JT Terpapar Virus Covid -19, di Gowa atau di Dompu ?

Kategori Berita

.

JT Terpapar Virus Covid -19, di Gowa atau di Dompu ?

Koran lensa pos
Jumat, 01 Mei 2020
Anggota JT di tempat karantina Gedung Sanggilo Desa Matua Kec. Woja Kab. Dompu

Dompu, Lensa Pos NTB - Virus Corona atau Covid -19 menjadi fokus pembahasan, pencegahan dan penanganan di seluruh dunia saat ini. Tak terkecuali di 
Indonesia. Termasuk di dalamnya Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Dompu berada di dalamnya.
Khusus di Kabupaten Dompu (hingga berita ini dimuat) hasil test SWAB yang dilakukan di Laboratorium RSUD Provinsi NTB ada 32 orang yang dinyatakan positif. Satu orang di antaranya telah meninggal dunia. Dari jumlah tersebut hanya satu orang yang bukan merupakan anggota Jamaah Tabligh Cluster Gowa yakni pasien nomor 190 (APR) asal Desa Doromelo Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu yang merupakan Pimpinan BRI Unit Woja. Bahkan itu pun diduga pernah kontak dengan salah satu anggota JT saat melakukan takziyah di salah satu warga Desa Nowa Kecamatan Woja Kabupaten Dompu yang meninggal dunia (depan Kantor BRI Unit Woja tempat ia bekerja).

Fakta ini menimbulkan pertanyaan dari khalayak umum maupun dari anggota JT sendiri. Di manakah mereka terinfeksi virus Corona ? Di Pakatto - Gowa Sulawesi Selatan kah saat akan mengikuti Tabligh Akbar atau Ijtima' Ulama Dunia Zona Asia yang akhirnya dibatalkan itu ? Ataukah setelah pulang di Dompu ?

Berikut ini ulasan dari Mustakim, S.H.I yang merupakan
Koordinator keberangkatan Rombongan Jamaah Tabligh ke Pakatto-Gowa-Makassar. Ia mengisahkan secara runtut dan panjang kronologis keberangkatan menuju Gowa (Sulsel) hingga kepulangan ke Dompu (Tentu saja tulisan ini bukan bermaksud untuk mencari pembenaran atau untuk mencari kambing hitam menyalahkan siapapun dan pihak manapun).


Pada tanggal 18 Maret 2020 tepatnya jam 08.00 pagi berangkat ke Makassar dari Pelabuhan Bima menggunakan KM. BINAIYA. Peserta sebanyak 206 orang (dengan perincian 140 orang dari Dompu, 50 orang dari Bima dan 16 orang dari Sumbawa). 

Kami tiba di Makassar pada tanggal 19 Maret jam 11.00 siang. Kemudian Sholat Dzuhur di masjid pelabuhan Makassar. Tepat jam 14.00 kami berangkat menuju Pakatto Gowa yg membutuhkan waktu 1 jam  dengan menggunakan grab. (Pakatto adalah nama sebuah desa di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa Sulsel tempat kegiatan Tabligh Akbar itu akan dilaksanakan).

Alhamdulillah kami sampai di  Gowa sekitar jam 3 sore. 2 km sebelum sampai di lokasi yang dituju, kami melihat di sepanjang jalan banyak orang berjalan kaki. Mobil-mobil pada keluar dari tempat ijtima sehingga terjadi kemacetan. Akhirnya kami turun untuk berjalan kaki menuju medan pertemuan sejauh 1 km. Setelah kami sampai ternyata kegiatan telah ditutup ba'da zuhur tadi.

Kemudian kami bertanya kepada panitia tentang pertemuannya, ternyata memang betul ditutup lebih awal dari yang dijadwalkan dan ini sudah kesepakatan antara pemerintah dengan panitia. Dan konsekuensinya pemerintah akan memfasilitasi pemindahan secara bertahap ke Asrama Haji Makassar. 
Bagi yang berasal dari luar daerah sebelum hari Minggu (tanggal 22 maret 2020) medan pertemuan harus sudah dikosongkan. dan juga pemerintah telah menyiapkan kendaraan operasional di Asrama Haji Makassar untuk mengantar ke bandara dan pelabuhan bagi yang sudah memiliki tiket.

Pada malam Jumat (19 Maret 2020) ba'da isya separuh teman-teman dari Dompu berangkat ke Asrama Haji menggunakan kendaraan truck milik TNI dan bus Damri milik Pemprov Sulsel. Kemudian separuhnya lagi pada hari Sabtu (21 Maret 2020) dipindahkan ke asrama haji. Rombongan kamilah yang merupakan gelombang terakhir yang diantar dari medan ijtima' ke asrama haji.

Di asrama haji kami berada kurang lebih selama 4-6 hari, setiap harinya ratusan orang dari berbagai daerah telah diantar oleh pemerintah ke bandara dan ke pelabuhan.

Kloter yang paling akhir adalah daerah se pulau sumbawa dan daerah Kaltim sebanyak lebih dari 300 orang (kami termasuk di dalamnya). Kami (yang berjumlah lebih dari 300 orang itu) diantar ke pelabuhan pada hari Selasa  tanggal 24 maret jam 9 malam (21.00.Wita). Sedangkan jadwal kapal kami akan tiba masih cukup lama yakni pada jam 6 sore (18.00) hari Rabu (25 Maret 2020). 

Dalam penantian kapal yang masih cukup lama itu, kami menumpang istrahat di masjid pelabuhan. Tetapi pengurus masjid melarang kami tidur dan istirahat di dalam masjid. Sehingga kami pada malam itu sampai waktunya keberangkatan berada di luar teras masjid pelabuhan dengan berjubel dan menumpuk. Di malam itu juga kami tidur di teras luar masjid diterjang angin malam yang dingin. 

Tepat jam 6 sore hari Rabu (25 Maret 2020) Kapal Pelni KM. Binaiya tiba dan jam 8 malam berangkat menuju pelabuhan Bima. Kami semua 95% ditempatkan dalam dek yang sama dan Alhamdulillah kami tiba di Pelabuhan Bima pada hari Kamis, (26 Maret 2020) jam 11 malam (23.00 Wita). Informasi kedatangan kami semua telah diketahui oleh seluruh Pemda se pulau Sumbawa dan telah dipersiapkan mobil penjemputan oleh masing-masing Pemda.

Tiba di pelabuhan, petugas Kapal Pelni telah mengkhususkan pintu turun tersendiri bagi kami. Ketika kami turun seluruh petugas kesehatan lengkap dengan pakaian APD mulai dari tangga turun sampai sopir yang mengantar kami semua berpakaian lengkap APD. Tindakan yang dilakukan kepada kami adalah mengukur suhu tubuh dan menyemprot kami sebanyak 3 kali dengan disinfektan. Seluruh barang bawaan kami juga tidak luput dari semprotan disinfektan sebelum kami naik di mobil. Setelah itu tepatnya sekitar jam 1 malam kami semua diantar sampai di rumah kami masing-masing. Kamipun dihimbau untuk isolasi mandiri selama 14 hari dan dilarang untuk beraktivitas serta  dipantau dan diperiksa oleh petugas kesehatan secara rutin.

Jika dilihat dari apa yang dilakukan oleh Pemda ketika kami tiba di pelabuhan dengan sangat ketat pengawasannya sampai-sampai semua petugas kesehatan yang memeriksa suhu tubuh, menyemprot 3 kali dan seluruh sopir beserta pendamping sopir semuanya menggunakan pakaian astronot lengkap (APD). Dengan tindakan itu semua sudah bisa dipastikan bahwa pemerintah daerah melalui dinas kesehatan bahwa kami ini telah diduga terpapar virus, karena dalam hal ini hanya 2 pilihan telah terpapar virus atau tidak terpapar virus.

Maka disini, pilihan yang harus diambil oleh Pemda adalah harus dan wajib mengambil pilihan diduga kuat telah terinfeksi dan terpapar virus, sehingga seharusnya tindakan yang diambil agar tidak menimbulkan dampak yang lebih luas baik terhadap keluarga, masyarakat di lingkungan tempat tinggal dan masyarakat Dompu pada umumnya adalah sejak dini melakukan tindakan karantina bersama di satu tempat. Inilah yang seharusnya langkah pertama yang dilakukan oleh pemda.

Selama 14 hari kami semua sebanyak 140 orang diisolasi mandiri dirumah masing-masing. Seluruh kegiatan da'wah dan tabligh dinonaktifkan. Tidak ada kegiatan pertemuan dan musyawarah mingguan. Semuanya dinonaktifkan. Selama 14 hari itu juga di antara kami semua tidak ada lagi saling berjumpa dan bertemu.

Selama 14 hari telah dilakukan pemeriksan secara rutin.  2 hari sekali kami didatangi petugas puskesmas. Ternyata kedatangan petugas puskesmas dengan pakaian penutup wajah seperti helm telah menimbulkan kecurigaan di tengah-tengah masyarakat dan menimbulkan persepsi bahwa kami ini benar2 telah terinfeksi corona, sehingga masyarakat mulai menjauhi kami dan keluarga kami.

Seharusnya tindakan yang dilakukan adalah cukup menyampaikan agar datang ke Puskesmas masing-masing sehingga tidak akan menimbulkan kecurigaan di tengah-tengah masyarakat dan tidak menimbulkan dampak psikologis yang begitu besar bagi anak-anak dan istri kami semua.

Waktu karantina kami diperpanjang menjadi 21 hari. Selama pemeriksaan 21 hari  tidak ada di antara kami yang nampak gejala telah terpapar virus baik diri kami maupun istri dan anak-anak kami. Ternyata setelah habis waktu 21 hari karantina kami semua dipanggil kembali untuk dilakukan rapid test dengan mengambil darah di pergelangan siku kami sebanyak 200 cc di puskesmas masing-masing. Dari 139 orang yang di rapid tes ternyata 71 orang dinyatakan reaktif dan harus dilakukan karantina bersama di RS. Pratama Manggalewa 67 orang dan 14 orang di Puskesmas Nangakara Pekat.

Kemudian pada hari Ahad (19 April 2020) dilakukan tes SWAB gelombang pertama sebanyak 52 orang di RS. Pratama. Dan pada hari Kamis (23 April 2020) hasilnya telah dikeluarkan oleh RSUP Ntb yang menyatakan sebanyak 23 orang positif telah terinfeksi virus corona. Kemudian pada hari Tabu, (22 April 2020) dilakukan tes SWAB gelombang kedua sebanyak 19 orang, dan pada hari Sabtu (25 April 2020) hasilnya menyatakan sebanyak 8 orang dinyatakan positif telah terinfeksi virus corona. Sehingga total keseluruhan sebanyak 31 orang positif corona, maka 31 orang dikarantina di Rs. Pratama dan yang negatif dikarantina di Gedung Sanggilo Matua dan Nangakara Calabai.

Pada hari Minggu (26 April 2020)  di Nangakara dan Senin, 27 april 2020 di Sanggilo Matua dilakukan pengambilan SWAB kedua sebanyak 40 orang dan hingga saat ini masih menunggu hasil tes swabnya dari RSUP NTB.

Jika dianalisa dengan seksama akan dapat terlihat bahwa mereka telah terinfeksi ketika berada di Gowa atau ketika berada di Asrama Haji Makassar, bukan di Dompu, karena sejak tiba di Dompu mereka sudah tidak saling bertemu.

Apabila dilihat dari awal perjalanan hingga keluarnya hasil positif, itu telah memakan waktu sekitar 30 hari lebih, dalam arti bahwa virus itu sudah berada di dalam tubuh mereka selama 30 hari lebih. Bahkan jika dihitung pada hari ini Kamis (30 April 2020), maka virus itu sudah berada di dalam tubuh mereka (31 orang) selama 40 hari. Anehnya, hingga saat ini mereka tidak ada satupun yang merasakan gejala telah terinfeksi virus corona.

Inilah yang menimbulkan suatu pertanyaan yang besar ? 

Kalau memang benar  virus itu ada seharusnya di antara mereka sudah banyak yang menimbulkan gejala-gejalanya bahkan seharusnya sudah dalam keadaan akut.

Baiklah kita jelaskan sedikit tentang virus corona yang bersumber dari internet.

Virus corona memiliki hanya 1 sel RNA, di permukaan benda mati tidak dapat bertahan lama dan tidak bisa membelah serta berkembang biak. Paling lama bisa bertahan hidup di udara maupun permukaan benda mati hanya 8 jam lamanya.

Untuk bisa bertahan hidup dan membelah diri serta berkembang biak membutuhkan media yang hidup yaitu makhluk hidup manusia dan binatang. Jika virus ini bisa masuk kedalam tubuh manusia maka dia bisa hidup paling lama 37 hari. Selama di dalam tubuh manusia ini dia bisa membelah dirinya dan dapat berkembang biak di inangnya/pejamu. Para ahli mengatakan ketika seseorang telah terpapar virus corona, maka rata-rata dalam kurung waktu 14 hari akan menampakkan gejala batuk, demam dan sesak napas. Gejala ini adalah reaksi dari tubuh menolak keberadaan virus tersebut.

Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna. Di dalam tubuh manusia memiliki sebuah radar yang dapat mendeteksi setiap virus yang masuk dan mengidentifikasi virus sebagai musuh yang harus dilawan oleh antibodi atau imunitas tubuh. Dalam perjuangan melawan virus menyebabkan adanya gejala pada pasien yang terinfeksi virus seperti demam, batuk dan sesak napas.  Itu merupakan reaksi tubuh dan sebagai upaya tubuh untuk melawan.

Dalam proses melawan virus yang sebelumnya virus ini belum pernah datang dan baru pertama kali, sehingga belum memiliki antibodi terhadap virus tersebut. 

Dalam pembentukan antibodi ini membutuhkan waktu 7-14 hari lamanya. Ketika antibodi telah terbentuk dan menyimpanya didalam sel memory, maka virus akan dilawan oleh antibodi yang sudah terbentuk hingga tak bisa bertahan di dalam tubuh. Kemampuan antibodi melawan virus corona ini tergantung pada seberapa kuat imunitas yang dimiliki tubuh seseorang. Risiko dari virus corona akan meningkat seiring dengan menurunya imunitas tubuh dan riwayat penyakit lain yang melemahkan tubuh.

Sistem imunitas dirancang untuk mengenal dan menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia termasuk patogen.

Patogen adalah benda atau bahan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia

Bakteri adalah mikroorganisme sel tunggal yang memiliki inti sel yang dapat membelah sendiri dengan cepat.

Virus adalah tidak dapat membelah sendiri dan membutuhkan media (sel) dan jaringan hidup dari tubuh inang/pejamu untuk membelah atau memperbanyak diri.

Inkubasi adalah rentang waktu antara terjadinya infeksi dan munculnya gejala untuk virus ini adalah 1-14 hari.

Oleh karena itu :
1. Virus corona belum ada vaksin
2. Tubuh manusia blum memiliki antibodi sebelum virus masuk, ketika masuk membutuhkan proses pembentukan 7-14 hari. Barulah dilawan oleh antibodi agar tidak bertahan lama di dalam tubuh.
3. Virus corona ini dapat membelah diri dan memperbanyak ketika ada di dalam tubuh manusia, semakin lama di tubuh jumlahnya semakin bertambah banyak. Para ahli mengatakan paling lama berada di dalam tubuh adalah 37 hari dan rata-rata paling lama 20 hari sudah menunjukkan gejala. Ini semua tergantung pada daya tahan daripada imunitas tubuh manusia yang berbeda-beda.
4. Virus corona ini menyerang sistem pernapasan.
5. Virus corona ini lebih dahsyat dari virus influensa bahkan 10 x lipat. Seseorang yang terinfeksi virus influensa saja pasti akan menimbulkan gejala cepat atau lambat dan banyak orang yang tidak bisa luput dari virus influenza, padahal di dalam sel memory sel otak kita sudah tersimpan dan telah memiliki antibodinya terhadap virus influenza.

Jadi kesimpulanya :

Apakah mungkin tubuh seseorang dapat bertahan dari serangan virus corona, sedangkan virus sudah berada dalam tubuhnya selama 30-40 hari dan selama itu pula tidak membuat reaksi dan gejala terhadap para penderitanya serta selama 30-40 hari itu pula orang-orang di sekitarnya tidak ada yang tertular dengan menunjukkan gejala terpapar virus corona ?

Jika dijumlah dari seluruh orang yang naik Kapal Pelni KM. Binaiya sebanyak 206 orang dan  yang terpapar sebanyak 46 orang dengan perincian Dompu 31 orang, kabupaten Bima 12 orang dan Sumbawa Besar 4 orang sehingga jika dirata-rata sebanyak 23 % telah terpapar corona. 

200 orang lebih selama  7 hari telah berkumpul bersama, sholat bersama, makan bersama dan tidur bersama sudah dapat menularkan sebanyak 46 orang.
Kemudian bagaimana 46 orang yg positif sudah hidup bersama dengan istri dan anak, beraktivitas dengan sanak famili, berjumpa dengan orang-orang di kampungnya dan sholat berjamaah di masjidnya selama 30 hari, maka berapa banyak orang yang akan terpapar dan terinfeksi virus corona ?. Maka bisa dipastikan dan diduga alur penularanya akan lebih besar dibandingkan 200 orang yang hidup bersama selama 1 minggu.

Tetapi anehnya hingga sampai saat ini, sudah 40 hari mereka telah berada di rumah mereka masing-masin. Tetapi belum nampak gejolak di masyarakat yang terpapar virus corona ataupun orang-orang yang telah melakukan kontak fisik dan bergaul bersama mereka menampakkan gejala dan ciri-ciri telah terinfeksi virus corona

Sanggilo-Matua, 30 April 2020

T T D

MUSTAKIM, S.Hi