Tarian Kolosal "Doro Mantika" Apa Makna yang Dikandungnya ?

Kategori Berita

.

Tarian Kolosal "Doro Mantika" Apa Makna yang Dikandungnya ?

Koran lensa pos
Kamis, 11 April 2019
Persembahan Tarian Kolosal "Doro Mantika" dalam acara pembukaan Festival Pesona Tambora (FPT) di Doroncanga, Rabu (11/4/2019)


Dompu, Lensa Pos NTB - 
Tarian Kolosal "Doro Mantika" yang ditampilkan dalam acara puncak Festival Pesona Tambora 2019 benar-benar  memukau ribuan masyarakat yang menyaksikan secara langsung di Padang Savana Doroncanga Desa Doropeti Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu NTB pada Rabu pagi (11/4).


Meskipun para penari kolosal jumlahnya mencapai sekitar 270 orang namun mereka mampu menampilkan gerakan indah, kompak dan lincah.

Tentu saja tarian yang berdurasi sekitar 20 menit  tersebut bukanlah sekadar tarian yang tanpa makna. Tetapi mengandung nilai - nilai pelajaran bagi siapa saja yang menyaksikannya.


Para penari kolosal "Doro Mantika sedang mempertunjukkan gerakan indah tarian tersebut

Apakah makna di balik tarian kolosal karya Fuad Al - Katiri dan Dian Syahroni itu ?
Secara bahasa Dompu dan Bima, Doro Mantika berarti Gunung yang indah.
Budayawan muda Dompu, Syafruddin, ST., MT dipercaya membuat sinopsis (ringkasan cerita) dari tarian tersebut.
Syafruddin mengatakan Doro Mantika, adalah tarian yang menggambarkan tentang peradaban dou Dompu di sekitar lerang Tambora. Sumber daya alam yang melimpah, hasil pertanian yang banyak. Sistem kehidupan masyarakat yang dinamis direpresentasikan di setiap gerakannya, yang memadukan unsur kearifan lokal Dompu dalam gerak, suara dan berpakaian.

Bekerja di ladang, membersihkan lahan pertanian, menenun, beraktifitas di dalam uma panggu (rumah panggung) oleh kaum ibu. Berburu dengan tombak dan berinteraksi dengan alam adalah sistem sosial yang menjadikan masyarakat Dompu sangat bersahaja. Tergambar dalam kelembutan dan ketegasan setiap gerakan tarian ini.

Tarian kolosal "Doro Mantika"


Hingga Tambora meletus hebat, memuntahkan sepertiga bagian tubuhnya, meluluhlantakkan semua yang ada. Meninggalkan kaldera terdalam dan terluas di dunia, dan melahirkan Doro Afi To,i di dasarnya, kehidupan setelah itu berubah. 

Namun bencana tidak selamanya membawa keburukan. Karena pasca letusan, Tambora menghasilkan bentang alam maha indah, hutan hujan tropis tumbuh subur dengan satu tumbuhan endemiknya adalah Pohon Duabanga atau Kalangggo, burung - burung berkicau dengan tarian alamnya dan menghidupkan Ayam Hutan Hijau (Peo)  dan burung Kakatua Putih, serta rusa timor (maju) sebagai hewan endemik. Padang Savana Doroncanga yang membentang dari timur hingga barat laksana permadani, tempat di mana ribuan hewan ternak merumput dan berkubang, serta lautan biru menghampar luas seluas mata memandang.


 "Semua itu tergambar baik dalam detail gerakan tarian ini," ungkapnya.


Nyanyian alam mengilhami syair tradisional Dompu yang dilagukan dengan musik mengalun. Masyarakat bersuka cita mencintai alamnya, menjaga dan melestarikan setiap jengkal anugerah itu. Menumbuhkan harapan dalam setiap aspek. Lalu berjanji dengan segala kesyukuran pada Tuhan untuk menjaga anugerah indah itu untuk dana Dompu yang Nggahi Rawi Pahu. (AMIN)