76 Ribu Hektare Kawasan KPH Topaso Hanya Dijaga 37 Personel Pamhut dan Polhut

Kategori Berita

.

76 Ribu Hektare Kawasan KPH Topaso Hanya Dijaga 37 Personel Pamhut dan Polhut

Koran lensa pos
Sabtu, 19 Oktober 2024
Kepala Balai KPH Topaso, Nurwana Putra, S. Hut


Koranlensapos.com - Kawasan KPH Toffo Pajo Soromandi memiliki areal seluas 76 ribu hektare. Kawasan itu terhampar mulai dari Nangadoro di Kecamatan Hu'u ke utara hingga di perbatasan Dompu dengan Bima di Mangge Na'e. 
Selanjutnya di bagian utara mulai dari Kecamatan Kilo ke tinur hingga di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

Kepala Balai KPH Topaso, Nurwana Putra, S. Hut menyebut kawasan seluas 76 ribu Ha itu dibagi dalam 8 resort. Sedangkan jumlah personel pengamanan wilayah Topaso itu 37 orang.

"Jumlah anggota patroli lapangan kami ada 37 orang terdiri dari 32 Pamhut dan 5 Polhut," ungkap Nurwana kepada koranlensapos.com di ruang kerjanya, Kamis (17/10/2024).

Dikemukakan Nurwana, pihaknya tidak mau mengeluh dengan adanya keterbatasan personel. Namun berusaha semaksimal mungkin dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menjaga wilayah hutan. 

"Setiap hari anggota tetap melakukan patroli di wilayah masing-masing untuk mencegah terjadinya pembukaan lahan baru," ujarnya.

Nurwana mengapresiasi anggota TNI dan Polri (Babinsa dan Bhabinkamtibmas) yang sangat mendukung dan membantu upaya pengamanan hutan yang berlangsung di setiap wilayah resort.

Diakuinya menjelang musim tanam (musim hujan) ini, di beberapa wilayah terjadi kecenderungan oknum-oknum masyarakat melakukan perluasan areal penanaman jagung dengan membuka kawasan hutan. Namun pihaknya tidak berdiam diri. Upaya pencegahan dengan patroli terus dilakukan. Kendati demikian masih terjadi kecolongan juga di beberapa lokasi.

"Kami tetap berupaya semaksimal mungkin menjaga hutan. Tapi kecolongan tetap ada juga," akunya.

Lebih lanjut dikatakannya, upaya penangkapan terhadap pelaku perusakan hutan terus dilakukan pihaknya. Penangkapan bisa dilakukan bila pelaku sedang melakukan aksi pengrusakan hutan. Namun rencana penyergapan kerap bocor dengan adanya sistem informasi yang cepat saat ini.

"Misalnya kami mau melakukan patroli di kawasan hutan, melewati pemukiman warga. Warga yang melihat kedatangan kami menghubungi oknum warga yang sedang menebang pohon untuk lari menyelamatkan diri. Sehingga alatnya saja yang bisa kami dapatkan. Pelakunya sudah lari," ungkapnya.

Disebutnya penebangan hutan oleh oknum-oknum masyarakat saat ini bukan lagi menggunakan parang atau kapak seadanya, namun sudah banyak memakai peralatan mesin shin caw. Karena itu patroli tetap dilaksanakan setiap hari. Bahkan mulai subuh sampai malam hari.

"Dengan mesin shin caw, lahan dua hektar saja bisa habis dalam waktu singkat," ujarnya.

Lebih lanjut Nurwana berharap kesadaran masyarakat untuk tidak lagi melakukan pengrusakan kawasan hutan. Karena hutan adalah sumber kehidupan yang harus dijaga kelestarian dan keberlangsungannya hingga anak cucu. Kepada masyarakat juga diminta kesadarannya untuk mencegah dan menghalangi bila ada oknum-oknum yang berusaha merusak hutan.

"Peran pemerintah desa juga sangat kami harapkan," pintanya. (emo).