Prasarana Pendidikan Minim, Sekolah di Pelosok Butuh Bantuan

Kategori Berita

.

Prasarana Pendidikan Minim, Sekolah di Pelosok Butuh Bantuan

Koran lensa pos
Rabu, 21 Agustus 2019
Siswa-siswi MI Abdul Kadir Jaelani Nangakara Kec. Pekat Kab. Dompu belajar dengan kondisi seadanya
 Dompu, Lensa Pos NTB -   Nasib dunia pendidikan di wilayah-wilayah pelosok perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Untuk mendidik anak-anak bangsa yang bermukim di wilayah-wilayah yang terisolir hanya menggunakan sarana dan prasarana ala kadarnya. Terutama bagi sekolah-sekolah swasta.
Seperti yang ditulis oleh Lalu Rumasih, pemuda Desa Kadindi Barat Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu NTB.
Dikemukakannya persoalan pendidikan hari ini masih menjadi beban yang harus dipikul oleh tenaga pendidik. Keterbatasan prasarana di sekolah menjadi masalah yang kian menjadi di seluruh elemen pendidikan swasta. sekolah yang ada di Desa Nagakara sungguh sangat memprihatinkan dengan keterbatasan sarana dan prasarana Guru sangat kesulitan dalam mengajar. 

"Nasib sekolah swasta di daerah Kabupaten Dompu. Daerah pelosok cenderung sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan beberapa sekolah di kawasan perkotaan. Seperti halnya MI Abdul Kadir Jailani yang ada di Desa Nangakara Kecamatan Pekat," sebutnya.

Kondisi fisik bangunan, fasilitas, sarana dan prasarana di sekolah yang terletak di daerah gersang Kecamatan Pekat tersebut, tergolong masih cukup memprihatinkan. Bangunan sekolah itu hanya memiliki Lima ruang. Kelima kelas tersebut digunakan sebagai ruang belajar.
Bangunan MI Abdul Kadir Jaelani Nangakara Pekat
"Adapun cerita kami selama mengabdi di madrasah ini, di samping tempatnya yang sangat gersang (panas) mereka hanya memiliki gedung 5 kelas saja, yang beratap asbes, berdinding papan, berlantai tanah dan bangku meja satu berdua bahkan ada yang duduk di tanah karena tidak kebagian bangku.

Yang lebih menyedihkan lagi, kami tidak bisa melanjutkan proses belajar mengajar di atas jam sebelas, karena disebabkan panasnya di dalam ruangan sempit kami, hingga memilih belajar di halaman madrasah," ungkap Kepala MI Abdul Kadir Jailani, Muhammad Safii, S.Pd.

Muhammad Safi'i menceritakan, bangunan sekolah tersebut dulu dibangun dengan dana swadaya. sudah berusia 11 tahun sekolah tersebut berdiri dan sudah 4 kali kelulusan. Fasilitas pendukung, seperti ruang baca, buku-buku, peralatan olahraga dan sarana penunjang ekstrakurikuler sekolah masih minim.

"Untuk gaji guru kami permaklumkan untuk menyumbang, ya kalok Madrasah kan hanya seberapa apalagi dengan status mengajar masih GTT," ujarnya.
Safi'i berharap ada perhatian khusus dari Pemerintah Dompu terhadap nasib Madrasah yang ada di pelosok seperti Madrasah MI Abdul Kadir Jailani tersebut. Terutama perhatian terhadap kondisi fisik sekolah yang kian memprihatinkan.

Lebih dari itu Pondok Pesantren Abdul Kadir Jailani ini berada di pelosok yang sangat jauh dari kota, sangat diharapkan dari pihak pemerintah kabupaten untuk lebih memperhatikan sarana pendidikan, karena majunya suatu desa dan kabupaten dilihat dari seberapa banyak tingkat pendidikan yang tinggi di suatu desa tersebut. bagaimana peran pemerintah khususnya untuk meningkatkan pendidikan baik Negeri ataupun Swasta. (AMIN)