Sekretaris GOW Dompu Bacakan Sejarah Singkat Hari Ibu

Kategori Berita

.

Sekretaris GOW Dompu Bacakan Sejarah Singkat Hari Ibu

Koran lensa pos
Selasa, 17 Desember 2019
Pengurus GOW Kabupaten Dompu saat menyanyikan Lagu Mars dan Hymne Hari Ibu
Dompu, Lensa Pos NTB - Upacara HUT Provinsi Nusa Tenggara Barat ke 61 tahun 2019 yang dilaksanakan di Lapangan Beringin Dompu dirangkaikan dengan Peringatan Hari Ibu ke 91 dan Hari Bela Negara ke 71.

Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Dompu, Miftahul Su'adah, ST membacakan Sejarah Singkat Ditetapkannya tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Sejarah tersebut dibacakan kembali agar masyarakat memahami dan mengetahui sejarah masa lalu bangsa ini termasuk sejarah perjuangan kaum ibu. 
Berikut selengkapnya Sejarah Singkat Hari Ibu yang dibacakan oleh Sekretaris GOW Kabupaten Dompu yang juga merupakan Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda dan Litbang Kabupaten Dompu itu.

Gema Sumpah Pemuda dan lantunan lagu Indonesia
Raya yang pada tanggal 28 Oktober 1928 digelorakan dalam
Kongres Pemuda indonesia, menggugah semangat para
pimpinan perkumpulan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri.
Pada saat itu sebagian besar perkumpulan masih merupakan
bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa.
Selanjutnya, atas prakarsa para perempuan pejuang
pergerakan kemerdekaan, pada tanggal 22-25 Desember 1928
diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kali di Yogyakarta. 

Salah satu keputusannya adalah dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).
Melalui PPPI tersebut terjalin kesatuan semangat juang
kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum laki-laki
berjuang meningkatkan harkat
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan berjuang
bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat
dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang
maju.

Pada tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempuan
Indonesia (PPPI) berganti nama
menjadi Perikatan
Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935
diadakan Kongres Perempuan Indonesía II di Jakarta. Kongres
tersebut di samping berhasil membentuk Badan Kongres
Perempuan Indonesia, juga menetapkan fungsi utama
Perempuan Indonesia sebagal ibu Bangsa, yang berkewajiban
menumbuhkan dan mendidik generas baru yang lebih
menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.

Pada tahun 1938 Kongres Perempuan Indonesia I di
Bandung menyatakan bahwa tangga 22 Desember sebagal
Hari ibu. Selanjutnya, dikukuhkan oleh Pemerintah dengan
Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari
Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959,
yang menetapkan bahwa Hari bu tanggal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur. Tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres Wanita Indonesta disingkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Peristiwa besar yang terjadi pada
tanggal 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak
sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia. Hari
ibu oleh bangsa Indonesia dperingati tidak hanya untuk
menghargal jasa-jasa perempuan sebagal seorang ibu, tetapi
juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu
dan istri maupun sebagai warga negara, warga masyarakat
dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang
dalam merebut, menegakkan dan mengisi pembangunan naslonal.

Peringatan Hari Ibu dimaksudkan untuk senantiasa menegakan dan mengisi kemerdekaan seluruh
rakyat Indonesia terutama
generasi muda, akan makna Hari Ibu sebagai Hari kebangkitan
dan persatuan serta kesatuan perjuangan kaum perempuan
yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa.
Untuk itu perlu diwarisi api semangat juang guna senantiasa
mempertebal tekad untuk melanjutkan perjuangan nasional
menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,

Semangat perjuangan kaum perempuan Indonesia
tersebut sebagaimana tercermin dalam lambang Hari Ibu
berupa setangkat bunga melati dengan kuntumnya, yang
menggambarkan:
1. Kasih sayang kodrati antara ibu dan anak; 
2. kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak;
3. kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan
persatuan, keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa
dan negara.

Semboyan pada lambang Hari Ibu  mengandung arti bahwa tercapainya persamaan
kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan antara kaum
perempuan dan kaum laki-laki merupakan kemitrasejajaran
yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan,
kemajuan dan kedamaian bangsa Indonesia.

Usai upacara, duo srikandi dari GOW Kabupaten Dompu, Rini Nurdahniah, SH (Kasubbag Protokol Setda Dompu) dan Ibu Ani (guru SMAN 1 Dompu) membacakan puisi berjudul Ibu dengan penuh penghayatan yang membuat terharu bagi yang mendengarnya.
 Ibu, Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah kawah,
Darimana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi, yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut dan langit
Yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak surga di telapak kakimu
(Tuhan, aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanat-Mu Menyampaikan kasih sayang-Mu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Engkau mengasihi kekasih-kekasihmu
Amin)


(AMIN).