Perubahan Teknologi Cara Penanaman Komoditas Padi Secara Hidroponik

Kategori Berita

.

Perubahan Teknologi Cara Penanaman Komoditas Padi Secara Hidroponik

Koran lensa pos
Selasa, 22 Juni 2021

Oleh : Dewi Shohibatur R 

                        Dewi Shohibatur R


Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang merupakan produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang sudah diolah maupun belum atau tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pemerintah juga menjamin terwujudnya penyelenggaraan keamanan pangan disetiap rantai pangan secara menyeluruh bagi seluruh masyarakat. 

Peningkatan produksi padi masih merupakan prioritas dalam mendukung program ketahanan pangan dan agribisnis. Produksi padi terus dipacu untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Namun demikian, segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu mendapat gangguan, antara lain seperti bencana alam berupa kekeringan, banjir, serangan hama, dan penyakit. Peningkatan penduduk yang pesat dan membuat lahan pertanian berkurang dan bergeser menjadi lahan permukiman, sebagaimana hal ini sering kita temui terutama di daerah perkotaan dan kota-kota besar di beberapa bagian di Indonesia. Penggunaan pupuk yang tidak rasional dan berimbang merupakan faktor pemicu kerusakan tanah yang berimbas ke produksi padi. Sedangkan rekomendasi pupuk yang berlaku saat ini masih bersifat umum dan belum mempertimbangkan kandungan atau status hara tanah sehingga penggunaan pupuk masih sangat tidak efisien.

Solusi dari permasalahan tersebut hingga saat ini adalah lahan sawah yang tetap menjadi tulang punggung pengadaan produksi padi nasional, namun karena lahan tersebut bergeser menjadi pemukiman maka ditemukan teknologi baru yaitu dengan menanam padi secara hidroponik. Hal ini terkait dengan ketersediaan air, dan infrastruktur yang lebih baik serta pengelolaan media tanaman dan tanaman yang relatif lebih mudah dijangkau atau diawasi, karena teknik ini bisa dilakukan di pekarangan rumah bahkan di tempat yang sempit sekalipun.
Yang pertama yang harus dilakukan untuk menanam padi hidroponik adalah penyiapan unit instalasi hidroponik dengan menggunakan pendekatan jarak tanam 25 x 25 cm. Bisa juga dengan pendekatan sistem tanam legowo dengan mengatur jarak antar paralon. Siapkan paralon ukuran 6 inchi dan rak rangka besi seusai ukuran lahan yang tersedia. Kemudian lubangi paralon dan perkirakan ½ hingga ¾ bagian netpot nantinya bisa tertanam dalam paralon. Disarankan tidak terlalu lebar diameter lubang paralonnya karena ukuran netpot tidak stabil seiring dengan bertambahnya umur dan berat tanaman. 
Yang kedua, Netpot yang digunakan adalah netpot hidroponik diameter 10 cm. Untuk menghemat biaya, netpot dapat juga diganti gelas plastik yang dilubangi dengan kisaran diameter yang sama. Media tanam menggunakan konsep Hidroponik, yakni  sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 serta ijuk kelapa untuk pinggiran netpot guna menopang media supaya tidak larut terbawa air. Yang ketiga, kolam ikan merupakan pemanfaatan bagian bawah dari instalasi hidroponik dan memanfaatkan sirkulasi air pada hidroponik padi sekaligus untuk sirkulasi oksigen untuk ikan. Kolam dibuat dari terpal yang ditopang dari rangka besi. Budidaya ikan yang diintegrasikan dengan padi pada metode ini menggunakan jenis ikan nila merah yang relatif tahan terhadap penggunaan pupuk kimia. Pakan ikan yang diberikan setiap hari secara tidak langsung memberikan tambahan hara untuk tanaman padi. Yang keempat, penanaman yang dapat dilakukan dengan tanam benih langsung maupun pindah tanam dengan bibit yang disemai secara konvensional dengan menggunakan varietas yang cocok untuk kondisi wilayah tempat tinggal. Yang kelima, skema pemberian nutrisi yang diberikan tidak hanya berasal dari pakan ikan namun dengan tetap menambahkan kebutuhan hara makro (N, P, dan K) yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan padi serta aplikasi kapur untuk mengontrol kestabilan pH dalam air. 110 kg/ha N, 36 kg/ha P2O5 dan 60 kg/ha K2O yang dikonversikan per satu luasan unit sistem hidroponik (6 m2) dan diaplikasikan secara bertahap dalam 10 minggu. Pupuk dilarutkan dalam 4800 ml air dan diaplikasikan ke tanaman per minggunya. Keenam , yaitu pemeliharaan sirkulasi air yang harus dinyalakan setiap hari dari pukul 08.00 - 16.00 WIB dan dapat dihentikan menjelang panen. Selain itu, kestabilan pH air dijaga dengan mengaplikasikan 2 karung kapur pertanian dimasukkan ke dalam kolam ikan, satu karung diletakkan dalam kolam dekat pipa outlet dan satu karung dekat pipa inlet. Jika volume air di dalam kolam berkurang, maka dilakukan penambahan air ke dalam kolam. Pada awal pertumbuhan, dilakukan pemeliharaan paralon seminggu sekali dari kotoran yang menempel di dalam pipa. Semakin tua umur tanaman, volume akar semakin besar dan sudah saling mengikat satu dengan yang lain di dalam paralon sehingga paralon akan lebih sukar dibersihkan. Dan yang terakhir yaitu, proses pemanenan yang dilakukan seperti pada umumnya yaitu dengan memotong rumpun di pangkal batang. Setelah tanaman terpanen, akan lebih mudah mengambil sisa tunggul dan akar dalam netpot untuk mempersiapkan musim tanam selanjutnya.
 Oleh karena itu, untuk program peningkatan produksi padi disaat ini lebih diarahkan ke lahan sawah juga lebih diarahkan ke media hidroponik demi memenuhi peningkatan produktifitas padi. Metode pengelolaan untuk padi hidroponik pada dasarnya hanya pengelolaan media tanaman padi, lahan, air, dan organisme pengganggu tumbuhan dan faktor-faktor lainnya dapat diatasi dengan baik jika kita dapat memaksimalkan teknologi yang mulai berkembang ada saat ini. Teknologi tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan atau penggunaan teknologi yang tepat untuk kondisi setempat sehingga dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras serta dapat menjaga kelestarian lingkungan.
Teknologi pertanian juga dapat membantu para petani untuk memproduksi lebih banyak tanaman pangan dengan biaya produksi yang lebih rendah. Dengan membantu petani Indonesia untuk dapat mengakses inovasi seperti penggunaan variasi benih yang lebih baik karena Penggunaan varietas yang unggul dan adaptif terhadap praktek pertanian terpadu akan mengurangi input pupuk kimia dan aktivitas ini tentunya akan mengurangi emisi N2O dari pupuk kimia dengan tetap mempertahankan kualitas produk pertanian. dan produk pelindung tanaman, disertai dengan program penyuluhan edukasi dalam hal memanajemen hama, juga penggunaan pelindung tanaman secara bertanggung jawab akan membantu peningkatan produksi lahan di Indonesia secara bekelanjutan. Dan juga dalam rangka untuk menaikkan tingkat produksi padi di Indonesia pemerintah dan para petani harus saling bantu- membantu satu sama lain agar cita2 ini bisa dicapai dan dirasakan bersama. Apabila kita bercermin pada kisah sukses pembangunan pertanian negara- negara lain semuanya tidak terlepas dan diawali dengan perombakan dan penataan kembali struktur panguasaan tanah yang melalui program reformasi agrarian tentunya dengan dukungan dari pemerintah. Reformasi agraria sendiri mencakup kontribusi tanah kepada petani dan buruh tani, penataan produksi melalui pembangunan infra struktur pertanian, fasilitas permodalan dan teknologi tepat guna, penguatan kelembagaan/organisasi petani dalam bentuk koperasi atau asosiasi petani, dan proteksi terhadap produk-produk pertanian dan fasilitas- fasilitas lainnya. (*Penulis adalah Mahasiswi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang 
NIM (202010210311023).