Kekuatan Politik Perempuan, Topik Menarik Jelang Pemilu 2019

Kategori Berita

.

Kekuatan Politik Perempuan, Topik Menarik Jelang Pemilu 2019

Koran lensa pos
Selasa, 09 Oktober 2018

Dompu, Lensa Post NTB - Perempuan terjun dalam dunia politik menjadi topik pembahasan yang menarik dalam acara Konsultasi Publik dengan tema "Strategi Daerah Dalam Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)" di aula Bappeda dan Litbang beberapa hari lalu. Tokoh LSM, Sandhi Yusuf mengatakan pada umumnya perempuan masuk dalam daftar calon legislatif semata karena untuk memenuhi keterwakilan perempuan. Karena itu, partai politik kerap mengusung perempuan bukan karena kualitas tetapi karena isi tas (berduit). "Bahkan ada anggota DPRD yang mengatakan kualitas itu nomor 10. Yang nomor satu adalah yang punya uang," ujarnya.

Senada dilontarkan oleh tokoh perempuan, Nur Syamsiah. Ia mempertanyakan keseriusan Parpol dalam mendukung perempuan untuk lolos meraih kursi parlemen. "Seserius apakah Parpol mendorong perempuan untuk mendapatkan kursi dewan ?," tanyanya. Menurutnya saringan politik hingga kini adalah uang. Meskipun ada perempuan yang memiliki kapasitas yang mumpuni, namun jika tak berduit, sangat mustahil untuk bisa meraih kemenangan dalam kompetisi meraih kursi parlemen. 

Demikian pula keterwakilan perempuan yang hanya 3 (tiga) orang di DPRD Kabupaten Dompu. Ia mempertanyakan akankah suara mereka untuk memperjuangkan hak-hak perempuan didengarkan ? Sementara itu, akademisi Ilyas Yasin yang juga hadir dalam kegiatan tersebut, dalam tulisannya berjudul "Menakar Kekuatan Politik Perempuan" menggarisbawahi bahwasanya kaum perempuan atau organisasi perempuan harus mendorong perempuan masuk parlemen dengan tujuan untuk memperkuat posisi tawar perempuan secara politik. "Tapi benarkah keterlibatan perempuan dalam politik akan berkorelasi dengan penguatan hak-hak perempuan?," katanya.   Ilyas melanjutkan ada dua hal yang perlu menjadi pertimbangan. Pertama, adanya wakil perempuan dalam parlemen ternyata tidak otomatis menyuarakan kepentingan dan aspirasi kaum perempuan.  Dalam beberapa kasus yang merugikan perempuan, suara para srikandi di parlemen kurang terdengar," tuturnya. (LP.NTB/ EMO)