"PATAKULA" (Bagian 02)

Kategori Berita

.

"PATAKULA" (Bagian 02)

Koran lensa pos
Senin, 01 Juni 2020
Oleh : Adiansyah Dompu

--- 

Cukup lama Ncuhi PATAKULA menunggu lelaki berbaju biru itu sadarkan diri setelah seharian memberikan pertolongan dan perawatan terhadap luka yang dideritanya disebabkan oleh luka akibat karamnya kapal yang dinaikinya bersama beberapa orang besertanya. Bergantian Sang Ncuhi dengan anak gadisnya menjaga lelaki tersebut dari pagi sampai malam menjelang. Sementara istrinya yang biasa dipanggil INA oleh KOMBA RAWE menyiapkan makanan dan minuman hangat untuk memulihkan kondisi lelaki yang setelah dibersihkan tampak adalah seorang Pemuda berwajah tampan... 

Ncuhi PATAKULA masih memendam rasa penasaran dengan berbagai pertanyaan yang menyelubungi hati dan pikirannya. Pemuda ini bukan pemuda biasa. Dia pastilah dari golongan elit di sebuah Bangsa di Negeri arah matahari terbenam di Barat. Karena setahu dia tidak ada lambang seperti di kapal yang karam itu di Negeri-negeri sebelah timur.  Pakaian yang dikenakannya adalah pakaian kebesaran seorang Bangsawan. Sementara 9 orang yang bersamanya tampak seperti pengawal dari pemuda itu. Dan Kapal besar nan indah yang karam dan berbendera itu bukanlah kapal biasa seperti yang nelayan sekitar teluk itu punya. Itu adalah kapal milik para bangsawan. 

"Siapa dia? Lambang yang ada di bendera kapalnya itu bukanlah milik Negeri-negeri yang berada di sekitar teluk dan pulau ini. Kalung dan cincin yang dia kenakan menunjukkan juga bahwa dia pastilah putra dari petinggi sebuah negeri. Tapi bukan dari negeri sekitar pulau ini."  
Menggumam PATAKULA dalam hatinya. Dia hampir saja tertidur terbawa ngantuk ketika beristirahat di depan rumahnya. 

"Hauss... Tolong saya... Hauss..." 
Tiba-tiba terdengar suara lelaki yang pingsan tadi. Rupanya dia sudah mulai sadar. 

"Ama... Ini orangnya sudah siuman." 
Berteriak si KOMBA RAWE  memanggil Bapaknya yang sedang beristirahat santai di pelataran rumahnya sembari menikmati suasana malam yang dihiasi oleh suara jangkrik dan kodok yang bersahutan. 

"Syukurlah... Sudah diberi minuman Jahe hangat dan Singkong hangat bikinan INAmu...?" 
PATAKULA bersegera masuk ke rumah dan bertanya ke anak gadisnya. 

"Sudah AMA... Dia hanya minum, tidak berselera makan tampaknya. Habis minum tadi orang ini terdiam saja sambil memandang sekeliling. Sepertinya dia belum sepenuhnya sadar..." 
Jawab KOMBA RAWE panik. Terlihat raut wajahnya tampak sekali memendam rasa khawatir yang teramat dalam akan keselamatan pemuda itu. 

"Panas tubuhnya sudah berkurang. Kondisi pemuda ini sudah mulai stabil. Biarkan dia istirahat dulu malam ini. Besok pagi baru kita ajak dia berbicara. Kita perlu tahu dia datang dari mana. Ama rasa dia bukan orang biasa. Maka harus diketahui untuk apa dia dan orang-orangnya berada di sekitar teluk ini." 
Cetus PATAKULA sembari memegang kening pemuda itu untuk memeriksa kondisinya. 

"Baik, Ama... Kalau begitu Anakda istrahat dulu." 
Jawab KOMBA RAWE dan hendak berdiri untuk meninggalkan ruangan tempat pemuda itu berbaring. Wajahnya tidak lagi terlihat panik. Selintas KOMBA RAWE memandang wajah Pemuda itu dengan senyuman simpul dan pandangan mata yang penuh arti. Sementara pemuda itu sendiri masih memandang berkeliling dengan raut wajah kebingungan. Entah apa yang KOMBE RAWE rasakan saat itu. Diapun berlalu di balik pintu dan berlari kecil dengan ceria menuju kamarnya untuk beristirahat. 

Sementara di pojok ruangan itu, sang INA memperhatikan dengan seksama perubahan sikap putri semata wayangnya sambil tersenyum tipis, tipis sekali.... 

(Cerita Harian, Bersambung)