Foto bersama keluarga besar We Save pada momen longmarch dalam rangka Milad ke 18 pada 27 Oktober 2025 laluDompu, koranlensapos.com - Lembaga WE SAVE Dompu kini genap berusia 18 tahun. Tepatnya pada 27 Oktober 2025 lalu. Lembaga ini didirikan pada 27 Oktober 2007. Untuk mengenang suka duka perjuangan merintis lembaga ini, para pendiri We Save bersama anak-anak binaan menggelar acara syukuran secara sederhana pada 27 Oktober 2025 itu.
Dalam perjalanan hidup anak manusia, usia 18 tahun ini menjadi masa transisi dari remaja menuju dewasa. Pada masa ini manusia sedang berproses untuk tumbuh kembang agar menjadi pribadi yang lebih matang seiring perjalanan usia.
Begitu pula bagi lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal dan kursus dibayar sampah ini, di usianya yang ke-18, WE SAVE terus melakukan pengabdian, membina generasi muda Dompu agar menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter plus berprestasi.
Teacher-teacher muda We Save seolah tak kenal lelah membina generasi muda agar memiliki karakter yang baik serta berprestasi. Anak-anak binaan lembaga ini berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang beraneka ragam. Bahkan anak-anak yang berpotensi melakukan hal-hal negatif pun ditampung untuk dibina oleh teacher-teacher muda di lembaga ini.
Mereka dibina karakternya sehingga menjadi anak-anak yang memiliki adab dan akhlak yang santun dan takzim kepada semua orang. Tidak hanya itu, mereka juga dibina agar bisa meraih prestasi.
"Anak-anak yang berpotensi melakukan keburukan-keburukan, judi, tawuran dan segala macam, dengan hadirnya We Save memberikan warna baru. Mereka dibina akhlaknya dan dibina agar meraih prestasi sehingga menjadi anak-anak yang dibanggakan oleh bangsa dan negara," ungkap Pendiri We Save, Agus Setiawan kepada koranlensapos.com beberapa hari lalu.
Diketahui bersama, sekretariat lembaga ini dulu berpindah-pindah tempat. Mulanya di Doroto'i Kelurahan Dorotangga, kemudian pindah di Ginte. Pernah juga di Lingkungan Jado Kelurahan Dorotangga lalu pindah lagi di Karijawa. Hal itu disebabkan belum memiliki tempat yang tetap. Orang-orang baik menyediakan tempat untuk pelaksanaan kegiatan anak-anak muda ini. Meski berpindah-pindah, namun kegiatan kursus bahasa Inggris berbayar sampah tetap bisa dilakukan secara rutin dan intensif.
Sekitar tahun 2019, We Save menempati lokasi baru yang permanen di ujung selatan Kelurahan Kandai Satu Dompu. Lokasinya berada di tengah persawahan. Hebatnya, tanah seluas 2 hektare yang kini menjadi milik lembaga tersebut diperoleh dari hasil penjualan sampah.
Ibarat ungkapan sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Mereka sisihkan sedikit demi sedikit hasil penjualan sampah plastik dan akhirnya bisa mencukupi untuk membeli tanah sawah itu.
Bagi para pendiri We Save, hukum tabur tuai itu sangat nyata. Menabur kebaikan pasti menuai kebaikan. Nawaitu yang tulus untuk membina generasi bangsa agar menjadi lebih baik, disambut dengan baik oleh masyarakat sekitar. Lokasi yang mereka beli di tengah area persawahan. Tentunya akan kesulitan untuk bisa dilalui kendaraan menuju lokasi tersebut. Namun para pemilik sawah sekitarnya berhati mulia. Mereka mengikhlaskan tanah mereka dijadikan akses masuk menuju We Save. Jalur masuk ini bisa dari arah timur (Desa Dorebara) dan dari arah barat. Semuanya kini bisa dilalui kendaraan roda empat.
Sejak 2019 itu, para tokoh muda pendiri lembaga ini mulai merintis sekolah formal yang diberi nama SMK Kreatif We Save. Pembiayaan di sekolah ini pun sama. Pihak sekolah tidak memungut biaya dari para orang tua/wali siswa, melainkan hanya dengan sampah plastik!
Kini, SMK Kreatif We Save telah berusia 6 tahun. Sudah cukup banyak pula alumni dari sekolah ini. Ada yang melanjutkan studi di kampus-kampus yang ada di Dompu seperti STIE dan STKIP YAPIS, STAI dan STKIP Al Amin..Tidak sedikit pula yang menempuh pendidikan tinggi di Universitas Teknologi Sumbwa (UTS) dengan beasiswa prestasi. Ada juga yang kuliah di kota provinsi di Mataram. Bahkan baru-baru ini ada 12 alumni yang mendapatkan beasiswa untuk menempuh studi di Al-Bukhori International University di Malaysia.
"Dari seleksi 100 lebih orang di ssluruh NTB, ada 12 kader terbaik We Save yang berkesempatan melanjutkan kuliah S1 ke luar negeri," sebut Teacher Abu Dzar, sapaan Agus Setiawan.
Dengan berbekal kemampuan Bahasa Inggris yang dipelajari di lembaga We Save, banyak pula yang bisa bekerja di luar negeri.
Ada juga yang melanjutkan S2 di Korea Selatan.
Apakah masih menerapkan kebijakan sekolah dibayar dengan sampah?
"Tetap, karena memang itu (sampah,red) masih menjadi masalah di Kabupaten Dompu," jawabnya.
Teacher Abu mengemukakan sampah masih menjadi masalah serius di Kabupaten Dompu. We Save menerapkan sekolah berbasis sampah bertujuan untuk membantu pemerintah dalam mengurai persoalan tersebut. Di samping pembinaan karakter dan prestasi generasi muda juga sangat berkontribusi membantu tugas-tugas pemerintah.
Diakuinya mengatasi persoalan sampah tak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merubah pola.pikir dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.
"Oleh karena itu, melalui kerja keras, kerja ikhlas, kami mendidik generasi sehingga kesadaran itu muncul. Mungkin 10 atau 20 tahun ke depan banyak yang sadar," urainya.
Selain sekolah dan kursus berbayar sampah, upaya membantu pemerintah dalam mengatasi persoalan sampah juga dilakukan secara rutim setiap Minggu pagi yang disebut Sunday Cleaning. Seluruh siswa binaan We Save diterjunkan untuk mengumpulkan sampah di tempat yang telah ditentukan. Terkadang di sungai, di pasar atau di jalur-jalur yang dilalui kendaraan umum.
Teacher Abu menyebut sekolah di bawah naungan We Save bukan hanya di Dompu. Ada pula cabang di Sumbawa dan Kota Mataram. Sekolah-sekolah ini memiliki keunggulan dalam pembinaan karakter. Anak-anak ditanamkan tentang adab dan akhlak yang kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sshari-hari. Tidak mengherankan jika anak-anak binaan We Save memiliki perangai yang sopan dan santun. Tidak ada perundungan (bullying) antar sesama siswa di sekolah ini. Mereka saling menghargai satu sama lain. (emo).
kter dan Prestasi Ribuan Generasi Dompu
Dompu, koranlensapos.com - Lembaga WE SAVE Dompu kini genap berusia 18 tahun. Tepatnya pada 27 Oktober 2025 lalu. Lembaga ini didirikan pada 27 Oktober 2007. Untuk mengenang suka duka perjuangan merintis lembaga ini, para pendiri We Save bersama anak-anak binaan menggelar acara syukuran secara sederhana pada 27 Oktober 2025 itu.
Dalam perjalanan hidup anak manusia, usia 18 tahun ini menjadi masa transisi dari remaja menuju dewasa. Pada masa ini manusia sedang berproses untuk tumbuh kembang agar menjadi pribadi yang lebih matang seiring perjalanan usia.
Begitu pula bagi lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal dan kursus dibayar sampah ini, di usianya yang ke-18, WE SAVE terus melakukan pengabdian, membina generasi muda Dompu agar menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter plus berprestasi.
Teacher-teacher muda We Save seolah tak kenal lelah membina generasi muda agar memiliki karakter yang baik serta berprestasi. Anak-anak binaan lembaga ini berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang beraneka ragam. Bahkan anak-anak yang berpotensi melakukan hal-hal negatif pun ditampung untuk dibina oleh teacher-teacher muda di lembaga ini.
Mereka dibina karakternya sehingga menjadi anak-anak yang memiliki adab dan akhlak yang santun dan takzim kepada semua orang. Tidak hanya itu, mereka juga dibina agar bisa meraih prestasi.
"Anak-anak yang berpotensi melakukan keburukan-keburukan, judi, tawuran dan segala macam, dengan hadirnya We Save memberikan warna baru. Mereka dibina akhlaknya dan dibina agar meraih prestasi sehingga menjadi anak-anak yang dibanggakan oleh bangsa dan negara," ungkap Pendiri We Save, Agus Setiawan kepada koranlensapos.com beberapa hari lalu.
Diketahui bersama, sekretariat lembaga ini dulu berpindah-pindah tempat. Mulanya di Doroto'i Kelurahan Dorotangga, kemudian pindah di Ginte. Pernah juga di Lingkungan Jado Kelurahan Dorotangga lalu pindah lagi di Karijawa. Hal itu disebabkan belum memiliki tempat yang tetap. Orang-orang baik menyediakan tempat untuk pelaksanaan kegiatan anak-anak muda ini. Meski berpindah-pindah, namun kegiatan kursus bahasa Inggris berbayar sampah tetap bisa dilakukan secara rutin dan intensif.
Sekitar tahun 2019, We Save menempati lokasi baru yang permanen di ujung selatan Kelurahan Kandai Satu Dompu. Lokasinya berada di tengah persawahan. Hebatnya, tanah seluas 2 hektare yang kini menjadi milik lembaga tersebut diperoleh dari hasil penjualan sampah.
Ibarat ungkapan sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Mereka sisihkan sedikit demi sedikit hasil penjualan sampah plastik dan akhirnya bisa mencukupi untuk membeli tanah sawah itu.
Bagi para pendiri We Save, hukum tabur tuai itu sangat nyata. Menabur kebaikan pasti menuai kebaikan. Nawaitu yang tulus untuk membina generasi bangsa agar menjadi lebih baik, disambut dengan baik oleh masyarakat sekitar. Lokasi yang mereka beli di tengah area persawahan. Tentunya akan kesulitan untuk bisa dilalui kendaraan menuju lokasi tersebut. Namun para pemilik sawah sekitarnya berhati mulia. Mereka mengikhlaskan tanah mereka dijadikan akses masuk menuju We Save. Jalur masuk ini bisa dari arah timur (Desa Dorebara) dan dari arah barat. Semuanya kini bisa dilalui kendaraan roda empat.
Sejak 2019 itu, para tokoh muda pendiri lembaga ini mulai merintis sekolah formal yang diberi nama SMK Kreatif We Save. Pembiayaan di sekolah ini pun sama. Pihak sekolah tidak memungut biaya dari para orang tua/wali siswa, melainkan hanya dengan sampah plastik!
Kini, SMK Kreatif We Save telah berusia 6 tahun. Sudah cukup banyak pula alumni dari sekolah ini. Ada yang melanjutkan studi di kampus-kampus yang ada di Dompu seperti STIE dan STKIP YAPIS, STAI dan STKIP Al Amin..Tidak sedikit pula yang menempuh pendidikan tinggi di Universitas Teknologi Sumbwa (UTS) dengan beasiswa prestasi. Ada juga yang kuliah di kota provinsi di Mataram. Bahkan baru-baru ini ada 12 alumni yang mendapatkan beasiswa untuk menempuh studi di Al-Bukhori International University di Malaysia.
"Dari seleksi 100 lebih orang di ssluruh NTB, ada 12 kader terbaik We Save yang berkesempatan melanjutkan kuliah S1 ke luar negeri," sebut Teacher Abu Dzar, sapaan Agus Setiawan.
Dengan berbekal kemampuan Bahasa Inggris yang dipelajari di lembaga We Save, banyak pula yang bisa bekerja di luar negeri.
Ada juga yang melanjutkan S2 di Korea Selatan.
Apakah masih menerapkan kebijakan sekolah dibayar dengan sampah?
"Tetap, karena memang itu (sampah,red) masih menjadi masalah di Kabupaten Dompu," jawabnya.
Teacher Abu mengemukakan sampah masih menjadi masalah serius di Kabupaten Dompu. We Save menerapkan sekolah berbasis sampah bertujuan untuk membantu pemerintah dalam mengurai persoalan tersebut. Di samping pembinaan karakter dan prestasi generasi muda juga sangat berkontribusi membantu tugas-tugas pemerintah.
Diakuinya mengatasi persoalan sampah tak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merubah pola.pikir dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.
"Oleh karena itu, melalui kerja keras, kerja ikhlas, kami mendidik generasi sehingga kesadaran itu muncul. Mungkin 10 atau 20 tahun ke depan banyak yang sadar," urainya.
Selain sekolah dan kursus berbayar sampah, upaya membantu pemerintah dalam mengatasi persoalan sampah juga dilakukan secara rutim setiap Minggu pagi yang disebut Sunday Cleaning. Seluruh siswa binaan We Save diterjunkan untuk mengumpulkan sampah di tempat yang telah ditentukan. Terkadang di sungai, di pasar atau di jalur-jalur yang dilalui kendaraan umum.
Teacher Abu menyebut sekolah di bawah naungan We Save bukan hanya di Dompu. Ada pula cabang di Sumbawa dan Kota Mataram. Sekolah-sekolah ini memiliki keunggulan dalam pembinaan karakter. Anak-anak ditanamkan tentang adab dan akhlak yang kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sshari-hari. Tidak mengherankan jika anak-anak binaan We Save memiliki perangai yang sopan dan santun. Tidak ada perundungan (bullying) antar sesama siswa di sekolah ini. Mereka saling menghargai satu sama lain. (emo).

Komentar