PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kategori Berita

.

PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Koran lensa pos
Rabu, 01 Desember 2021

 

Oleh
Fatasya Aulia Adbaka*
               Gambar ilustrasi



Bagaikan telur di ujung tanduk. Begitulah peribahasa yang mendeskripsikan keadaan remaja dan anak zaman millennial detik ini. Tidak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi serta masuknya budaya barat ke dalam negeri tanpa disaring terlebih dahulu, membuat masyarakat khususnya para remaja kehilangan kontrol akan dirinya sendiri. Kontrol diri yang hilang dapat membuat para remaja kehilangan arah dalam menjalani aktivitas mereka di kehidupan sehari-hari. 
Salah satu penyebab lenyapnya kontrol diri seseorang pada masa sekarang ini ialah kemajuan teknologi yang tidak diawasi serta tidak diiiringi oleh suatu pendidikan mengenai hal yang sepatutnya ditanamkan sejak usia dini. Instannya informasi yang masuk ke dalam dunia maya, khususnya perihal hal-hal yang vulgar berbau sensasi seksual, seperti maraknya pornografi baik dalam bentuk foto maupun video yang kemungkinan besar dapat merusak diri remaja baik rohani maupun jasmaninya. 
Kasus akibat hilangnya kontrol diri serta kerap melihat hal-hal yang berbau pornografi marak terjadi di dunia nyata. Kasus tersebut kerap kali diperbuat oleh remaja. Melakukan kegiatan seksual tanpa dibekali pendidikan yang cukup, khususnya untuk para remaja, dapat menimbulkan efek negatif pada remaja itu sendiri. 
Kasus prostitusi,melangsungkan pernikahan dengan usia yang sedini mungkin, merebaknya pelacuran, dan pergaulan bebas di kota-kota besar merupakan bukti yang dapat dinyatakan kebenarannya.Berdasarkan hasil riset yang telah dilaksanakan oleh Dr.Broyke menyatakan bahwa terdapat sekitar40-60% remaja SMP dan SMA di Indonesia telah melakukan hubungan seks yang mana mereka semua belum memiliki buku nikah (hubungan di bawah tangan). Hubungan seks yang merupakan akibat dari terjadinya pergaulan bebas memacu kenaikan aborsi tiap tahunnya.
Australian Consortium For In Country Indonesian Studies melaporkan hasil penelitiannya bahwa terdapat 43% aborsi per 100 kelahiran anak yang terletak di 10 kota besar dan 6 kabupaten di negara kita Indonesia. Sejumlah aborsi diperbuat oleh perempuan di perkotaan sekitar 78%, sedangkan di pedesaan mencapai 40%
.
Kasus aborsi yang semakin marak terjadi kerapkali dilakukan oleh para remaja yang belum cukup umur untuk melakukan hal tidak senonoh seperti itu. Tidak hanya terjadi karena kemauan kedua belah pihak, namun dapat terjadi karena pelecehan seksual yang dilakukan oleh lelaki. Apa sebab kejadian ini terjadi? Karena detik ini zaman yang makin edan mampu menciptakan kenikmatan dosa yang tidak tertahankan.

Islam sangat menaruh perhatian besar terhadap kasus perihal pelecehan seksual akibat kurangnya pendidikan seksual yang kerap kali terjadi di lingkungan masyarakat. 

Seiring berjalannya zaman, pertumbuhan hasrat untuk berseksual khususnya yang dimiliki oleh remaja sepatutnya diiringi oleh pemenuhan pendidikan seksual yang baik dari lingkungan keluarga. Orang tua amat dibutuhkan perannya dalam melakukan tindakan preventif terhadap perilaku remaja yang sudah mulai melenceng dari syari’at ajaran Islam. Mengapa ? Karena di lingkungan keluarga lah karakter seorang anak dibentuk. Pembentukan ini seharusnya sudah dilaksanakan sedari dahulu dikarenakan semakin zaman berkembang dengan pesat, semakin meningkat pula godaan serta hasrat untuk melakukan kegiatan seksual sebelum waktunya.

Islam memandang bahwa semakin diundur penanaman pendidikan seks kepada para remaja dan anak-anak, maka makin pula remaja, khususnya anak-anak, menjadi bingung atau ragu terhadap perkembangan diri serta bagaimana cara menyikapi dan mengontrolnya. Islam memandang pendidikan seks perlu ditanamkan di dalam diri anak sedini mungkin. Namun kenyataanya pendidikan seks masih menjadi hal yang tabu oleh masyarakat. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Hal ini terjadi karena disebabkan pemikiran sebagian orang yang memandang bahwa pendidikan seks bukanlah suatu hal yang penting untuk ditanamkan di dalam diri anak. 

Fakta lainnya ialah masih terdapat sejumlah orang tua yang tidak sepenuhnya melaksanakan peran karena minimnya pengetahuan mengenai seksual. Begitu juga dengan sarana pendidikan formal, yakni sekolah yang belum bisa 100% optimal memberi fasilitas berupa pendidik serta pemahaman yang paten mengenai pendidikan seks. Hal ini terjadi karena pendidikan seks belum tercantum atau dimasukkan ke dalam isi kurikulum pendidikan formal biasa.

Selain itu, taraf pendapatan serta ekonomi tiap keluarga tentu beragam. Tidak hanya yang berada di tingkat paling atas, tetapi juga terdapat di tingkat yang terbawah. Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam pemenuhan pendidikan seks terhadap masing-masing anak di tiap keluarga mereka. Faktor lainnya dalam pandangan Islam, pendidikan seks kurang memadai anak-anak karena lingkungan terpenting keluarga yakni ayah dan ibu amat segan menjelaskan pendidikan ini terhadap anak-anaknya disebabkan oleh 2 alasan, yaitu : (1) Antar orang tua dan anak tidak berlangsung komunikasi yang efektif dan efesien, sehingga terjadilah miss-communication di antara mereka berdua. Miss-com ini sering kali terjadi pada masa perkembangan anak di saat-saat genting dan penting bagi orang tua untuk membimbing anaknya dalam hal perkembangannya. Baik berkembang di fisik maupun rohaninya. Dengan terjadinya miss-com,maka segala kesalahpahaman antar orang tua dengan anaknya pun ikut terjadi;

(2)Timbul suasana canggung antara mereka berdua karena saling tidak terbuka perihal apa yang sedang dirasa. 

Tujuan penerapan pendidikan seks di kalangan anak menurut pandangan Islam ialah untuk melindungi serta menjaga supaya seseorang, khususnya anak-anak tidak melenceng dan terjerumus ke arah yang tidak benar serta agar tidak melanggar aturan dan larangan ajaran Islam. 

Islam juga memandang bahwa dengan adanya pendidikan seks, banyak hal yang dapat terpelihara seperti jiwa, akal, keturunan, dan harta. Mengenai pendidikan seks, Al-Qur’an telah menjelaskannya. Lebih jelasnya terdapat dalam sejumlah surah, yakni Qs.An-Nur ayat 58-60 dan Qs.Al-Mu’minun ayat 5-7. Kedua surah ini memiliki pesan yang sama untuk umat seagama bahkan berbeda agama. Pesan yang dapat kita tarik yaitu: (1)Allah SWT telah membimbing serta memberi arahan kepada kaum muslimin perihal perlunya memiliki akhlak yang mulia, (2)Ayat Al-Quran tersebut perlu ditadabburi sehingga kita remaja terlebih pula anak-anak dapat mengetahui serta membedakan mana yang benar dan salah, mana yang dihalalkan serta diharamkan oleh ajaran agama Islam.

Ahmad Azhar Basyir, seorang tokoh intelektual Islam yang penuh dengan kharismatiknya merumuskan inti kandungan pendidikan seksual sebagai berikut : (1)menancapkan kepada anak laki-laki jiwa maskulinitas serta jiwa feminitas pada anak perempuan,(2)mengintroduksikan lawan jenis serta mahramnya,(3)memberi arahan serta didikan kepada anak agar tidak berikhtilat, (4)memisahkan tempat tidur apabila sudah baligh,(5)mendidik anak agar menjaga kelamin agar selalu dalam kondisi bersih.

Pendidikan seks perlu ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak agar kasus penyimpangan seks yang sudah terjadi dapat terhindar dan memberi boomerang kepada orang tua agar tetap terus mendidik anak dengan memberi pendidikan yang sempurna kepada anaknya terlebih pendidikan seks. Peran orang tua sangat penting dalam menunjang baiknya karakter yang dimiliki oleh seorang anak. Dengan diberi sebuah pendidikan seks, diharapkan generasi-generasi terdepan dapat terpelihara dari segala marabahaya dan terlindungi masa depannya. (*Penulis adalah Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).