OPINI - Dalam
beberapa tahun terakhir, kesejahteraan masyarakat dompu terlihat semakin
meningkat baik yang di daerah perkotaan maupun pedesaan yang dibuktikan oleh
penurunan angka kemiskinan Kabupaten Dompu. Angka kemikisnan kabupaten
dompu mengalami penurunan yang cukup signifikan sebagaimana ditunjukkan oleh
data BPS yakni, tahun 2015 sebesar 15,11 %, tahun 2016 sebesar 14,38 % dan
tahun 2017 menurun sekitar 0,98 poin sehingga sampai dengan saat ini (2018)
menjadi 13,24 %. Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun juga mengalami
pertumbuhan positif, terbukti tahun 2015 adalah sebesar 6,15 porsen, tahun 2016
mengalami sedikit penurunan sekitar 5,19 porsen dan pada tahun 2017 meningkat
lagi menjadi 6,82 porsen atau sekitar 1,63 poin atau secara rata-rata
pertumbuhan ekonomi adalah 6.05 porsen pertahun.
Penurunan
angka kemiskinan di Kabupaten Dompu merupakan bukti keberhasilan program
pengentasan kemikiskinan yang terus digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Dompu
khsusunya program PIJAR ( Sapi, Jagung dan Rumput laut) yang kemudian diubah
menjadi TERPIJAR (Tebu Rakyat, Sapi, Jagung dan Rumput laut). Program
pengentasan kemikiskinan ini mampu mendongkrak atau meningkatkan kesejahteraan
penduduk dengan meningkatkan daya beli masyarakat. Program pengentasan
kemikiskinan ini tentunya harus di galakkan agar tetap terjaga dan menjadikan
masyarakat Dompu yang madani tanpa menggantungkan diri pada imbalan atau
bantuan dari pemerintah. Akan tetapi sampai kapan program terpijar ini akan
menjadi pilar pengurangan kemikiskinan di Kabupaten Dompu?
Perlu
di ingat bahwa arah kebijakan mengacu pada visi dan misi,yakni pembangunan yang
inklusif yang diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus
memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Partispasi menjadi kata kunci dari
seluruh pelaksanaan pembangunan. Fakta menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat
berkurang dalam suatu pertumbuhan ekonomi yang tumbuh secara dinamis.
Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung
pada peningkatan angka kemiskinan.
Sebagai
gambaran kondisi ekonomi di Kabupaten Dompu adalah penyerapan tenaga kerja yang
cukup tinggi. Dari total penduduk yang bekerja di Kabupaten Dompu pada tahun
2017 yaitu sebanyak 205.672 jiwa, 20.31 persen diserap oleh sector pertanian,
9.52 persen di sector jasa kemasyarakatan, social dan perorangan, 8.70
persen di sector perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, 4.40 persen
di sector konstruksi, 3.56 persen di sector industry, 0.63 persen di
sector lembaga keuangan, Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan,
terdapat dua sector yang sumbangsihnya paling kecil yakni sector listrik, gas
dan air minum sebanyak 0.22 persen dan sector pertambangan dan penggalian
sebanyak 0.08 persen.
Gambaran
tersebut merupakan share dari sisi ketenagakerjaan dan dapat ditarik kesimpulan
bahwa sector pertanianlah yang paling banyak memberikan sumbangsih terbesar
untuk menurunkan angka kemikiskinan. Potensi Jagung cukup membanggakan dalam
beberapa tahun terakhir, terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
cukup signifikan. Tanaman jagung saat ini mampu dan telah meluas dengan luas
panen 87.651 dari 29.813 Hektar (Ha) pada tahun 2015. Produksi jagungpun dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan produksi dari 218.855 ton menjadi 611.616
ton. Hal ini patut di apresiasikan oleh seluruh masyarakat terutama masyarakat
pedesaan yang berhadapan langsung dengan hutan sebagai impian yang berbasis
kesejahteraan.
Salah
satu program terpijar merupakan pengembangan palawija jagung yang merupakan
tanaman andalan sebagai bagian pendobrak dalam rangka meningkat pertumbuhan
ekonomi rakyat, akan tetapi sisi lain hutan/alam kurang diperhatikan atau
dengan kata lain alam tidak bersahabat dengan kita artinya kelestarian alam
harus terjaga pula. Dari data yang ada patutlah dihargai adanya peningkatan
kinerja pemerintah daerah yang sangat konsisten dengan visi dan misinya
sehingga dapat membanggakan dan dijadikan row model bagi para calon pemimpin
masa yang akan dating.
Dengan
suatu program embrio akan keberhasilan pemimpin dalam mengemban amanah dan
merupakan tanggung jawab moral pada visi-misi 5 tahunan segai bagian untuk
mewujudkan dan mensejahterakan masyarkat pada umumnya, namun yang harus
diperhatikan pula dampak lingkungan yang diakibatkan oleh masyarakat yang terus
menerus mengeruk hutan. Oleh karena itu diperlukan upaya yang berkelanjutan
dalam menurunkan angka kemiskinan. Penanganan kemiskinan yang berkelanjutan
sangant penting dalam upaya terus mengentaskan lemiskinan hingga ke kerak
miskin.
Salah
satu upaya adalah meningkatkan alternative mata pencaharian, sehingga tidak
semata-mata hutan menjadi tolak ukur dan harus diingat bahwa reboisasi pun
haruslah dilaksanakan walaupun satu pohon. Prestasi penurunan kemiskinan ini
merupakan prestasi pemerintah daerah berkolaborasi dengan berbagai pihak, upaya
penerunan ini harus terus didukung dengan tetap mengedapankan efek dari sisi
ekonomi dan lingkungan. (*)