Koranlensapos.com - Varietas jagung bioteknologi merupakan hasil rekayasa genetika. Di sejumlah negara sudah lama melakukan rekayasa genetika untuk varietas jagung ini. Sedangkan di Indonesia baru sekitar 2 tahun ini.
Demikian disampaikan Ketua Kelompok Substansi Jagung dan Aneka Sereal Direktorat Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Arnen Sri Gumala saat menghadiri Panen Raya Jagung Bioteknologi bertema "Merdeka Pangan Menuju Indonesia Emas 2045" yang berlangsung di Desa Lune Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu NTB, Senin (12/8/2024).
Arnen menyebut produktivitas rata-rata varietas jagung bioteknologi mencapai 15 ton per hektare.
"Kita berharap varietas jagung bioteknologi ini akan menjadi salah satu jawaban untuk upaya peningkatan produksi jagung di Indonesia," ujarnya.
Dikatakannya tujuan peningkatan produksi jagung tidak lain untuk pencapaian swasembada jagung berkelanjutan dan tentu saja juga untuk peningkatan kesejahteraan petani.
Disebutnya tahun 2024 ini target produksi jagung nasional 16,5 juta ton dengan kadar air 14%.
Berdasarkan data BPS yang dirilis bulan Juni 2024 capaian produksi kita Juni - Septermber mencapai 10,9 juta ton.
"Kalau kita bandingkan dengan periode yang sama tahun 2023, produksi kita mengalami penurunan 0,48 juta ton. Tapi jangan berkecil hati, kita masih ada waktu 3 bulan (Oktober - Desember) untuk mengejar ketinggalan 5,6 juta ton dari target 16,5 juta ton itu," bebernya.
Arnen mendorong petani untuk terus bersemangat dalam menanam jagung. Menurutnya pemerintah tidak akan tinggal diam, namun terus berupaya mencarikan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
"Semangat terus menanam jagung jangan sampai kita melakukan impor akibat produksi belum memenuhi kebutuhan dalam negeri," dorongnya. (emo).