Surgaku Mama

Kategori Berita

.

Surgaku Mama

Koran lensa pos
Kamis, 11 Januari 2024



Oleh: Dinda Safira Apriliani*

Tentang sebuah kisah yang mengubah aksara menjadi cerita. 280 hari, lebih tepatnya 9 bulan. Hari-hari di kala seorang mama yang menunggu kita untuk dilahirkan di dunia. Rusuk mama yang tak mudah dipatahkan. Tetesan keringatnya adalah tanda dari perjuangan mama saat melahirkanku ke dunia.

Tak terbayang dia berjuang melawan kesakitan ketika melahirkan anak-anaknya. Bahkan bisa dikatakan antara hidup dan mati. Justru beberapa detik sesudah melewati rasa sakit itu dia masih bisa tersenyum. Kesakitan mama yang melahirkan setara dengan 20 tulang yang patah secara bersamaan. Sangat luar biasa perjuangan seorang mama.

Saya anak dari seorang mama hebat, yang bisa membimbing dan mendukung semua pilihan yang kubuat. Mama juga selalu menjadi teman curhat bagiku. Tempat di mana aku bisa cerita sepuasnya tanpa khawatir. Mama selalu saja menjadi temanku, bukan hanya sekadar teman. Mama juga bisa berperan sebagai apapun, tetapi apapun tidak dapat menggantikan peran mama. Ketika aku sakit mamalah yang merawatku hingga sembuh. Bukan hanya aku, saat semua keluargaku sakit mamalah yang menggantikan peran seorang dokter.

Mama siap melakukan apapun demi melindungi dan melihat anak-anaknya bahagia. Tumbuh berkembang menjadi sosok yang kuat dan berharap aku akan kuat seperti mamaku.

Mama juga selalu membebaskan aku untuk memilih hal yang aku sukai. Mama nggak pernah memaksa aku untuk bisa menguasai semua hal. Mama juga bisa mengerti kalau aku kadang suka ini dan itu. Mama juga nggak pernah membatasi aku untuk memilih teman, asal temanku memberi pengaruh yang baik untuk aku.

Kalimat mama selalu saya pegang untuk menguatkan saya setiap kali saya mulai ragu dan sedih. Mama selalu hadir bahkan ketika saya berada di titik nol. Mama yang membuat saya bertahan. Mama yang akan mengulurkan tangannya untuk mengangkat saya, di saat orang lain tidak memedulikan saya. Selama saya di sini pun, mama tidak berhenti untuk mendukung saya. Inilah yang membuat saya ingin menjadi orang tabah, sabar dan kuat seperti mama. Pedoman kehidupan saya.

Untuk mamaku tersayang, terima kasih telah memberikan cinta, waktu, dan memahami hidupku dengan begitu tulus. Aku tak akan pernah melupakan semua pengorbanan yang engkau berikan.


*Penulis Siswi dan Anggota Ekskul Jurnalistik SMAN 1 Hu'u,