Hutan di Dompu Rusak, Pak Made Menangis

Kategori Berita

.

Hutan di Dompu Rusak, Pak Made Menangis

Koran lensa pos
Senin, 11 September 2023
Muhammad Ismail (Pak Made)


Dompu, koranlensapos.com - Muhammad Ismail, seorang kakek yang tinggal di kaki Gunung Nowa Kecamatan Woja tiba-tiba menangis. Butiran-butiran air mata mengalir di pipinya saat penulis menyambanginya, Jumat sore (1/9/2023) lalu. Ia menangis memikirkan kerusakan hutan yang terjadi di Kabupaten Dompu selama beberapa tahun belakangan ini.

"Saya sedih dengan kerusakan hutan yang terjadi di Dompu saat ini," ungkapnya dengan suara terbata-bata sembari menyeka air matanya.

Kakek kelahiran Karangasem Bali tahun 1938 yang telah berdomisili di Dompu sejak tahun 1980 itu adalah  termasuk pejuang pelestarian lingkungan. Sejak masa Pemerintahan Bupati HM. Yakub MT hingga masa Ompu Beko (H. Abubakar Ahmad), ia turut berjuang membantu pemerintah dalam program-program pelestarian alam. Ia sangat mencintai kelestarian alam di sekitarnya dan membenci aksi pengrusakan hutan. Menurutnya hutan harus tetap dijaga kelestariannya. Pohon-pohon besar yang ada di hutan tidak boleh dirusak karena itulah yang melindungi mata air.

Namun kini semuanya telah berubah. Gunung-gunung sudah gundul akibat dijadikan area penanaman jagung yang hanya dinikmati sesaat. Kekeringan terjadi di mana-mana. Dompu yang dulu kaya dengan sumber mata air justru kini mengalami krisis air.

Ia menegaskan mengembalikan fungsi hutan bukan perkara yang mudah. Membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun lamanya. Kendati demikian, Pak Made berharap pemerintah tidak boleh tinggal diam. Ia meminta pemerintah tetap melakukan gerakan rehabilitasi hutan dengan program-program yang jelas dan terarah. 

Ia juga meminta kesadaran masyarakat untuk berpikir panjang agar tidak lagi merambah kawasan hutan yang masih tersisa untuk memperluas areal penanaman jagung. 


Menurut kakek 86 tahun yang akrab disapa Pak Made ini, penanaman jagung seharusnya cukup dilakukan secara intensif di lahan-lahan tadah hujan yang menjadi hak milik masyarakat. Merusak kawasan hutan untuk areal penanaman jagung sangat tidak dibenarkan.


"Kalau mau menanam jagung silakan menanam di ladang-ladang. Jangan merusak hutan untuk menanam jagung," demikian pesan yang selalu disampaikannya kepada setiap orang yang bertamu ke rumahnya. 

Ia mengaku sangat mencintai tanah Dompu yang ditempatinya sejak 43 tahun silam. Dompu adalah jiwa raganya. Dompu adalah darah dagingnya.

"Saya memang tidak lahir di Dompu, tapi Dompu adalah sudah menjadi bagian dari hidup saya. Sudah menyatu dengan jiwa raga saya," kata kakek muallaf yang sedang berjuang membangun masjid di tengah kebunnya itu.

Masjid mungil yang ia bangun diberinya nama Masjid Zam-Zam. Bagi siapa pun yang ingin menyumbang dan berupa apa pun akan diterimanya dengan tangan terbuka.
(emo).