Prof. Haryono Suyono Salut 'Ide Gila' ForPaS Kredit Paket Jamban

Kategori Berita

.

Prof. Haryono Suyono Salut 'Ide Gila' ForPaS Kredit Paket Jamban

Koran lensa pos
Rabu, 04 Desember 2019

Dompu, Lensa Pos NTB - Penasehat Menteri Bidang Bidang Pengendalian Program Prioritas, Prof. Dr H. Haryono Suyono bersama Tenaga-Tenaga Ahli di berbagai Bidang di Kementerian Desa, pada hari Senin (2/12/2019) kemarin hadir di Kabupaten Dompu.
Kehadiran mantan Menteri Negara Kependudukan merangkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Kabinet Pembangunan V pada era Soeharto dan mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan pada Kabinet Reformasi Pembangunan beserta rombongan ini ingin menyaksikan secara langsung tentang kesuksesan kredit paket jamban di Kabupaten Dompu yang diinisiasi oleh Forum Pengusaha Sanitasi (ForPaS) Dompu.

Rombongan diterima Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Haeruddin, SH beserta jajaran di kantor DPM-PD Kabupaten Dompu.
Di hadapan mantan menteri yang puluhan tahun bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat beserta rombongan ini, Direktur Forum ForPaS Kabupaten Dompu, Rudi Purtomo diberikan kesempatan untuk memaparkan tentang sejarah munculnya ide 'gila' kredit paket jamban yang dilakoninya dalam beberapa tahun belakangan ini. 

Mendengar paparan Rudi Purtomo, tokoh nasional yang sangat familiar dengan program Kelompencapir (Kelompok Pendengar Pembaca dan Pemirsa) di TVRI pada zaman Presiden Soeharto ini merasa salut atas munculnya ide kreatif kredit paket jamban yang dilakoni ForPaS. Bahkan Haryono Suyono menilai cara ini (kredit jamban) akan mempercepat pencapaian Universal Access sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs) poin 6 yaitu Air Bersih dan Sanitasi (Clean Water and Sanitation).

Rudi Purtomo mengisahkan kilas balik ia memulai menggeluti usaha kredit paket jamban itu. 
Pada bulan Desember tahun 2016, sosok energik yang familiar dengan sapaan Mas Pur ini mengikuti pelatihan pembuatan closet.
Dari bekal keterampilan hasil pelatihan tersebut, di Kabupaten Dompu mulai muncul beberapa pengusaha yang memproduksi closet.
Closet-closet tersebut selanjutnya dijual kepada masyarakat yang membutuhkan dengan harga eceran Rp. 85 ribu.

Seiring dengan perjalanan waktu, pemasaran closet saja mengalami kendala. Sekalipun harga closet cukup murah, tetapi masyarakat masih menemui kendala untuk membangun WC di rumah masing-masing. Untuk pembangunan WC mereka harus bersusah payah mendapatkan biaya jutaan rupiah. Karena itu, mereka lebih baik memilih kebiasaan lama membuang hajat di sungai atau di semak belukar dengan gratis daripada harus membangun WC yang membutuhkan biaya besar.

Rudi Purtomo berpikir keras memutar otak untuk mencari solusi mengatasi persoalan tersebut.
Kredit paket jamban, itulah solusinya. Masyarakat yang belum memikiki WC sendiri diberi pemahaman bahwa dengan cara cepat, mudah, dan murah mereka bisa memiliki WC sendiri yang langsung dipasang di rumah masing-masing hanya dengan harga Rp. 850 ribu dan bisa dibayar cicil hingga 12 bulan walaupun dengan down payment (DP) atau uang muka hanya Rp. 50 ribu.

"Yang ada di benak kami waktu itu, kalau kami mengandalkan hanya membuat closet, kapan closet itu laku dan siapa yang beli dan belum tentu masyarakat miskin yang beli. Akhirnya kami merubah strategi dengan menjual paket jamban. Teman-teman Plan benar-benar mendampingi kami," kisahnya.

Ia mengatakan logikanya sangat sederhana kalau menjual paket jamban, sudah pasti para produsen closet dan gorong-gorong akan bisa hidup dan berkembang. Di satu sisi ia menangkap ini sebagai peluang prospek bisnis. Dan di sisi lain dapat membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit berbasis lingkungan akibat BABS.

Ada 5 pengusaha closet dan 4 pengusaha gorong-gorong yang diajaknya bekerja sama dalam usaha ini. 

"Sistem kerja kami saat itu saya mengkoordinir teman-teman saya untuk memproduksi closet lalu saya beli dari mereka," lanjutnya.

Closet yang ia beli dari rekan-rekannya tersebut masih merupakan produk mentahan (sederhana). Karena itu, agar menjadi lebih bagus dari segi penampilan dan berkualitas, maka di sentra produksinya, Rudi Purtomo melakukan proses finishing. Anak-anak punk ia berdayakan untuk melakukan proses finishing ini. Walhasil closet-closet tersebut menjadi lebih keren dengan pilihan warna sesuai selera dan dijamin lebih bermutu dengan merk produksi TiM (Tai is Money).

Melihat realita masih banyak masyarakat yang duduk nongkrong di kali atau jongkok di semak belukar untuk membuang hajat, itulah yang menguatkan hasratnya untuk memproduksi paket jamban ini.

Bersama dengan Program "Sehati" Plan International saat itu ia sering melakukan sosialisasi di tengah-tengah masyarakat guna membangun kesadaran mereka agar tidak melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di sungai-sungai maupun di semak-semak belukar.

Jaringan kemitraan dengan instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan, dan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Bappeda dan Litbang Kabupaten Dompu juga dilakoninya.
Ia juga berkoordinasi dengan Puskesmas dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) agar masyarakat bisa mendapatkan kredit paket jamban dengan mudah dan biaya murah.

"Selama ini masyarakat enggan membangun jamban karena menganggap mahal harus dengan biaya 3-4 juta. Makanya kami memberikan kemudahan kepada masyarakat hanya dengan uang 850 ribu mereka sudah memiliki jamban di rumahnya. Kami yang langsung membuatnya sampai selesai," ujarnya.

Dikatakannya bila tidak mampu membayar secara tunai, masyarakat dapat mengangsurnya sesuai kemampuan walaupun hanya Rp. 50 ribu per bulan.
ForPaS saat ini juga bermitra dengan Pemerintah Desa/Kelurahan serta Baznas Kabupaten Dompu untuk melayani paket jamban kepada masyarakat. 

Pada kesempatan tersebut, Profesor H. Haryono Suyono beserta rombongan dari Kementerian Desa juga mendengarkan langsung testimoni dari masyarakat di Desa Kareke atas kemudahan kredit paket jamban dengan DP hanya Rp. 50 ribu ini. (AMIN).