Semangat Cerdaskan Anak Bangsa, Wasidan Bangun Rumah Baca Sederhana

Kategori Berita

.

Semangat Cerdaskan Anak Bangsa, Wasidan Bangun Rumah Baca Sederhana

Koran lensa pos
Sabtu, 20 Maret 2021
                     Acara Launching Rumah Baca "Bukit Ikatan Cinta",
                                             Jumat (19/3/2021)


Dompu, koranlensapost.com - Tak ada rotan, akar pun jadi. Ungkapan itu bemar-benar dihayatii dan diterapkan oleh Wasidan, S. Pd seorang guru di SDN 02 Dompu. Nawaitunya begitu kuat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang menjadi amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Meskipun yang ia lakukan menurutnya cukup sederhana, namun itulah wujud nyata kepeduliannya terhadap nasib anak-anak bangsa. Ia sangat meyakini bahwa kualitas generasi bangsa di masa mendatang sangat ditentukan oleh proses pendidikan dan pembelajaran di masa kini. Karena itu ia ingin berbuat untuk turut berkontribusi membangun bangsa dan daerah meski dengan kondisi sederhana se- ala kadarnya sesuai kemampuan yang ia miliki.


Semangat itulah yang mendorong ibu guru yang tinggal di Dusun Saleko Atas Desa Sorisakolo Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB untuk mendirikan Rumah Baca yang ia beri nama Bukit Ikatan Cinta (BIC) di rumah tempat ia tinggal. Rumah Baca BIC itu dilaunching pada Jumat (19/3/2021) sekitar pukul 10.00 Wita kemarin. Acara launching juga sederhana yang dihadiri oleh Pemerintah Desa serta tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh wanita setempat.

"Ide untuk mendirikan Rumah Baca ini sudah lama ada dalam pemikiran saya  kalau sudah punya rumah sendiri, saya ingin buat Rumah Baca," ungkapnya.


Jalan untuk mewujudkan impian itu mulai terbuka. Sekitar tiga tahun lalu, ibu guru ini akhirnya bisa memiliki rumah sendiri di Dusun Saleko Atas Desa Sorisakolo itu. Apalagi 
saat ia menempati rumah itu, ia melihat anak-anak tetangga sekitarnya hanya menghabiskan waktu untuk bermain. Hasrat hatinya untuk mendirikan rumah baca kian menguat.

"Saya pikir anak-anak di sini harus diarahkan, niat saya untuk mendirikan Rumah Baca semakin kuat sepertinya mereka butuh sekali insha Allah para orgtua sangat antusias mendengar adanya Rumah Baca ini," tutur wanita yang biasa disapa Ibu Sidan ini.


Ia kemudian mengisahkan masa lalunya saat ia masih kecil ketika tinggal di Komplek Pasar Bawah Dompu. Hasrat belajarnya kala itu sangat kuat. Tetapi 
sebagai anak dari keluarga tidak mampu, ia tidak mampu membeli buku.
Bak sampah menjadi tempat ia bisa mendapatkan bahan bacaan. Berharap ada warga membuang buku, majalah atau koran ke dalam bak sampah itu.
Saban hari ia selalu duduk di atas bak sampah untuk menunggu orang yang membuang sampah dengan harapan semoga ada orang yang datang membuang buku.
Ketika muncul orang yang membuang sampah, putri kecil bernama Wasidan itu riang gembira karena ia berharap di dalam tumpukan sampah yang hendak dibuang itu ada buku untuk dibacanya.  


"Ketika orang-orang yang buang sampah itu pulang saya bergegas untuk mengais dan mencari apakah di dalam tumpukan sampah itu ada buku untuk saya baca. Ketika menenukan buku saya kembali ke tempat semula di permukaan tembok bak sampah yang  lumayan tinggi untuk membaca buku itu sambil berayun-ayun kaki," ucapnya mengenang masa kecilnya.


Ia mengatakan membaca adalah bagian dari kehidupan yang sudah terpatri dalam jiwanya. Itu Itu pula yang telah menguatkan semangatnya untuk menjadi guru. Ia ingin mendidik generasi bangsa agar bisa menjadi generasi yang lebih berkualitas.  Kenangan masa kecil itu pula yang menjadi motivasi awal bagi dirinya untuk mendirikan rumah baca itu. Ia ingin generasi bangsa ini memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual serta berwawasan luas karena banyak membaca. Tetapi ia tidak menginginkan anak-anak bangsa ini merasakan seperti yang ia alami, mengais sampah untuk mencari buku bacaan.

"Bahagia sekali rasanya hari ini saya bisa melahirkan sebuah Rumah Baca Kemerdekaan jiwa tersendiri buat saya," ujarnya dengan disertai senyum sumringah sebagai ekspresi kegembiraan hatinya.



Melalui RB BIC tersebut, ia mengajak anak-anak setempat untuk gemar membaca buku karena buku adalah gudang ilmu pengetahuan. 

Walau bernama Rumah Baca, bukan berarti koleksi bahan bacaan sangat banyak dan berjejer-jejer di rak-rak buku seperti di perpustakaan daerah. Tetapi ia mengawalinya dengan beberapa ratus bahan bacaan yang berasal dari koleksi pribadi dan sumbangan dari teman-teman dekatnya. 
Rumah Baca BIC tersebut memiliki novel 30 eksemplar, Cerita bergambar anak-anak berkarakter sebanyak 190, komik 30 eksemplar, Antologi 150 eksemplar, serial dongeng 80 eksemplar dan buku  biografi  60 eksemplar.

"Bagi teman-teman yang mau menyumbang buku dengan senang hati kami menerimanya," ujarnya.
 
Salah satu ruangan di rumahnya ia gunakan sebagai tempat membaca bagi anak-anak. Di tempat itu pula ia membuka gratis penuntasan calistung (baca tulis berhitung) dan mengaji khusus bagi anak-anak yang tidak mampu. (AMIN).