Dompu, Negeri Tua di Timur Nusantara

Kategori Berita

.

Dompu, Negeri Tua di Timur Nusantara

Koran lensa pos
Jumat, 19 April 2024


Replikasi Dorobata berdasarkan kajian hasil ekskavasi Balai Arkeologi dan catatan lokal Dompu


Negeri tua itu bernama Dompu. Ia ada ketika manusia masih hidup nomaden. Sisa-sisa kehidupan masa tua itu ada di so Langgodu Doromanto Hu'u, sebuah kawasan dengan tinggalan arkeologis yang lengkap. Penanda bahwa kehidupan zaman batu pernah berlangsung di sana.

Saking tuanya, para arkeolog pernah menemukan peralatan hidup seperti pisau dan kapak dari batu di aliran sungai Hu'u. Semua itu penanda periode awal kehidupan dou Dompu. Masa Paleolitikum dan Megalitikum.

Lalu sarana seperti lumpang batu, batu dakon, tahta batu, pancuran batu, kuburan duduk, serta beberapa pahatan di batu yang diyakini memiliki berbagai fungsi, adalah kuburan sekunder, menumbuk rempah, wadah upacara daur hidup, landasan bangunan, wadah mengolah makanan, wadah mengolah obat-obatan, dan lain sebagainya.

Terdapat aliran sungai besar, mata air, juga areal bercocok tanam sebagai penunjang tatanan kehidupan. Pemilihan kawasan pemukiman dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung alam, terangkum dalam konsep kuno Leka Dana Dompu. 

Kuburan duduk, peralatan hidup dari batu, perahu bercadik, memasak makanan dalam bambu adalah beberapa indikator penanda bahwa kehidupan astronesia berkembang di Dompu, dan penanda itu masih ada sampai sekarang.

Kawasan Nangasia, diyakini sebagai pelabuhan kuno Dompu. Di sana ditemukan pecahan gerabah, kuburan duduk juga manik-manik yang merupakan produk yang dihasilkan oleh manusia 2500 tahun SM. Semakin mempertegas negeri ini memiliki peradaban besar, variasi dan keberagaman tinggalan arkeologis adalah bukti otentiknya.

Di pedalaman rimba hutan Saneo, di Utara Dompu, sebuah menhir berdiri tegak, berbentuk batu tegak, dengan landasan berasal dari batu di puncak bukit kecil, diyakini sebagai tempat pemujaan. Ada sisa-sisa kehidupan masa prasejarah di sana.

Ribuan tahun setelah itu, Majapahit, sebuah kerajaan besar di Nusantara, tahun 1331 melalui sumpah Mahapatih Gajahmada yang tercatat dalam kitab Negarakertagama menyebutkan Dompo, sebuah negeri menjadi salah satu target untuk ditaklukkan, yang dikenal dalam sejarah sebagai peristiwa Padompo.

Di tengah-tengah kota Dompu, Dorobata, sebuah gundukan tanah yang awalnya berpola pundan berundak, dengan lingga dan yoni berada di tengah-tengah berfungsi sebagai areal pemujaan arwah leluhur menjadi bukti lain bagaimana kuatnya eksistensi Dou Dompu masa Prasejarah.

Tidak jauh dari lokasi ini, di tengah areal persawahan dan kebun masyarakat banyak ditemukan batu dakon, batu pahat dan beberapa peninggalan arkeologis, yang ketika ditarik hubungan fungsional menunjukkan ada kehidupan agraris masa awal, telah tumbuh dan berkembang kuat.

Penaklukan Dompo melalui peristiwa Padompo, membawa sebuah kepercayaan baru yang bercirikan Hindu - Budha, dan eksistensi kepercayaan ini berlanjut di atas Dorobata. Komposisi batu bata dalam berbagai ukuran, membentuk tangga berundak dalam jumlah ganjil, meneruskan fungsi pundan berundak, yang awalnya tumpukan batu alam tertata, berubah menjadi tumpukan batu bata yang teratur. 

Di atas Dorobata, melalui ekskavasi mulai tahun 1989 oleh Tim Balar, telah ditemukan sisa konstruksi dari batu bata berbagai ukuran, membentuk pola ruang teratur, diyakini bangunan megah pernah berdiri di atasnya, dengan fungsi khusus dan menjadi core area bagi kawasan pemerintahan Kerajaan Dompo.

Hasil uji karbon oleh Tim Balar Bali melalui Batan, diperoleh hasil bahwa batu bata tersebut berasal dari abad 13 Masehi, saat itu adalah masa jaya kerajaan Majapahit, artinya kebudayaan yang berkembang masa itu dipengaruhi oleh penaklukan Majapahit atas Dompo.

Keberagaman tinggalan arkeologis, sistem dan tata nilai yang berkembang, unsur pokok kebudayaan yang bersinergi secara berkelanjutan, spesifikasi produk budaya dan tradisi merupakan sebuah bukti bagaimana adiluhungnya pola dan perilaku Dou Dompu, penegas identitas Dompu.

Persenyawaan antara manusia dengan alam, melalui sistem Leka Dana, Wati Tuba Doro serta Paja Rewo Tuka Risu, lalu sistem Nggusu Waru yang dimanifestasikan dalam falsafah Nggahi Rawi Pahu adalah warisan kebaikan yang harusnya menjadi pijakan tatanan kehidupan Dou Dompu masa kini, termasuk bagaimana membina hubungan yang baik dengan alam secara berkelanjutan.

Negeri Dompu, negeri tua di timur Nusantara, telah mewarnai sejarah kehidupan Indonesia dengan berbagai cerita baik yang menjadi alasan banyak penelitian ilmiah dilakukan. 

Tak ada alasan untuk tidak bersyukur dilahirkan di tanah Dompu, persyil syurga yang dihadirkan Tuhan di tengah-tengah pulau Sumbawa. Negeri subur dengan sumber air yang melimpah. Negeri tua yang mewarnai indahnya Indonesia. Negeri kuat yang bernama Dana Dompu. 
*Penulis: Syafrudin, ST., MT, Peneliti Sejarah dan Budaya Dompu.