Dompu, Lensa Post NTB - Pada hari Kamis, 6 September 2018 lalu telah terjadi kebakaran di wilayah Taman Nasional Gunung Tambora (TNGT). Berdasarkan informasi yang dikirim Kapolsek Pekat, IPDA Abdul Malik via whatsAppnya menyebutkan ada sejumlah titik api yang ditemukan oleh petugas gabungan Mitra Polhut bersama TNI-POLRI. Diprediksi kawasan TNGT yang terbakar sekitar 8 Ha.
Kepala Balai TNGT, Deni Rahadi, S. Hut., M. Si yang ditemui media ini di ruang kerjanya mengungkapkan belum diketahui pasti penyebab kebakaran di kawasan TNGT. Namun ada beberapa penyebab yang diidentifikasi. Dua hal di antaranya adalah karena kelalaian manusia (human eror) yang melakukan aktivitas pengambilan madu menggunakan api (pengasapan) dan melakukan perburuan rusa secara ilegal.
Deny menerangkan faktor alam juga bisa menjadi penyebab terjadinya kebakaran di kawasan TNGT.
"Saat ini merupakan musim kemarau dengan bahan bakar yang cukup melimpah. Lebih-lebih kawasan TNGT tipenya 65 persen berupa savana sehingga sangat mudah terbakar," ujarnya.
Khusus lokasi kebakaran di dekat kaldera, Deny menyebutkan kemungkinan karena adanya titik api akibat aktivitas vulkanik yang terjadi.
"Karena Gunung Tambora masih merupakan gunung api aktif," jelasnya. Dikatakannya kebakaran di kawasan TNGT sudah terjadi juga pada tahun-tahun sebelumnya. "Tetapi trendnya setiap tahun menurun," ucapnya.
Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan baik yang diakibatkan oleh human eror maupun akibat aktivitas vulkanik, pihaknya juga telah menggandeng masyarakat dengan membentuk komunitas Masyarakat Peduli Api.
"Kami telah membentuk Masyarakat Peduli Api dalam rangka meminimalkan terjadinya gangguan kebakaran," ujarnya.
Selain itu, guna mencegah terjadinya aktivitas ilegal logging maupun perburuan fauna secara ilegal, Balai TNGT juga telah membentuk Masyarakat Mitra Polhut di beberapa desa sekitar kawasan TNGT.
"Masyarakat Mitra Polhut dibentuk untuk membantu mengamankan TNGT," jelasnya.
Ia menyebutkan areal kawasan TNGT seluas 71.645,64 Ha dengan petugas hanya 23 orang.
"Jumlah petugas kami sangat kurang. Kalau berdasarkan analisis beban kerja yang sudah saya susun kebutuhan minimal 130-an orang," pungkasnya.(emo).
Kepala Balai TNGT, Deni Rahadi, S. Hut., M. Si yang ditemui media ini di ruang kerjanya mengungkapkan belum diketahui pasti penyebab kebakaran di kawasan TNGT. Namun ada beberapa penyebab yang diidentifikasi. Dua hal di antaranya adalah karena kelalaian manusia (human eror) yang melakukan aktivitas pengambilan madu menggunakan api (pengasapan) dan melakukan perburuan rusa secara ilegal.
Deny menerangkan faktor alam juga bisa menjadi penyebab terjadinya kebakaran di kawasan TNGT.
"Saat ini merupakan musim kemarau dengan bahan bakar yang cukup melimpah. Lebih-lebih kawasan TNGT tipenya 65 persen berupa savana sehingga sangat mudah terbakar," ujarnya.
Khusus lokasi kebakaran di dekat kaldera, Deny menyebutkan kemungkinan karena adanya titik api akibat aktivitas vulkanik yang terjadi.
"Karena Gunung Tambora masih merupakan gunung api aktif," jelasnya. Dikatakannya kebakaran di kawasan TNGT sudah terjadi juga pada tahun-tahun sebelumnya. "Tetapi trendnya setiap tahun menurun," ucapnya.
Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan baik yang diakibatkan oleh human eror maupun akibat aktivitas vulkanik, pihaknya juga telah menggandeng masyarakat dengan membentuk komunitas Masyarakat Peduli Api.
"Kami telah membentuk Masyarakat Peduli Api dalam rangka meminimalkan terjadinya gangguan kebakaran," ujarnya.
Selain itu, guna mencegah terjadinya aktivitas ilegal logging maupun perburuan fauna secara ilegal, Balai TNGT juga telah membentuk Masyarakat Mitra Polhut di beberapa desa sekitar kawasan TNGT.
"Masyarakat Mitra Polhut dibentuk untuk membantu mengamankan TNGT," jelasnya.
Ia menyebutkan areal kawasan TNGT seluas 71.645,64 Ha dengan petugas hanya 23 orang.
"Jumlah petugas kami sangat kurang. Kalau berdasarkan analisis beban kerja yang sudah saya susun kebutuhan minimal 130-an orang," pungkasnya.(emo).