PERSIL SURGA DI BUMI BERNAMA DOMPU

Kategori Berita

.

PERSIL SURGA DI BUMI BERNAMA DOMPU

Koran lensa pos
Rabu, 14 April 2021

 Oleh : Syafruddin, ST., MT*

                       Syafruddin, ST., MT


 
Dompu, Negeri Sumpah Palapa. Negeri yang mewarnai Nusantara dengan pesonanya yang menawan. Negeri tua yang merepresentasikan keagungan peradaban di timur Indonesia. Negeri yang memiliki budaya dan tradisi adiluhung. 

Dompu yang telah ada jauh sebelum 11 April 1815, menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah Indonesia. Dengan peradaban panjang yang menggambarkan kehidupan masa prasejarah, masa kerajaan dan masa kesultanan.
             Salah satu lanscape keindahan alam Dompu

So Sambana, Doromanto, Situs Nangasia, Wadu Nocu, Situs Dorobata juga peradaban lainnya yg tersebar hampir di seluruh sudut tanah ini, yang menarik perhatian para peneliti Indonesia adalah bukti, bahwa sebuah peradaban besar pernah ada di Dompu. 

Negarakertagama, sebuah naskah kuno yang telah mendapatkan pengakuan dunia dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kebendaan dunia, telah mencatatkan sebuah Negeri Dompo yang ingin ditaklukkan oleh Mahapatih Gajah Mada melalui Sumpah Palapa tahun 1336. 

Lalu tahun 1815, Gunung Tambora meluluhlantakkan semuanya. Menghadirkan kehidupan baru yang lebih baik. Wilayah yang lebih luas. Membentuk lanscape alam maha indah, menghadirkan kesuburan dan kesejahteraan di atasnya. Menjadikan masyarakatnya lebih kuat dalam kebersamaan.


Hingga pada sebuah masa, ada seorang Sultannya yang karena tipu daya licik sang penjajah, mengasingkan dia di negeri Kupang, karena membangkang dan tak mau berkompromi dengan Belanda. Namun prinsip perjuangan dan kepemimpinannya masih terasa hingga kini, adalah kalimat sakti pelecut semangat "EDERA NAHU, SURA DOU LABO DANA RO RASA" 

Dan kini, rentang masa telah melaju,  Dompu telah menggeliat dengan terus melebarkan kepak sayapnya, meluaskan pengaruhnya dan menampilkan pesonanya dalam seluruh sendi kehidupan. Bekerja untuk Indonesia. 

Aku melihat... Ada yang berbeda untuk 11 April tahun ini. Ketika semua harus dibatasi tanpa perayaan yang mewah. Ketika semua diam tanpa suka cita dan ketika semua senyap tanpa kemeriahan. 

Bukan tidak diingat, bukan disengaja, apa lagi dilupakan. Ujian Allah yg sedang melanda dunia, adalah alasan kenapa semua menjadi sunyi, senyap dan diam hari ini. Dan Dompu harus mengistirahatkan raganya yang sedang lelah, untuk melindungi warga yang dicintainya, dari bencana dan wabah yang mengancam nyawa. 
        Putra-Putri Dompu dengan pesona pakaian khas                daerah

Dari diam dan sunyi ini Dompu terus diajarkan untuk peka, untuk peduli, untuk bahu-membahu, saling menguatkan, saling mengingatkan, saling berbagi dan saling melindungi. Karena dengan itu kehidupan Dompu esok dan nanti akan lebih baik lagi. 

Dari diam dan sunyi ini, kita sedang diajarkan untuk terus peduli terhadap sesama, mencintai keluarga, dan menyayangi diri sendiri untuk terus bernaung dalam baiti yang terlindungi. 

Yah, Dompu masih mengobati lukanya, menyembuhkan raganya, mengistrahatkan tubuhnya yang sedang lelah, demi kehidupan yang lebih baik lagi. Untuk Indonesia yang berkelanjutan. 

Ini tentang kebanggaan, sebuah tanggung jawab untuk menjaga, melestarikan dan mengawetkan apa yang menjadi warisan luhur nenek moyang dou Dompu dalam rupa tinggalan arkeologis yang nenandakan betapa tua dan besarnya tanah ini. Lalu nilai-nilai luhur pedoman hidup, norma, tradisi, juga adat istiadat yang sarat makna dan pesan. Dalam rupa tarian, nyanyian juga pakaian cantik yang beraneka ragam. 

Ini tentang kebahagiaan. Kebahagiaan karena dilahirkan di salah satu tempat terbaik di bumi, tempat di mana salah satu persil surga diletakkan di tengah-tengah pulau Sumbawa, tempat di mana Tuhan memancang Tambora untuk menjangkau langit, dengan kaldera terdalam dan terluas di dunia, menghamparkan padang savana indah Doroncanga maha luas nan subur untuk kehidupan semua makhluk, menempatkan salah satu ombak terbaik di dunia yang menari-nari di salah satu sudut pantai Lakey. 

Ada janji yang melangit, untuk selalu  membuatmu tersenyum, bahwa Dompu akan terus mengambil perhatian dunia dengan seluruh pesona indahnya. Memperbaiki segala luka dan duka karena ulah dan laku kami. 
         Salah satu sudut pesona natural Bumi Dompu 


Dirgahayu tanah kelahiranku ke-206. Tanah yang diberkahi dengan berjuta rahmat. Tanah yang dititipkan dari persil keindahan surga. Tanah yang mengajarkan untuk tegar dan kuat dan Tanah yang diamanatkan untuk selalu mengusung falsafah Nggahi Rawi Pahu.
* Penulis adalah Pemerhati Sejarah dan Budaya Dompu.