Jalur Kamudi Dihotmix, Suhada Menangis Terharu

Kategori Berita

.

Jalur Kamudi Dihotmix, Suhada Menangis Terharu

Koran lensa pos
Sabtu, 30 Oktober 2021

 

      Suhada berjabat tangan dengan Bupati AKJ (atas). Suhada (kaos merah) bersama Hendra, S. Pd, Direktur Samudra Dompu (kemeja biru/bawah)

Dompu, koranlensapos.com -  Betapa bahagia hati Suhada, tokoh masyarakat Kamudi setelah jalur transportasi menuju tempat tinggalnya di Dusun Kamudi Desa Rababaka Kecamatan Woja Kabupaten Dompu.

Ungkapan rasa bahagia itu disampaikan oleh Suhada di hadapan Bupati Dompu Kader Jaelani, Ketua  DPRD Andi Bachtiar, A. Md. Par, beserta jajaran pada Jumat (29/10/2021) kemarin. Air mata bahagia tiada terasa mengalir dari ujung matanya hingga membasahi pipinya. Ia tidak kuasa menahan perasaan haru di hadapan para pejabat tersebut. Mantan Kepala Dusun Kamudi ini menangis sejadi-jadinya.

"Saya menyampaikan terima kasih yang luar biasa kepada jajaran pemerintah Kabupaten Dompu Eksekutif ataupun Legislatif," ungkap Suhada dengan sesenggukan menahan isak tangis. 

Sesaat pria berusia 50 tahun ini tidak mampu melanjutkan kalimatnya karena tidak kuasa menahan tangis. Sesekali ia menyeka air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. 

Kepada media ini Suhada mengaku sangat berbahagia yang sulit dilukiskan dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pemerintah benar-benar memperhatikan nasib masyarakat Dusun Kamudi. Listrik sudah masuk di kampung terpencil itu sejak dua tahun lalu. Kampung yang dulu bila malam tiba gelap, lengang serta hanya ditemani suara-suara jangkrik dan burung-burung malam menjadi terang benderang dan masyarakat bisa menonton televisi. 

Apalagi kini dengan adanya pengaspalan jalan, jalur transportasi menjadi lebih mudah dan aman. Ia mengenang kembali masa-masa puluhan tahun sejak ia dilahirkan di kampung terisolir itu. Hanya kesunyian yang menemani. Untuk menuju ke Rababaka saja tempat kantor desa berada, membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan fisik yang harus kuat.

"Saya sekolah SD di Rababaka, SMP di Montabaru jalan kaki terus setiap hari melewati sawah dan sungai,"  kenangnya.



Tahun 2006, saat ia menjadi Kepala Dusun, mulai merintis jalur transportasi yang dianggap lebih mudah dan lebih dekat. panjang jalur rintisan itu sekitar 2 (dua) kilometer tembus ke desa tetangga yaitu wilayah admimistratif Kelurahan Simpasai Kecamatan Woja. Karena Kamudi berada di daerah pedalaman, maka jalur rintisan ini adalah mendaki tanjakan-tanjakan yang cukup sulit dilalui. Suhada mengisahkan sudah banyak warga yang mengalami kecelakaan saat melintasi jalur itu. Belum lagi yang dialami oleh guru-guru dan para tenaga kesehatan. Sudah banyak yang mengalami patah tulang akibat melintasi jalur yang ekstrim tersebut.

"Pernah ada ibu yang mau melahirkan. Tenaga kesehatan tidak berani turun malam-malam akhirnya kami gotong pakai sarung ke rumah sakit,' kisahnya.

Suhada mengemukakan perjuangan berat selama ini telah dibayar tunai oleh pemerintah dengan adanya pengaspalan jalan itu. Tiada kata lain yang bisa ia ucapkan selain ucapan syukur kepada Allah SWT dan terima kasih kepada pemerintah.
     Suhada bersama Camat Woja,        Suherman, S. Pt

"Itulah yang membuat saya menangis kemarin karena terharu atas perhatian pemerintah. Apa yang saya mimpikan selama ini menjadi kenyataan," kata Suhada saat dihubungi media ini via ponselnya Sabtu pagi ini. (emo).