KIAT MEMELIHARA SAPI BERANAK SETIAP TAHUN

Kategori Berita

.

KIAT MEMELIHARA SAPI BERANAK SETIAP TAHUN

Koran lensa pos
Kamis, 31 Oktober 2019

Oleh : Kaharudin
Penyuluh Pertanian BPTP Balitbangtan NTB

Ir. Kaharudin, Penyuluh Pertanian BPTP NTB

Latara Belakang
Indikator keberhasilan budidaya peternakan adalah perkembangbiakan yang identik dengan reproduksi, dimana rata-rata setiap tahun seekor sapi induk dapat menghasilkan satu ekor anak. Kemampuan reproduksi sekelompok ternak yang tinggi, tetapi pengelolaan ternaknya kurang baik akan menghasilkan efisiensi dan produktifitas ternak yang rendah.
Salah satu permasalahan usaha peternakan sapi potong rakyat di Indonesia adalah minimnya pengetahuan peternak terkait dengan aspek pengelolaan reproduksi sehingga lambat mengawinkan sapinya, akibatnya berdampak terhadap penurunan pendapatan petani dari usaha ternak tersebut.
Kesalaahan pengelolaan reproduksi berupa:
Deteksi birahi yang tidak tepat menjadi penyebab utama ketidak berhasilan perkawinan, karena itu program deteksi birahi harus selalu  dievaluasi  secara menyeluruh. Jika saat deteksi birahi salah, birahi yang terjadi akan kecil kemungkinan dapat terobservasi dan lebih banyak sapi betina diinseminasi berdasarkan tanda bukan birahi, hal ini menyebabkan waktu perkawinan tidak akurat sehingga menyebabkan kegagalan pembuahan.
Pengelolaan pakan yang tidak baik, misalnya : pakan diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan ternak (status fisiologinya).
Teknik inseminasi yang tidak tepat, seperti : kesalahan dalam memperlakukan sperma, khususnya perlakuan pada semen beku yang kurang benar cara penyimpanan dan thawing yang kurang baik.
Penyebab kawin berulang dapat juga diakibatkan karena sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi, seperti : Endometritis, Cervicitis, Brucellosis, Viginitas dab.
Faktor manajemen lain seperti manajemen pemeliharaan dan perkawinan yang kurang tepat.


Kiat agar sapi beranak setiap tahun
Pakan cukup, jumlah dan kebutuhan gizinya terpenuhi.
Pemberian pakan sapi dara adalah kebutuhan pakan bahan kering (BK) ransum 3% dari bobot badan, protein kasar (PK) 12 % dan kecernaan atau total digestible nutrien (TDN) 60 %.
Pakan sapi bunting adalah kebutuhan pakan BK ransum 73% dari bobot badan,  PK ≥ 8%, TDN75,8 %,Serat kasar (SK) ≤ 20% dan abu ≤ 10%.
Pakan sapi menyusui jumlahnya sama dengan sapi bunting namun terdapat perbedaan komposisi yaitu PK > 10%. TDN 75,9%, SK < 17 % dan abu < 10 %
Sapi dalam kondisi sehat (tidak ada gangguan reproduksi)
Aktif, sadar dan tanggap tehadap perubahan situasi disekitarnya.
Kondisi tubuhnya seimbang, tidak sempoyongan/pincang, langkah kaki mantap dan teratur.
Mata bersinar, sudut mata bersih dan tidak kotor.
Kulit berbulu halus mengkilap, tidak kusam dan pertumbuhannya rata.
Siklus reproduksinya normal (pada sapi ± 20 hari).
Apabila metode perkawinannya menggunakan suntik/IB (Inseminasi Buatan) maka waktu mengawinkannya harus tepat.
Tabel 1. Waktu pelaksanaan IB
Waktu birahi pertama terlihat
Waktu kawin tepat
Waktu kawin terlambat

Pagi hari
Malam hari pada hari yang sama
Pada hari berikutnya

Malam hari
Pada pagi hari pada hari berikutnya
Setelah pukul 15.00 WIT pada hari berikutnya


Tabel 2. Persentase waktu kejadian birahi pada sapi induk
Waktu birahi
Persentase gejala birahi (%)

06.00 – 12.00
22 %

12.00 – 18.00
10 %

18.00 – 24.00
25 %

24.00 – 06.00
43 %


Apabila metode perkawinannya alami atau dengan menggunakan pejantan unggul maka yang harus diperhatikan adalah manajemen perkawinan, sebagai berikut :
Manajemen model kandang individu peternakan rakyat dengan tahapan sebagai berikut:
Kandang individu dipeternakan rakyat, biasanya berupa ruangan besar yang diisi lebih dari satu sapi, tanpa ada penyekat tetapi setip sapi diikat satu persatu
Pengamatan birahi dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung.
Setelah 12 jam terlihat gejala birahi, kemudian dikawinkan dengan pejantan minimal dua kali ejakulasi. Setelah 21 hari (hari ke 18 – 23) dari perkawinan, dilakukan pengamatan birahi lagi dan apabila tidak ada gejala birahi hingga dua siklus (40 hari) berikutnya kemungkinan sapi induk tersebut  berhasil bunting. Untuk meyakinkan berhasil bunting tidaknya, setelah 60 hari dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PBK).
Manajemen perkawinan model kandang kelompok. Tahapan sebagai berkut:
Pada manajemen perkawinan model kandang kelompok dilengkapi dengan beberapa jenis kandang yaitu kandang kawin, kandang bunting, kandang beranak seperti skema pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Skema Manajemen Perkawinan kandang kelompok.










Sapi dara siap kawin atau sudah berumur 18 bulan dengan berat badan 180 kg dan sapi induk yang setelah melahirkan 40 hari (post partus) atau dua siklus birahi dimasukan dalam kandang kawin dicampur dengan pejantan terpilih dengan kapasitas sesuai dengan luas dan daya tampung kandang, sapi betina (induk atau dara) diikat masing-masing dipojok/disudut tiang kandang  sedangkan sapi jantan dilepas atau diikat dengan tali yang agak panjang dibiarkan untuk mencari sendiri sapi betina yang akan dikawini.
Tujuan dari penggabungan antara betina dara atau induk dengan pejantan didalam kandang kawin adalah untuk memberi rangsangan atau efek stimulasi birahi (bull effek) kepada sapi dara dan induk siap kawin tersebut. Secara naluri pejantan akan mendekati sapi-sapi betina menggesek-gesekkan tubuhnya, mencium dan menjilat-jilat kelamin betina, dengan demikian betina akan segera birahi dan dikawini oleh pejantan tersebut. Penggabungan ini dibiarkan selama 3-5 hari.
Setelah sapi-sapi betina birahi dikawini oleh pejantan, kemudian dikeluarkan dari kandang kawin. Apabila setelah 21 hari atau melewati 1kali siklus birahi sapi-sapi betina tersebut tidak muncul birahi kembali dianggap positif bunting.  Setelah tiga bulan dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PBK) untuk memastikan apakah sapi-sapi tersebut positif bunting, apabila positif bunting kemudian dimasukkan atau dipelihara didalam kandang khusus induk bunting sampai umur kebuntingan 8 – 9 bulan  dipindahkan kedalam kandang beranak hingga melahirkan berusia 40 hari
Penutup
Kiat memelihara sapi beranak setiap tahun disampaikan kepada stakeholder atau  peternak supaya di dalam melakukan kegiatan pengembangan usaha ternak dapat berkembang sehingga mendukung beberapa  Program  yang dicanangkan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yaitu Program Satu Induk Satu Anak Satu Tahun (3S), program Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan Program Pengembangan Informasi Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB) di NTB.
Sumber : Dari berbagai sumber.