Filosofi Lima Jari Tangan dalam Penguatan Moderasi Beragama

Kategori Berita

.

Filosofi Lima Jari Tangan dalam Penguatan Moderasi Beragama

Koran lensa pos
Selasa, 06 Agustus 2024
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Dompu, H. Syamsul H. Ilyas saat membuka kegiatan Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama yang diselenggarakan oleh Pokja Kampung Moderasi Beragama Kecamatan Woja di Aula Kantor Kelurahan Simpasai, Selasa (6/8/2024)



Koranlensapos.com - Harmonisasi kehidupan beragama di Kabupaten Dompu cukup kondusif. Masyarakat yang majemuk bisa hidup berdampingan satu sama lain dengan rukun dan damai. Masyarakat Dompu bisa hidup dengan damai, saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

Demikian paparan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Dompu, H. Syamsul H. Ilyas saat membuka kegiatan Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama dengan tema "Memupuk Persaudaraan Memperkuat Persatuan Bangsa" yang digelar Kelompok Kerja Kampung Moderasi Beragama (Pokja KMB) Kecamatan Woja di Aula Kantor Kelurahan Simpasai, Selasa (6/8/2024).

Ditegaskan Kakan Kemenag, suasana rukun dan damai bisa terwujud karena semua elemen masyarakat menjalankan peran dan fungsi sesuai porsi masing-masing.

"Alhamdulillah di Simpasai ini sejak dulu dari waktu ke waktu aman dan damai. Ini menandakan peran tokoh saling menguatkan satu sama lain," ujar tokoh kelahiran Bali Dua Kelurahan Simpasai Kecamatan Woja itu.

Dikemukakannya, menjaga harmonisasi itu tidak sesederhana yang dipikirkan. Namun membutuhkan pemikiran, gagasan, dan sinergisitas dari semua unsur yang ada di tengah masyarakat, yakni pemerintah, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh wanita dan berbagai komponen lainnya.


Terkait sinergisitas ini, Syamsul mengambil filosofi 5 jari tangan. Ibu jari diibaratkan pemerintah (pemimpin). Jari telunjuk adalah agniya (orang-orang kaya). Jari tengah adalah ulama, tokoh agama dan tokoh sentral di tengah masyarakat. Sedangkan jari manis adalah filosofi dari kaum wanita yang berperan mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya sehingga tumbuh sehat, kuat dan berakhlak. Adapun jari kelingking adalah filosofi dari para tokoh pemuda yang menjadi generasi penerus. Kaum muda harus mengasah dan menempa diri supaya menjadi generasi yang sehat, tangguh, cerdas, terampil, dan berbudi pekerti yang luhur.

"Apabila 5 hal ini saling menguatkan satu sama lain di mana pun kita tinggal dan di daerah mana pun pasti akan aman dan damai," ucapnya.

Diuraikan mantan Kakan Kemenag Sunbawa ini bahwa dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang muncul riak-riak kecil. Itu adalah hal biasa dalam kehidupan. Ibarat orang mencuci piring pasti akan menimbulkan bunyi. 

"Orang yang mencuci piring tidak boleh membuat piring itu pecah. Seperti itulah peran para tokoh membuat suasana yang sedikit memanas bisa didinginkan," harapnya.

Lebih lanjut dijelaskan Kakan Kemenag, penguatan moderasi beragama merupakan poin pertama dari 7 Program Prioritas Kementerian Agama. Konsep mengenai moderasi beragama ini tertuang dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 143 yakni Ummatan Wasathon (umat yang tengah).

Prinsip Wasathiyah mengandung makna bahwa para tokoh harus berperan sebagai penengah dan penyeimbang di tengah kehidupan bermasyarakat. Para tokoh juga harus memerankan diri sebagai pelopor dalam tasamuh (toleransi beragama). Tokoh  juga harus menciptakan kesejajaran (kesetaraan) dalam kehidupan beragama. Ia juga harus bersikap adalah yakni menjadi figur pembawa keadilan dan arif dalam menentukan kebijakan sesuai regulasi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Selanjutnya para tokoh juga harus bersikap terbuka dan dinamis.

Memungkasi sambutannya, Kakan Kemenag kembali berharap penguatan peran para tokoh untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah 2024. Dikatakannya di tahun politik berbagai narasi bisa berkembang dan diputarbalikkan sehingga bisa berpotensi memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat. Apalagi dengan keberadaan media sosial kerap 'dimanfaatkan' untuk kepentingan tertentu. Peran para tokoh diharapkan untuk mendinginkan situasi dan mengedukasi masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi yang belum jelas kebenarannya. Hindari penyebaran ujaran kebencian dan isu-isu hoaks agar pesta demokrasi terlaksana dengan aman dan damai. 

Kakan Kemenag juga mengajak agar 4 Pilar Kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1946, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI terus digaungkan bersama supaya mengakar dan melekat kuat dalam kepribadian masing-masing anggota masyarakat. (emo).