Sampah Plastik Bom Waktu Ekologis, Ini Seruan Menteri LH di Momen HLHS 2025

Kategori Berita

.

Sampah Plastik Bom Waktu Ekologis, Ini Seruan Menteri LH di Momen HLHS 2025

Koran lensa pos
Rabu, 11 Juni 2025

 

Apel Siaga Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digelar di halaman Hotel Aman Gati, Lakey, Hu'u Dompu, Kamis (5/6/2025) lalu. Bertindak sebagai Pembina Apel Ketua DPRD Dompu, Ir. Muttakun dan Pemimpin Apel Kepala Dinas LH, Jufri, ST., M. Si. Usai apel dilanjutkan dengan pembersihan Pantai Lakey dari sampah plastik


Koranlensapos.com - Menteri Lingkungan Hidup merangkap Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Hanif Faisol Nurofiq menyatakan sampah plastik menjadi bom waktu ekologis saat ini. 

Hal itu disampaikan Menteri LH dalam sambutan tertulisnya pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2025 lalu.


Dijelaskan Menteri Hanif, 
dunia saat ini memproduksi lebih dari 400 juta ton plastik setiap tahun, namun hanya kurang dari 10% yang berhasil didaur ulang. Sisanya mencemari tanah, sungai, laut, dan bahkan telah terdeteksi dalam rantai makanan manusia. 

Di Indonesia, situasinya tak kalah memprihatinkan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, total timbulan sampah mencapai 56,6 juta ton, di mana sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% adalah sampah plastik. Ironisnya, hanya 39,01% yang terkelola secara layak, sementara sisanya berakhir di TPA open dumping, dibakar 
terbuka, atau mencemari lingkungan (KLHK, 2023). 

Tanpa upaya luar biasa, pada tahun 2028, seluruh TPA di Indonesia diproyeksikan akan penuh dan tak lagi mampu menampung sampah.

"Hari ini kita memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025. Momen ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan panggilan moral, seruan aksi kolektif, dan momentum penyadaran bersama. Tema tahun ini — “Hentikan Polusi Plastik” — bukan sekadar slogan. Ini wujud tanggung jawab kita menjawab tantangan utama ancaman planet yang meliputi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi (UNEP, 2022). Ketiganya saling berkaitan, dan polusi plastik adalah simbol sekaligus akibat dari cara hidup yang tak berkelanjutan," paparnya.

Dikemukakannya, dampak yang ditimbulkan dari “Polusi Plastik” sangat serius. Antara lain ekosistem laut rusak (biota seperti penyu, burung laut, dan ikan terancam), nelayan kehilangan sumber penghidupan, biaya pengelolaan meningkat drastis, pariwisata menurun karena pantai yang tercemar. 

"Dan yang lebih berbahaya: mikroplastik kini ditemukan dalam air minum, garam, bahkan dalam tubuh manusia," sebutnya.

Menteri Hanif menerangkan 
Pemerintah Indonesia telah menegaskan target besar 100% pengelolaan sampah pada tahun 2029, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024.

"Dan arahan langsung Bapak Presiden. Kami bergerak melalui dua pendekatan: hulu dan hilir. Di hilir, kami melarang TPA open dumping secara bertahap, meningkatkan DAK dan insentif bagi daerah, membangun infrastruktur pengolahan di 33 kota besar, dan memperkuat skema Extended Producer Responsibility (EPR) bagi produsen. Di hulu, kami melarang impor scrap plastik (Permendag 2024), mendorong pembatasan plastik sekali pakai melalui perda-perda daerah, 
menggalakkan edukasi publik dan ekonomi sirkular, serta menyusun regulasi pelarangan produksi plastik sekali pakai yang sulit didaur ulang," urainya.


Di tingkat internasional, lanjutnya, Indonesia membawa semangat lead by example. Pada bulan Agustus mendatang, Indonesia akan hadir dalam forum INC 5.2 di Jenewa, perundingan terakhir penyusunan konvensi global yang mengikat secara hukum untuk menghentikan polusi plastik. 
"Kami mendorong keadilan lingkungan, akuntabilitas produsen global, dan dukungan nyata bagi negara berkembang. Indonesia hadir bukan sebagai korban pencemaran global, tetapi sebagai pemimpin solusi," katanya.

Pada momen Peringatan HLHS 2025 itu, Menteri LH juga menyerukan kepada Gubernur, Bupati dan Wali Kota agar segera membuat Perda pelarangan plastik sekali pakai, bangun bank sampah dan fasilitas daur ulang lokal.  Terapkan zero waste to landfill sebagai visi bersama. Jadikan sekolah, pasar, tempat ibadah, dan kantor sebagai ruang edukasi hidup tanpa sampah dan mengapresiasi para pejuang lingkungan.

"Dalam kesempatan ini, izinkan saya memberikan penghormatan dan apresiasi yang setinggi tingginya kepada para penerima Penghargaan Kalpataru tahun 2025. Kalian semua adalah teladan hidup, saksi dari dedikasi, konsistensi, dan keberanian dalam menjaga bumi, kadang tanpa sorotan, tanpa insentif, namun dengan penuh cinta dan tanggung jawab. Saudara saudara adalah pengingat bahwa perubahan besar bisa lahir dari tindakan kecil yang terus menerus," ucapnya mengapresiasi.

Sedangkan kepada dunia usaha, Menteri menyerukan untuk saatnya berubah. Produksi dan konsumsi harus bertanggung jawab. Desain produk harus mudah diguna ulang, diisi ulang, dan didaur ulang. 
"Tidak ada lagi alasan untuk tetap memproduksi plastik yang tidak bisa diolah," pintanya.

Selanjutnya Menteri juga berharap kepada generasi muda — Gen Z dan Gen Alpha agar menjadi agen perubahan dan  pelopor gaya hidup minim plastik.  
"Bawa botol minum sendiri, tolak sedotan plastik, gunakan tas belanja sendiri, pilih produk lokal yang berkelanjutan, aktif ajak teman-temanmu untuk mulai kelola sampah, dan edukasi lingkungan melalui media sosial kalian. Kalian bukan penonton. Kalian penentu arah sejarah," harapnya.

Mengakhiri sambutannya, Menteri LH mengatakan hari ini adalah panggilan bukan hanya untuk sadar, tapi untuk bertindak bersama. 

"Setiap langkah kecil: memilah sampah, menolak plastik sekali pakai, memilih produk ramah lingkungan akan menciptakan gelombang perubahan besar. Bumi tidak membutuhkan kita. Kitalah yang membutuhkan bumi. Mari kita wariskan alam yang bersih, bukan krisis yang ditinggalkan," pungkasnya. (emo).