Alan Malingi, Sejarawan dan Budayawan Bima, NTB |
Akhir-akhir ini sangat viral perkataan dan ujaran kebencian serta pernyataan yang berbau pornografi di media sosial. Hal ini menunjukkan komunikasi verbal masyarakat Bima sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan berbahaya.
Permasalahan ini tidak boleh kita anggap sepele. Ya... setelah viral, dibina dan akhirnya minta maaf. Hal ini sering sekali terjadi dalam tata pergaulan kita di Bima saat ini.Media sosial selalu menjadi wadah utama untuk membuat viral kemudian permintaan maaf pun viral dan selesai. Kemudian muncul lagi dan kembali muncul kepermukaan.
Apa sebenarnya penyebab hal ini? Menurut saya ada empat faktor penyebabnya.
Pertama, keringnya pendidikan agama; Kedua, pengaruh lingkungan; ketiga, tergerusnya pendidikan karakter; dan keempat, sunyinya ajaran Nggahi Mataho.
Empat faktor ini saling berkaitan. Pada tulisan ini saya tidak mengupas faktor pertama sampai ketiga. Saya lebih menekankan pada faktor keempat yaitu Ajaran Nggahi Mataho. Hal ini juga penting untuk diajarkan kepada anak anak dan remaja serta kita semua agar senantiasa menjaga lisan dengan perkataan yang baik dan menyenangkan orang lain.
Leluhur masyarakat Bima Dompu telah menitipkan beragam Nggahi Mataho lewat petuah, pantun, syair, ungkapan dan lainnya untuk menjadi pedoman dan panduan di dalam kita berkomunkasi satu sama lain.
Nggahi mataho perlu diajarkan kembali kepada generasi kini dan akan datang agar kita santun dalam pergaulan. Ada kata dan kalimat yang tidak pantas.Ada yang pantas untuk kita ucapkan. Semua itu perlu kita bumikan kembali di Dana Mbojo tercinta.
Mari bumikan Nggahi Mataho. Ajarkan perkataan yang baik baik kepada anak, keluarga, tetangga, kerabat dan sahabat kita.
Senggigi, 15 Agustus 2019