Kepala BDK Denpasar : Mari Kita Jaga Republik Tercinta Ini

Kategori Berita

.

Kepala BDK Denpasar : Mari Kita Jaga Republik Tercinta Ini

Koran lensa pos
Minggu, 13 Juni 2021



Dompu, koranlensapost.com - 
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Tidak ada yang menyamainya di dunia ini. Begitu pula penduduknya yang terdiri dari banyak suku bangsa, agama, budaya, adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda merupakan hasanah kekayaan bangsa yang tiada duanya di belahan bumi mana pun. Maka harus dijaga agar negeri ini tetap aman dan damai serta masyarakat seluruhnya bisa hidup makmur sejahtera.

"Mari kita jaga republik tercinta ini," demikian pesan Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar, Dr. H. Muchammad Toha, M. Si saat memberikan pembekalan kepada peserta Pelatihan Moderasi Beragama Angkatan V Tingkat Kabupaten Dompu melalui aplikasi zoom meetting pada hari Jumat (11/6/2021) kemarin.

Dikatakannya Bumi Pertiwi Nusantara ini memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Gugusan pulau-pulaunya indah bagaikan permata sehingga dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Bentang alamnya sangat luas terhampar dari Sabang sampai Merauke
Tidak mengherankan jika perjalanan menggunakan pesawat terbang dari Papua sampai ke Aceh memakan waktu hingga 7 sampai 8 jam. 
"Kita tidur di atas pesawat bangun lagi kemudian tidur lagi lalu bangun lagi masih berada di atas Indonesia. Begitu luasnya negeri yang kita cintai ini," ujarnya.

Ia mengatakan dengan waktu yang hampir sama, jamaah haji asal Indonesia bisa sampai di Saudi Arabia padahal banyak negara yang dilewati.

"Begitu luasnya alam Indonesia sampai dibagi dalam 3 (tiga) waktu, yakni Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (Wita) dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Tidak heran di waktu bersamaan ada yang mengucapkan selamat siang, ada yang mengucapkan selamat sore," ungkapnya.  

Dikatakan Toha, negeri ini juga memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Beraneka ragam jenis flora dan fauna. ada di dalamnya. Indonesia juga tanahnya subur. Bila di negara lain seperti Arab Saudi misalnya, hanya pohon-pohon tertentu yang bisa tumbuh, maka di bumi Nusantara ini semua jenis tanaman ada. 

"Pohon apa yang tidak ada di Indonesia ? Semuanya ada. Di Timur Tengah menanam rumput adalah suatu perjuangan luar biasa. Tetapi di Indonesia rumput tumbuh subur dengan sendirinya," ungkapnya.

Ia mengilustrasikan kesuburan negeri bahkan seseorang yang malas pun,  makan jeruk bijinya disemburkan di samping rumahnya bisa tumbuh menjadi hutan jeruk. 

"Betul kata Koes Plus tongkat kayu dan batu jadi tanaman," ucapnya.

Begitu pula dengan kekayaan budaya. Indonesia memiliki hasanah kekayaan budaya yang tidak tertandingi. Keanekaragaman suku di negeri ber-Bhineka Tunggal Ika ini membuatnya kaya dengan budaya yang sangat beragam. Pakaian khas daerah yang dimilikinya berbeda-beda. 
Demikian pula dengan kekayaan bahasa, Indonesia tiada lawannya. Ratusan bahasa ada di negeri ini. 

"Kalau kita ke Belanda semuanya sama bahasa Belanda. Kalau kita ke Jerman, bahasanya Bahasa Jerman. 
Tapi kalau di Indonesia, Jawa Barat dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah beda. Belum lagi kalau ke luar Jawa. Seperti di Papua, bukan lagi satu kabupaten, tetapi setiap klen-klen komunitas tertentu sudah beda bahasa dengan yang lainnya. Demikian pula di NTT dan lain-lainnya. Namun Bahasa Indonesia menyatukan bahasa-bahasa yang berbeda itu," ucapnya.

Jenis makanan setiap daerah juga berbeda-beda. Ada yang makan nasi, makan jagung, ubi maupun sagu. 
Kuliner khas daerah di Indonesia ini juga sangat beraneka ragam jenisnya. 

Semua itu, jelas Kepala BDK Denpasar merupakan kekayaan bangsa yang harus terus dilestarikan sampai ke anak cucu dan generasi selanjutnya. Semuanya harus dijaga agar Indonesia tetap utuh. Ia mengapresiasi perjuangan yang telah dilakukan oleh para pendiri bangsa ini yang telah menyatukan Bumi Pertiwi ini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.


"Para leluhur kita orang-orang yang sangat cerdas. Kenapa ? Indonesia makanannya beda-beda, busananya, tradisinya, bahasanya juga beda. Agama juga berbeda-beda.
Tetapi bisa menjadi satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah hebatnya leluhur kita. Mempersatukan semua perbedaan-perbedaan yang ada dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika," ujarnya. 

Ia menegaskan Pancasila menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Perbedaan-perbedaan yang ada di negeri ini bisa disatukan karena Pancasila. Pancasila yang menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada di negeri ini. Pancasila adalah tali temali yang mengikat bangsa Indonesia sehingga bisa bersatu.

"Maka siapapun yang mempermasalahkan Pancasila pada hakekatnya dia sedang bermasalah dalam jiwa kebangsaannya," tegasnya.

Dikemukakannya negeri ini sangat makmur. Tidak salah bila dikatakan Indonesia adalah serpihan surga. Dalam istilah Jawa menyebutkan gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, tukul kang sarwo tinandur, murah kang sarwo tinuku, yang artinya negara yang subur makmur dan tertata sesuai dengan hukum, serta tentram, ramai. Tumbuh yang serba ditanam, murah barang-barang yang akan dibeli.

Namun demikian, karena subur makmurnya Indonesia, maka banyak yang ingin menguasai. Banyak bangsa lain yang ingin mereguk manisnya Indonesia. Berbagai macam cara dilakukan untuk bisa menguasai negeri ini.

"Yakinlah Belanda tidak akan berani lagi menjajah Indonesia. Jepang tidak akan berani lagi menjajah Indonesia.
Belanda lari terbirit-birit ketika dilawan hanya menggunakan bambu runcing.
Belanda trauma tidak akan kembali karena takut dengan semangat perjuangan rakyat Indonesia," ucapnya.

Tetapi, lanjut Toha ada sebuah penjajahan gaya baru. Bangsa lain menggunakan cara-cara lain untuk menaklukkan negeri ini.
Para imperialis ingin 'menjajah' Indonesia bukan dengan peperangan, tetapi dengan cara yang halus. Mereka mengirim berita-berita hoax untuk membentur-benturkan sesama anak bangsa. Yang Islam dibenturkan dengan sesama Islam. Sehingga muncul di media sosial saling mengkafir-kafirkan, membid'ah-bid'ahkan sesama Islam. 
Dibenturkan pula masyarakat beragama satu dengan yang lain. Yang paling mudah adalah dengan mengatasnamakan agama.
Yang pindah agama disuruh berkisah menjelek-jelekkan agama yang dulu dianutnya.

"Negeri ini disuruh ribut antar anak bangsa. Kalau negara sudah ribut, negara tidak bisa maksimal membangun. Karena sibuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi. Anggaran yang semestinya untuk membiayai pembangunan untuk kesejahteraan rakyat akhirnya habis karena difokuskan untuk mengamankan dan menyelesaikan konflik," jelasnya.

Dikatakannya, imbas dari konflik itu pun sangat banyak. Ada yang membakar tempat ibadah umat lain. Di tempat lain dibalas lagi dengan membakar tempat ibadah. Padahal tempat ibadah tersebut dibangun dengan biaya besar. Kantor-kantor pemerintah dibakar massa. Mobil-mobil aparat dibakar pula. Padahal semua itu dibiayai dan dibeli dengan uang negara. Akhirnya biaya pembangunan dialihkan untuk membangun kembali semua itu.
Pada akhirnya hutang negara akhirnya semakin membengkak

"Mari kita sadari bersama. Kalau kita tidak bisa memperkecil hutang negara, 
Maka kita jangan sampai memperbesar hutang negara," pesannya.

Toha menerangkan kalau negeri ini sudah chaos akibat dibentur-benturkan, maka penjajah akan dengan mudah masuk menguasai dengan cara mengatasnamakan perdamaian. 
Mereka mengincar sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah. Berpisahnya Timor-Timur dari pangkuan NKRI cukup menjadi pelajaran. Jangan sampai terulang kembali. 

"Nikmat sehat akan dirasakan ketika kita sakit. Nikmat kedamaian akan dirasakan ketika terjadi chaos. Maka jangan sampai negeri ini porak-poranda karena dibentur-benturkan," pesannya lagi.

Dikatakannya tidak ada gunanya rumah mewah bertingkat kalau sudah terjadi konflik, karena semuanya akan ditinggalkan menuju tempat pengungsian. 

"Hidup aman dan damai adalah nikmat yang luar biasa. Mari kita jaga bersama agar negeri kita aman dan damai.
Jangan sampai malapetaka terjadi karena kebodohan kita sendiri. Kesengsaraan akan muncul di depan mata. Mari kita jaga republik tercinta ini.
Jangan sampai sesama anak negeri mau dibentur-benturkan," tutupnya sembari berdoa semoga corona segera berakhir. (emo).