Empat Siswa Dikembalikan ke Orang Tua, Ini Penjelasan Wakasis SMAN 1 Dompu -->

Kategori Berita

.

Empat Siswa Dikembalikan ke Orang Tua, Ini Penjelasan Wakasis SMAN 1 Dompu

Koran lensa pos
Minggu, 19 Oktober 2025

 

Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Dompu, Dewi Kurniasih dan guru BP/BK, Erick Ardiansyah



Dompu, koranlensapos.com - Sempat mengejutkan sikap tegas pucuk pimpinan SMAN 1 Dompu mengembalikan 4 siswanya kepada orang tua masing-masing.

Hal itu menimbulkan berbagai tanda tanya publik. Ada yang menilai langkah itu terlalu gegabah dan terburu-buru tanpa pertimbangan matang.

Benarkah demikian?

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Dewi Kurniasih yang ditemui koranlensapos.com menampik hal itu. 

Wakasis yang saat ditemui bersama tim BP/BK menjelaskan keputusan pihak sekolah mengembalikan keempat siswa kepada orang tua sudah melalui pertimbangan yang matang. Pelanggaran berulang yang mereka lakukan menjadi pijakan bagi pihak sekolah untuk memulangkan mereka kepada orang tua.

"Intinya jangan menormalisasi pelanggaran walaupun hanya sekali. Apalagi ini pelanggaran berat yang dilakukan berulang," tegas wanita berkacamata ini.

Lagi-lagi Dewi Kurniasih menegaskan keputusan ini bukan tanpa dasar. Tetapi mengacu pada SOP dan tata tertib serta peraturan yang berlaku di sekolah tersebut. 

Miss Dewi mengungkapkan keputusan mengembalikan 4 siswa ini kepada orang tua masing-masing berawal dari keresahan sejumlah siswa yang melaporkan kehilangan barang-barang milik mereka di area parkir. Seperti helm, kaca spion, bensin, dan lainnya. Ada juga yang melaporkan kehilangan handphone dan uang.

"Laporan-laporan itu kami terima dari bulan Juli. Di bulan Agustus kami mulai melakukan penyelidikan," ungkapnya.

Dikatakannya, para siswa yang melapor ini sebenarnya sudah mengetahui pelakunya. Namun pihak sekolah tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan. Bukti-bukti lain yang menguatkan harus didapatkan.

Beberapa Wakasek bersinergi dengan guru-guru BP/BK dan Tim Pengendali Kekerasan dan Bullying di sekolah itu mulai bekerja melakukan langkah-langkah penyelidikan. Laksana aparat penegak hukum, bukti-bukti dan keterangan yang menguatkan dikumpulkan sejak Agustus 2025 itu.

Rekaman CCTV di sekolah itu mengarah kepada nama-nama yang disebutkan para pelapor. Gerak-gerik mereka dalam pantauan kamera CCTV itu mencurigakan. Namun demikian, tim ini masih terus mencari bukti-bukti lain.

Di sisi lain, melalui kegiatan literasi umum maupun di forum-forum resmi, pihak sekolah selalu mengingatkan para siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan sekolah. Siswa diingatkan untuk tidak melakukan pelanggaran, apalagi yang berkonsekuensi dengan hukum. Pembinaan personal juga kerap dilakukan. Dalam kegiatan pembinaan ini, tidak jarang juga melibatkan aparat TNI dan kepolisian. 

Waktu berlalu, awal Oktober 2025, SMAN 1 Dompu melaksanakan kegiatan ulang tahunnya. Puncaknya pada 4-5 Oktober 2025. Keempat pelaku yang disangkakan kembali melakukan aksi sebagaimana biasanya. Aksi meteka tertangkap basah. Dua video juga menjadi alat bukti yang tidak bisa disangkal lagi.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan beberapa alat bukti di atas, tidak ada lagi toleransi bagi pihak sekolah untuk mempertahankan mereka. Keputusan sekolah final dan mengikat. Keempat siswa ini harus dikembalikan kepada orang tua masing-masing.

Dijelaskan Wakasis, selain mengembalikan kepada orang tua, mereka juga dipindahkan ke sekolah lain yang ingin mereka masuki. Koordinasi dengan sekolah baru dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi.

"Supaya mereka tidak putus sekolah, maka dipindahkan ke sekolah yang mau dimasuki, karena ini berhubungan dengan Dapodik (Dapodik)," ujarnya.


Dewi menyebut 3 orang tua dari 4 siswa ini sudah bisa menerima dengan ikhlas kelutusan itu. Sedangkan salah satunya masih melakukan bargaining (tawar menawar) dengan pihak sekolah. Alasannya karena anaknya baru sekali itu melakukan pelanggaran. Ia masih ngotot menginginkan anaknya tetap bersekolah di SMAN 1 Dompu.

Menurut Dewi, boleh saja secara akademik salah satu anak ini tetap di SMAN 1 Dompu. Tetapi konsekuensinya tidak diperkenakan mengikuti pelajaran dan tidak akan lulus ujian karena pelanggarannya itu.

Diungkapkan Dewi, keputusan mengembalikan siswa kepada orang tua bukan baru sekali ini. Ada yang pelanggarannya hanya sekali, tetapi masuk kategori berat, akhirnya dipindahkan dan dikembalikan kepada orang tua. 
Disebutnya ada yang terlibat narkoba, miras, pelecehan dan pemanahan.
"Walaupun pelanggaran itu dilakukan di luar lingkungan sekolah dan terbukti, maka harus kami kembalikan kepada orang tua. Ini sudah menjadi aturan di sekolah ini," tandasnya. (emo).