Temui Banyak Kejanggalan, JT Hendak Dialog Dengan Bupati Dompu

Kategori Berita

.

Temui Banyak Kejanggalan, JT Hendak Dialog Dengan Bupati Dompu

Koran lensa pos
Kamis, 23 April 2020
Anggota JT yang dikarantina di RSP Manggelewa

Dompu, Lensa Pos NTB - Anggota Jamaah Tabligh (JT) Klaster Gowa yang kini sedang dikarantina di Rumah Sakit Pratama (RSP) Manggelewa menilai banyak kejanggalan yang mereka jumpai dalam penanganan terhadap mereka oleh Pemkab Dompu terkait penanggulangan wabah Covid -19 ini.
Koordinator JT Kabupaten Dompu, Mustakim, SH mengungkapkan kejanggalan-kejanggalan dimaksud menjadi pertanyaan besar kepada Pemerintah Kabupaten Dompu. 

"Ada 3 poin yang menjadi pertanyaan besar kami kepada Pemerintah Kabupaten Dompu dalam penanganan kami," ungkapnya.
Ia menengarai Pemerintah Kabupaten Dompu terlambat melakukan karantina terhadap anggota JT karena kepulangan dari Makassar (Suksel) sudah hampir  sebulan (27 hari). 
"Kalau pemerintah melakukan kewaspadaan terhadap Covid -19 ini seharusnya sejak dini kami dikarantina saat kami turun dari kapal langsung dikarantina di sini," ujarnya keheranan.
Ia mengungkap mereka tiba di Pelabuhan Bima tanggal 26 Maret 2020. Saat itu dijemput oleh Tim Gugus Tugas Covid -19 dan langsung diantar ke kediaman masing-masing dan diarahkan untuk melakukan isolasi mandiri. 
"Kami melihat pemerintah tidak ada kejelasan. Padahal kami disuruh karantina satu bulan pun kami siap karena itu sudah biasa bagi kami," tuturnya.
Selanjutnya ketika petugas meminta untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari, mereka juga mematuhinya.
"Kami sudah jalani (isolasi) bahkan isolasi mandiri kami selama 21 hari," tuturnya.
Hasil pemantauan dari petugas selama proses isolasi mandiri itu juga ia pertanyakan. Pihaknya tidak diberikan pemberitahuan mengenai hasil pemantauan itu.
"Kami tidak tahu apa hasilnya. Ada gejala atau apa kami tidak tahu," ujarnya.
Diakuinya isolasi mandiri juga telah mereka lakukan di Asrama Haji Makassar atas permintaan Pemprov Sulawesi Selatan dan mereka mematuhinya. Bahkan mereka telah mendapatkan surat keterangan dokter bebas dari corona.
"Tapi itu tidak diakui oleh pemerintah dan kami diminta isolasi mandiri lagi selama 14 hari bahkan 21 hari kami jalani," katanya.
Yang membingungkan lagi, lanjutnya, setelah melakukan isolasi mandiri 21 hari, tiba-tiba petugas melakukan rapid test dan karantina terhadap mereka. Menurutnya tidak ada sesuatu gejala apapun yang mereka rasakan yang mengarah pada Corona. 
"Mengapa kami dikarantina sekarang ? Itukan mematikan rezeki kami ? Bagaimana dengan anak istri kami di rumah ?," tanyanya masygul.
Di sisi lain ia menyoroti akibat perlakuan tak sesuai prosedur oleh pemerintah ini mengakibatkan masyarakat umum menyoroti anggota JT dan bahkan anggota keluarganya dikucilkan oleh masyarakat.

Ia mengaku saat kepulangan dari Makassar memang hampir seluruh anggota JT asal Dompu mengalami batuk dan pilek. Menurutnya penyebabnya karena selama menjalani karantina di Makassar disuguhi menu goreng-gorengan. Di samping itu akibat kelelahan karena kurang istrahat karena perjalanan jauh. Ia meyakini batuk dan pilek yang dialami sebagian anggota JT bukan karena corona. Karena batuk dan pilek yang dialami berangsur-angsur hilang dan mereka kembali sembuh. Ia menegaskan apabila batuk dan pilek yang mereka alami saat itu adalah akibat terinfeksi virus Covid -19, pasti bukan kesembuhan yang diperoleh tetapi justru bertambah parah.
Demikian pula anggota keluarga JT yang setiap hari kontak langsung dengan JT Klaster Gowa ini tidak merasakan keluhan apa-apa. 
"Kalau dikatakan lansia dan anak-anak rawan dengan virus ini, di rumah kami juga ada orang tua dan bayi yang setiap hari kontak dengan kami. Nyatanya mereka Alhamdulillah sehat-sehat saja," ucapnya.
Pelayanan karantina di RSP Manggelewa juga dipertanyakan oleh anggota JT. Delapan orang ditempatkan dalam satu kamar.
"Ini bukan karantina namanya. Kalau kami dikarantina karena dianggap reaktif seharusnya satu orang satu kamar bukan dicampur seperti ini," kritiknya.

Lebih lanjut Mustakim mengatakan pihaknya ingin bertemu dengan Bupati dan Ketua DPRD Kabupaten Dompu terkait hal-hal di atas.
"Kami ingin berdialog dengan pemerintah terkait persoalan yang kami hadapi," tandasnya.

Kapolres Dompu AKBP Syarif Hidayat, SH, S. IK melalui Paur Humas Polres Dompu, AIPTU Hujaifah mendapatkan laporan dari Direktur RSP Manggelewa, dr. Husni Mubarak bahwa pada hari Rabu (22/4/2020) pukul 11.30 Wita anggota JT yang dikarantina di tempat tersebut melakukan aksi protes dengan tuntutan ingin melakukan dialog dengan Pemkab Dompu terkait persoalan yang mereka alami. Aksi protes itu juga berbuntut terjadinya pengrusakan terhadap pintu pembatas ruangan.

Hal itu dibenarkan pula oleh Kapolsek Manggelewa, IPDA Redho Rizki Pratama, S. Tr.K.
"Mereka (JT) tadi berontak dan merusak pintu meminta agar dipertemukan dengan pak Bupati," ungkap perwira muda lulusan Akpol 2015 ini.
Dilanjutkan Kapolsek, anggota JT yang dikarantina sempat emosi juga karena mendapatkan imformasi bahwa istri mereka juga akan dilakukan rapid test.
"Yang mereka takutkan kalau istri-istri mereka dirawat juga bagaimana nasib anak-anak mereka," jelas mantan Kanit Tipiter Polres Dompu ini.
Ia mengatakan setelah mendapatkan penjelasan dari pihak RSP, TNI dan POLRI akhirnya anggota JT bisa tenang dan suasana kembali aman dan kondusif.
Danramil 1614-06/Manggelewa
Kapten Inf. A. Mujiono saat memberi pengarahan pada anggota JT Klaster Gowa di RSP Manggelewa

Danramil Manggelewa, Kapten Inf. A. Mujiono yang berada di lokasi saat terjadinya aksi tersebut memberikan penegasan kepada anggota JT yang dikarantina agar tidak melakukan tindakan anarkis dan merusak fasilitas negara.
"Ini demi kebaikan bapak-bapak semua jangan melakukan tindakan melanggar hukum," tegasnya.
Menjawab tuntutan JT bertemu dengan Bupati HBY juga langsung direspon oleh Danramil dengan menelepon Bupati. Namun karena masih mengadakan rapat dan akan mendampingi Gubernur NTB sehingga Bupati belum bisa menemui anggota JT.

Danramil selanjutnya menginformasikan ada sekitar 24 anggota JT yang dilakukan pengambilan sampel SWAB oleh tim medis dari RSU Dompu. Pengambilan sampel SWAB bersamaan di RSP Manggelewa juga dilakukan terhadap 15 anggota JT reaktif dari Kecamatan Pekat dan 3 orang dari Kecamatan Dompu.
"Kehadiran 15 orang dari Pekat dan 3 dari Dompu ini juga yang menyebabkan anggota JT tadi marah-marah dan akhirnya merusak pintu itu. Ada misskomunikasi mereka kira 18 orang ini mau ditempatkan di sini lagi padahal hanya tes SWAB numpang tempat di sini. Setelah diberi penjelasan baru mereka mengerti," pungkasnya. (AMIN).