OPINI :
Energy
Of Gempa :
TGB,
Lalu Zohri dan Momentum Kota Baru
Oleh
: M.Ramadhani
Lombok,
I Love You…Begitu judul lagu grup band
Amtenar. Lagu itu menggambarkan keindahan Pulau Lombok. Ada juga yang
mengibaratkan Pulau Lombok sebagai Part
of the heaven, kepingan dari surga yang diturunkan ke bumi… Sampai
tibalah hari itu Minggu, 29 Juli 2018.
Sejak itu sabtu adalah hari dan jam “horor” bagi Pulau Lombok dalam 3
minggu terakhir. Puncaknya Minggu, 26 Juli 2018. Dari pagi Kota Mataram seperti
menjadi “kota setengah mati”. Sepi dan mencekam. Di sebuah tenda pengungsian di permukiman
padat, Jempong. Di depan TV 14 inchi, nonton bareng itu diwarnai teriakan histeris untuk mendukung
atlet bulutangkis dalam pertandingan menentukan melawan musuh bebuyutan dari
Malaysia dalam ajang Asian Games yang bertema Energy of Asia. Energy of Asia plus
Gempa maka jadilah Energy of Gempa. Sejenak melupakan trauma gempa. Mari
sibuk mencari makna dibalik itu. Adakah hikmah sebuah bencana? Berusaha untuk
selalu khusnudzon kepada Sang Pencipta. Bukankah
Allah bersama persangkaan umatnya?
Menurut penjelasan pakar Geologi, kekuatan
gempa yang terjadi di Pulau Lombok adalah sebuah anomali: sesuatu yang tidak biasa
(luar biasa). Sesuatu yang luar biasa ini, sejenak mundur kebelakang, Lombok
atau NTB menjadi “luar biasa” secara
berturut turut dimulai dari statement TGB soal dukungan #Jokowi2periode pada
tanggal 4 Juli dan rekor Lalu Zohri yang
mencatat sebagai pelari tercepat yunior dunia dengan catatan waktu 10,18 detik
pada tanggal 11 Juli. Semuanya menjadi trend topic. Viral. Semua figur ini adalah representasi “Lombok
Banget”. Lalu sampailah hari itu, minggu pagi, 29 Juli 2018. Gempa 6,4 skala
richter mengguncang Lombok. Disusul Minggu malam 5 Agustus dengan 7.0 SR dan
Minggu malam dengan 6.9 SR. Lombok, NTB menjadi “epicentrum” berita nasional
bahkan internasional selama 2 bulan terakhir.
“TGB
Exit” yang kesandung Gempa
Menara
Asmaul Husna dan Masjid Islamic Center secara simbolik menggambarkan puncak
catatan prestasi itu. Pun, proses
regenerasi dan transisi kekuasaan yang damai dan mulus. Ada analisis “TGB
effect” yang menjadi kata kunci kemenangan sang putri mahkota. Tagline
“Lanjutkan Ikhtiar TGB” sepertinya akan berjalan mulus.
Sebagai Gubernur, TGB sangat mampu dan modern. Sebagai ulama, sulit
diungguli. Inikah sejarah baru? Lahirnya ulama dengan pemahaman Indonesia yang
seutuhnya? Subhanallah..
Bisa
jadi terispirasi dan terprovokasi oleh tulisan ini kemudian TGB “diam-diam” mulai
sering meninggalkan kampungnya, Lombok. Coba-coba cari suasana baru. Ada kesan,
baginya NTB sudah khatam, butuh tantangan baru, ruang pengabdian yang lebih
luas. Untuk NTB, sudah disiapkan penerusnya.
Mendorong TGB “naik level” ke kancah nasional. Di akar rumput, jejaring
relawan sudah terbentuk dan bekerja. Di tingkat elit, masuk dalam 10 nama, dan
bahkan masuk dalam 5 besar Inisial ‘M’ sebagai nomine pendamping Jokowi sebagai
Cawapres. Pun, dengan alasan ini pulalah dengan narasi “semata mata atas dasar
nalar dan rasionalitas”, maka beliau mendukung Jokowi untuk melanjutkan
kepemimpinan nasional untuk dua periode. Jelang hari hari pengumuman Cawapres,
tiba tiba, tanpa permisi, gempa pun menggoyang Pulau Lombok. Cukup 3 goyangan
dahsyat dalam hitungan detik, cukup untuk memberi pesan kepada TGB, NTB dan
semua kita semua, bahwa keberhasilan dan sejarah yang dibuat manusia, tidak
boleh membuat kita lupa bahwa semua ini terjadi atas ijin dan ridho dari Sang
Pencipta. Subhannallah. TGB pun kembali “menjaga kampung”. Bahkan nyaris gak
pernah pulang rumah. Beliau tidur dari tenda ke tenda pengungsian. Sepertinya, NTB
masih belum rela melepas TGB. Belum “move on” tanpa TGB.
Tulisan
ini sama sekali tidak ingin mengatakan bahwa iktiar dan prestasi TGB
selama 10 Tahun hilang seluruhnya oleh
Bencana Gempa, tentulah tidak. Sejarah tetaplah sejarah. Waktu tidak bisa
berputar mundur. Namun kita perlu diingatkan dengan tanda tanda alam, agar kita
makin bijak dan ramah kepada bumi ini. Sebagai serorang tokoh ulama, TGB, tentu
sangat paham, makna musibah dan cobaan ini dalam menjalani kehidupan. Lebih
lebih sebagai pemimpin ummat. Musibah
pasti ada hikmahnya, bisa jadi ini titik awal momentum baru untuk dibangunnya
peradaban baru di Pulau Lombok? Why not?
Lalu
Zohri, sang Juara Dunia dari Episentrum Gempa
Lain
TGB, lain pula Lalu Muhammad Zohri. Lagi
lagi orang Lombok. 11 Juli 2018. Tiba tiba saja, ada kabar dari jauh sekali,
negeri skandinavia: Finlandia. Lalu Muhammad Zohri membuat sejarah. Menjadi
juara dunia yunior lari 100 m. Nama Lalu
adalah mempertegas bahwa Zohri adalah asli putra sasak. Lombok makin menemukan
momentum. Uniknya, yang mendadak viral adalah bendera merah putih dadakan serta
profil keluarga asal sang juara dunia. Rumah kayu sederhana, di tampakan. Rumah
itu di Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Mendadak semua pihak ingin tersentuh
untuk memberi santunan untuk memperbaiki rumah itu. TNI secara cepat pula
mengeksekusi dan memberi jaminan profesi buat
M. Zohri: Zohri pun tercatat anggota TNI –AD lengkap dengan NRP
nya.
Gempa,
5 Agustus 2018, dengan 7.0 scala richter kembali mengguncang Pulau Lombok.
Kabupaten Lombok Utara, tempat kediaman Zohri,
sebagai epicentrum gempa. Rumah kayu bisa bertahan, sementara
“rumah batu” yang dianggap lebih layak
dan mewah bagi masyarakat setempat malah roboh. Beberapa keluarga dan kerabat
dekat Zohri meninggal dan menjadi korban. Sementara Zohri tengah “berjuang” untuk
persiapan perlombaan untuk Asian Games, dimana Indonesia sebagai tuan rumah
dengan tema “ Energy of Asia”.
Dia
berlari sambil tersenyum. Mencapai finish dengan baik di posisi 1 dan 2 di
babak penyisihan dan semifinal. Dan puncaknya di babak finish dia kalah. Nomor
urut 7 dari 8 pelari. Memang bukan kelasnya, lawannya adalah pelari senior yang
sudah pengalaman dan catatan waktu yang jauh di atas rekor waktu terbaik Zohri.
Dia tidak kecewa. Apapun itu, sejarah telah mencatat Dia adalah Juara Dunia di
level usianya. Tunggu Zohri di Asian Games Periode ke-2.
Global
Hub, Kota Masa Depan di KLU
Kini
Lombok, khususnya Lombok Utara, nyaris rata. Rumah, kantor-kantor, fasilitas publik: sekolah,
pasar, rumah sakit roboh. Nyaris rata dengan tanah. Lalu
apa hikmahnya? Ternyata, menurut penulis inilah momentumnya mimpi besar sang
TGB untuk Lombok.
Ya, salah satu agenda yang tertinggal dalam mimpi
TGB bagi NTB adalah merancang berdirinya kota
baru. Kota internasional di Lombok Utara. Global Hub, begitu biasanya disebut. Dalam
ajang Promoting Global Hub Bandar Kayangan Lombok Indonesia Maritime Axis
di Jakarta, 3 Maret 2017, untuk pertama
kalinya TGB melauching mimpi besar ini. TGB mengutarakan, jikalau terwujud, Bandar
Kayangan akan menjadi global hub terindah
di dunia. Kehadiran Gunung Rinjani di sebelah kirinya, juga dekat dengan
kawasan Tiga Gili, akan membuat Bandar Kayangan betul-betul indah, eksotik,
menarik, dan menjanjikan dari sisi ekonomi. “Sehingga menurut saya, Bandar Kayangan
dari segala sisi cukup feasibel dan tinggal realisasi saja sekarang,”ujarnya kala
itu.
Secara detil bahkan sudah dipaparkan bahwa
Pembangunan Kawasan Bandar Kayangan merupakan business-to-business. Jadi posisi Pemerintah Provinsi NTB di
sini hanya sebagai fasilitator supaya terjadi deal yang baik antara investor dan perusahaan
di daerah. “Di daerah sudah ada perusahaan payungnya, namanya Bandar Kayangan
International. Nah, di situ ada saham pemerintah provinsi, Pemerintah
Kabupaten Lombok Utara, dan pihak swasta nasional. Nanti perusahaan inilah
yang akan bekerja sama dengan investor.
Sang penggagas, Son Diamar, menjelaskan kawasan
ini adalah satu lokasi harapan dan luar biasa. Para investor yang mengelola
kawasan ini dipastikan akan mendapatkan keuntungan besar. Sebab, keberadaan
pelabuhan besar akan membawa kapal-kapal besar berhenti di sana. Kapal-kapal
itu akan bisa dengan mudah membawa barang ke pabrik yang ada di sana, yang
membuat kawasan industri akan semakin ramai, tenaga kerja pun akan banyak. Ini
akan diikuti dengan pertumbuhan perumahan, ruko, mal, dan kantor. “Jadi, dari
segi keuntungan, investor akan melihat luar biasa peluangnya. Ini membangun
Singapura baru, Dubai baru.
Namun, gempa ini membawa pesan. Apakah ini
mengubur mimpi atau justru sebeliknya: ini momentumnya untuk memperkuat mimpi
ini. Hanya saja, pelajaran penting yang harus menjadi cetak tebal dalam
merancang Kota Baru di Pulau Lombok adalah Kota yang ramah terhadap bencana
gempa. Apakah ada? Kota kota di Jepang
adalah salah satu Kombinasi kota modern dengan arsitektur bangunan yang
selama ini digali dari kearifan lokal. Bangunan bangunan yang didirikan dari
teknologi anak kampung tetapi kokoh di goyang gempa. Tinggal soal teknologi dan
material yang tahan gempa disesuaikan dengan teknologi terbaru sehingga lebih
modern. Guru besar ITB soal fisika material adalah Putra NTB. Bisa membayangkan
Bandar Kayangan, Kota Pelabuhan Internasional bergaya khas Lombok? Oh indahnya...Mari
membayangkan sambil menikmati alunan musik reggea anak lombok,...
Lombok
I Love You, manjakan aku dengan alammu, woow
Lombok
I Love You, menyatukan aku dengan pasir putih
Lombok
I Love You, semai rinduku untuk kembali lagi..
(Penulis
adalah pagi relawan, malam pengungsi)