Tim LIPI Meneliti Kehebatan Bupati Hj. Indah Dhamayanti putri

Kategori Berita

.

Tim LIPI Meneliti Kehebatan Bupati Hj. Indah Dhamayanti putri

Koran lensa pos
Minggu, 13 Mei 2018

Bima, Lensa Post NTB - Tim Peneliti Gender dan Politik Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang terdiri dari Dr. Kurniawati Hastuti Dewi, S.Ip,MA (Hons), Nyimas Latifah Letty Aziz, SE, M.Sc, M.Eng, dan Sandy Nur Ikfal Raharjo, S.Sos, M.Si (Han) jumat (11/5/2018) resmi diterima Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri diruang kerja Bupati. Hadir mendampingi Bupati pejabat dari Bapeda dan  Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bima. Kehadiran TIM LIPI dalam rangka wawancara eksklusif seputar kondisi Bima dan perpolitikan di Kabupaten Bima, termasuk disinggung tentang Terpilihnya Hj. Indah Damayanti Putri sebagai Bupati Bima dan Drs. H. Dachlan M. Noer sebagai Wakil Bupati Bima Periode 2016 – 2021 melalui rangkaian pesta demokrasi Pemilihan Langsung Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bima dengan memperoleh suara yang signifikan, Keberhasilan seorang Srikandi menjadi Bupati Bima tentu saja memantik perhatian dari berbagai kalangan masyarakat terutama para peneliti yang bergerak di bidang keilmuan khususnya pada focus Gender dan Politik terkait Peran Perempuan dalam dunia politik dan pemberdayaan, poin-poin lain seputar kondisi dan isu yang terjadi di Bima menjadi bahan perbincangan Bupati dan Tim LIPI. 
Kesempatan tersebut, juga menjadi momentum merajut nostalgia perjalanan Umi Dinda sebagai seorang  perempuan sederhana yang dituntun kodratnya untuk berperan lebih baik sebagai seorang isteri, seorang ibu bagi anak-anaknya bahkan yang jauh lebih kompleks lagi adalah eksistensinya sebagai isteri dari seorang Bupati yang juga dari dimensi sejarah budaya Dana Mbojo adalah seorang Sultan Bima. Sesuai dengan  hajat kehadirannya yang dimotivasi oleh aspek keilmuan untuk meneliti sisi  peran konstuktif – supportif perempuan; Tim Peneliti LIPI berpandangan bahwa Umi Dinda sangat reprsentatif menjadi Narasumber guna menginventarisasi hikmah – hikmah pemikiran intelektual  serta kearifan – kearifan  kepribadian yang akhirnya menghantar kaum perempuan pada makom kederajadan dan keberdayaan sejati  sebagaimana yang dibentangkan fakta kehidupan perempuan Bima, Nusa Tenggara Barat hingga ke wilayah Timur Indonesia bahwa kini   Hj. Indah Dhamayanti Putri adalah satu-satunya seorang Bupati perempuan yang kian tangguh menghandle derasnya arus  modernitas dan dinamisnya tuntan kondisional untuk berpartisipasi aktif dalam segala lini kehidupan.
Menjawab pertanyaan Dr. Kurniawati Hastuti Dewi, S.Ip,MA (Hons). Bupati Bima mengatakan, "Saya berpandangan bahwa proses Pemilihan Langsung Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bima untuk periode 2016 – 2021 merupakan sebuah cerminan betapa secara dominan masyarakat Kabupaten Bima telah dewasa dalam menerima dan mencerna kebaruan paradigma demokrasi politik di tengah masih lekatnya nuansa istiadat yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupannya.  Melanjutkan pengabdian Almarhum suami tercinta dan menyambut harapan masyarakat adalah suatu kewajiban. Selama Almarhum H. Ferry Zulkarnain, ST menjadi Bupati Bima 2 periode,  hikmah paling crusial yang saya peroleh sebagai isteri seorang Bupati dalam mendampingi beliau adalah keharusan berbuat dan membantu dengan berlandaskan kecintaan, merajut ikatan emosional dengan  menyelami rasa dan menerima segala keluhan guna dicarikan jalan keluar tanpa mesti merasa lelah. Mengabdi pada masyarakat adalah keluhuran yang memuliakan, demikian kalimat yang selalu Dae Ferry jadikan sebagai pelipur ketika Beliau melihat saya ternampak lelah dalam mendampingi kunjungan kerja pada setiap kelokan wilayah Kabupaten Bima”. Ungkap Umi Dinda. 

Terkait dengan strategi pemenangan yang menghantarkan Hj. Indah Dhamayati Putri dan Drs. Dahlan M. Noer sebagai Bupati / Wakol Bupati Bima Periode 2016-2021 yang ditanyakan oleh Sandy Nur Ikfal Raharjo, S.Sos, M.Si (Han) Umi Dinda menyatakan bahwa masyarakat Kabupaten Bima telah berhasil mengkolaborasi secara utuh antara kecintaannya pada aspek sejarah dan cultur serta kepanutan pada aspek yuridis dan hakikat demokrasi modern. “Kecintaan pada aspek sejarah dan cultur serta kepanutan pada aspek yuridis dan hakikat demokrasi modern sebagaimana dideskripsikan, terefleksi nyata dari tetap terjaganya stabilitas dan soliditas daerah mulai dari awal proses hingga akhir penyelenggaraan. Hikmah mendasar yang mesti dipetik sebagai bentuk pembelajaran etika dan estetika politik dan kemasyarakatan dari balik gempita proses Pilkada yakni menghadapi setiap cobaan dengan sabar dan penuh ketawakkalan; menyampaikan Visi – Misi secara rinci dan tekun” 

 Nyimas Latifah Letty Aziz, SE, M.Sc, M.Eng memberikan pertanyaan terkait dimensi pemberdayaan perempuan Kabupaten Bima berikut kultur social yang dapat dipandang sebagai peluang yang mesti ditindak lanjut dengan program yang padu dan berkesinambungan serta tantangan yang mesti diretas pada masa – masa selanjutnya; menyatakan kekaguman atas deskripsi yang disampaikan Bupati Bima. “Saya kagum pada pandangan beliau(Umi Dinda) deskripsinya simple namun kompleks dan terpadu” ungkap peneliti LIPI tersebut.  
    
Umi Dinda menyatakan bahwa kultur social perempuan Bima terefleksi nyata pada warisan budaya yang hingga hari ini dipertahankan dan diikhtiarkan untuk terus lestari. Perempuan Bima lekat dengan kesederhanaan, santun dan sanggup menjaga martabat dengan berlandas pada nilai agama dan keluhuran tradisi. Mereka mendidik anak dengan penuh kasih sayang, memberikan support kepada suami dalam upaya  menopang dan mengatur ekonomi keluarga. Hal inilah yang menjadi potensi  yang terus dikemas secara terpadu oleh pemerintah daerah melalui leading sector terkait. Program pemberdayaan yang diawali dengan pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja, pendampingan dan permodalan oleh dinas / instansi terkait yang juga bekerjasama dengan dunia swasta adalah ilustrasi global untuk menumbuh kembangkan minat kewirausahaan, kreasi dan inovasi kaum perempuan di segala bidang baik perikanan dan kelautan, pertanian, peternakan, industri / kerajinan rumah tangga maupun konveksi.

Tantangan  kulturalnya cukup unik dimana perempuan Bima merasa sungkan untuk berkarya dan berprestasi melebihi apa yang ditunjukkan oleh suaminya. Hal inilah yang terus membutuhkan arahan dan binaan bahwa karya dan prestasi adalah refleksi diri yang tidak mesti diterjemahkan setara nilai harkat dan martabat dengan pembedaan jenis kelamin.“Seiring perjalanan waktu, perempuan Bima kian cerdas dan berdaya, sanggup berprestasi  dan berkarya dengan tanpa  mereduksi konsistensi pada adat dan budaya kearifan local. Hal ini merupakan dampak positif dari kian banyaknya generasi perempuan Bima yang mengenyam pendidikan tinggi baik di  daerah sendiri maupun ke daerah lain. Setelah  para generasi cerdas dimaksud menyelesaikan studinya, pemerintah daerah membuka ruang yang amat lapang bagi mereka untuk mengabdi; baik secara formal melalui lembaga-lembaga pemerintahan, dunia pendidikan (Guru) Tenaga Kesehatan dan lain - lain maupun melalui sector informal lembaga-lembaga pelatihan dan social kemasyarakatan” ungkap Umi Dinda.

Kembali Dr. Kurniawati Hastuti Dewi, S.Ip, MA (Hons) menanyakan sikap dan pandangan Umi Dinda dalam menghadapi keragaman perspektif masyarakat terhadap kepemimpinan perempuan  yang juga dibarengi dengan pola penyampaian pendapat, saran dan keinginan yang berbeda pula. 
Terkait pertanyaan ini, Umi Dinda menyatakan bahwa ia memiliki harapan besar kiranya perempuan merasa termotivasi untuk menunjukkan kemampuan serta memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat, bangsa dan Negara tanpa mereduksi pemenuhan kewajiban dalam rumah tangga. Dalam hal mengarifi ragam perspektif, pola penyampaian pendapat, saran dan keinginan masyarakat, Umi Dinda menerjemahkannya sebagai hal lumrah dalam kepemimpinan di alam demokrasi; mesti mendapat ruang komunikasi yang dinamis, dilandasi hikmah kebijaksanaan, musyawarah mufakat untuk menentukan prioritas dan solusi. “Semua membutuhkan kearifan untuk merespon, menimbang dan memutuskan; dilandasi dedikasi pengabdian yang tinggi. Dukungan dan partisipasi aktif  seluruh komponen masyarakat, harmoni professional yakni  sinkron dan terpadunya program dan langkah strategis pada setiap unit kerja hingga serasi dengan harapan dan pemenuhan hajat hidup masyarakat, adalah prasyarat utama keberhasilan sebuah kepemimpinan” tutur umi Dinda sembari tersenyum penuh keramahan. (Sukur Bima - Pemred)