nama Zam - Zam, terinspirasi dari nama mata air suci sumur Zam - Zam yang ada di Kota Makkah.

"Saya empat kali bermimpi naik haji melihat Ka'bah. Dalam mimpi itu saya melihat unta di padang pasir. Karena tidak mampu berangkat haji maka saya bangun masjid saja dengan nama Zam - Zam agar bisa dimanfaatkan orang banyak walaupun saya sudah meninggal," ungkapnya pada suatu saat sembari menyeka air mata yang mengalir di pipinya.

Ismail bercerita bahwa rencana membangun masjid itu sudah cukup lama. Sejak masa kepemimpinan Bupati H. Abubakar Ahmad (Ompu Beko) pada tahun 2000-an. Sang guru spiritualnya yaitu Ustadz H. Israil Amin (almarhum) memotivasi dirinya untuk membangun masjid untuk kelancaran dalam beribadah kepada Allah SWT menunaikan sholat lima waktu. Namun rencana itu baru berhasil diwujudkan tahun 2021 lalu. Saat wabah corona sedang melanda.

"Kalau saya meninggal nanti saya tidak punya apa - apa untuk saya wariskan ke anak cucu, hanya masjid ini saja," ucapnya lirih.

Berbekal hasil tabungan seadanya, Ismail mulai menyewa tukang untuk melakukan pembuatan pondasi. Setelah itu membeli tanah urugan untuk meninggikan bangunan itu. Hasil usaha istrinya sedikit demi sedikit disisihkan untuk membeli semen, batako, pasir, besi, dan untuk menyewa para tukang batu. 

Pria yang memiliki 5 (lima) putra - putri dan belasan cucu ini mengatakan dukungan sang istri sangat luar biasa dalam usaha membangun masjid tersebut. Modal usaha pun dikeluarkan untuk membiayai pembangunan tempat ibadah tersebut. 

Diakuinya terkendala kekurangan biaya, sehingga pembangunan masjid itu menjadi tersendat - sendat. Ketika ada uang segera digunakan untuk membeli bahan - bahan yang dibutuhkan. 


Di tengah perjalanan pembangunan, tidak disangka Camat Woja, Suherman, S. Pt dan Kepala Desa Matua, Syam Firdaus mendatangkan bantuan semen dan pasir sehingga dapat digunakan untuk melanjutkan pembangunan.

"Terima kasih kepada bapak Camat dan Kepala Desa yang sudah membantu semoga menjadi tabungan pahala," doanya.

Saat ini sang kakek dan nenek tersebut menghentikan untuk melanjutkan pembangunan masjid itu. Keterbatasan biaya menjadi kendala utama. Modal usaha sang istri juga kian menipis karena sebagian besar sudah digunakan untuk membiayai kelanjutan pembangunan masjid itu. 

Melihat kondisi demikian, penulis yang kerap menyambangi sang kakek di kediamannya merasa terharu. Seorang kakek dan nenek muallaf berjuang untuk membangun masjid secara swadaya. Berbekal restu darinya, penulis mencoba mengetuk hati para dermawan untuk menyisihkan sedikit rezeki guna disumbangkan dalam pembangunan masjid itu. Walau tidak mengalir laksana air sungai, upaya itu mendatangkan hasil. Beberapa hamba Allah ada yang telah menitipkan sodaqoh jariyahnya untuk pembangunan masjid itu. Dengan meyakini sabda Nabi SAW "Barangsiapa membangun masjid di dunia, maka Allah akan membangunkan rumah di surga", para hamba Allah ini ikhlas untuk menyerahkan bantuan untuk kelanjutan pembangunan masjid ini. Ada juga beberapa dermawan yang menjanjikan akan segera membantu.

Bantuan yang sudah dititipkan kepada penulis sudah diserahkan semuanya secara langsung kepada bapak Muhammad Ismail dan mendoakan semoga semua yang disumbangkan menjadi jariyah di akhirat nanti.

Pembangunan masjid ini belum selesai dan masih membutuhkan biaya. Berapa pun nilai sumbangan dari para dermawan sangat berarti untuk keberlanjutan pembangunan masjid tersebut. Siapa mau menanam jariyah di masjid ini ? (emo).