Tamsis Bima Padukan Program Zero Waste dan Ketahanan Pangan Dalam Hidroponik dan Kolam Ikan

Kategori Berita

.

Tamsis Bima Padukan Program Zero Waste dan Ketahanan Pangan Dalam Hidroponik dan Kolam Ikan

Koran lensa pos
Sabtu, 19 Oktober 2019

Ketua STKIP Tamsis Bima, Dr. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si., Sekretaris LPM, Suratman, M.Pd., dan dosen senior, Damhuji, M.Pd. MA., saat melihat pilot  project di taman go green kampus setempat
Bima, Lensa Pos NTB - Isu lingkungan yang sangat mengkhawatirkan saat ini adalah persoalan sampah, terutama sampah plastik. Krisis air juga merupakan bagian tak terpisahkan dari isu lingkungan yaitu akibat dari kerusakan hutan yang kian meluas.
Mengatasi hal itu, Gubernur NTB meluncurkan program Zero Waste agar NTB bersih dan bebas dari sampah.
Pemerintah juga melalui Kementerian Pertanian menggalakkan program ketahanan pangan dan keanekaragaman pangan agar masyarakat Indonesia sehat, kuat, dan cerdas.

Selaras dengan program-program di atas, maka lingkungan akademisi sudah seharusnya untuk mengembangkan cara dan metode untuk peradaban yang lebih baik. Tak ketinggalan, STKIP Taman Siswa (Tamsis) Bima juga fokus dan serius untuk melaksanakan misi kesadaran lingkungan dan ketahanan pangan. 

"Lima tahun lagi, musuh utama kita adalah sampah dan kekeringan. Kita bisa lihat peningkatan yang sangat drastis untuk penggunaan air kemasan dan makan cepat saji. Kemudian, perambahan hutan yang sangat masif demi hasil tahunan juga terus bertambah," ungkap Ketua STKIP Tamsis Bima, Dr. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si di taman Go Green STKIP Tamsis Bima, Sabtu pagi (19/10/2019).

Ia menyebutkan Perguruan Tinggi Taman Siswa (Tamsis) Bima kini sedang melakukan percobaan pengembangan hidroponik dan kolam ikan atau lele atau dikenal dengan sebutan aquaculture.

"Ini program percobaan dengan memadukan pemanfaatan sampah botol plastik untuk konsep bertanam Hydroponic dan Kolam ikan atau lele. Namanya adalah aquaculture. Jadi, fokus kami adalah melakukan pemanfaatan sampah sebagai gaya bertani terbarukan," ungkapnya.

Pria yang familiar dengan sapaan Ibnu ini menegaskan program paduan tersebut akan terus dikembangkan sampai pada hasil yang memuaskan. 

"Jika program percobaan tersebut telah dinyatakan sukses, kami akan menggelar pengabdian pada desa binaan," ujarnya.

Kriteria desa binaan adalah daerah krisis air dan keadaan masyarakat yang sebagian besar berada pada ekonomi rendah. 
"Tujuannya, agar dapat terus dibumikan tentang pola hidup sadar lingkungan dengan memanfaatkan sampah untuk peningkatan perekonomian," jelasnya.

Ia mengatakan sampah itu jika hanya dipandang sebagai sampah, ya selamanya hanya akan mengotori. Maka langkah awal yang harus dilakukan, yaitu memandang sampah sebagai sesuatu yang berguna. 

"Dengan begitu, kita tinggal mencari cara pemanfataannya," ucapnya.

Selain konsep utama aquaculture, pihaknya juga tengah mengembangkan hydroponic sistem sumbu dan drip. Masih dalam tahap perencanaan untuk pola sistem penyiraman satu titik. 

"Semuanya jenis cara bertani terbarukan tersebut merupakan bagaian dari upaya untuk project ketahanan pangan untuk memerangi krisis air dan kekeringan. 

"5 tahun lagi, NTB akan berperang dengan sampah dan kekeringan. Tentu saja, hasil akhirnya adalah kemerosotan perekonomian masyarakat. Makanya, kami terus mempersiapkan amunisi untuk pertempuran 5 tahun lagi," terang Ketua STKIP Tamsis Bima itu.

Ditambahkan Ibnu, pola hidup bebas sampah sedang digalakkan pihaknya di lingkungan kampus. Dosen dianjurkan untuk membuat strategi dan teknologi pembelajaran yang minim menggunakan kertas. Selain itu, tenaga pengajar juga diharapkan untuk membawa bekal minum dan makan siang dari rumah. 

"Jangan sampai, dosen kami itu membawa calon sampah dari rumah untuk dijadikan sampah di dalam kampus," tuturnya.

Ia mengemukakan pola hidup bebas sampah yang diterapkan di Tamsis Bima bertujuan agar iklim sadar lingkungan akan terbentuk di lingkungan kampus.
Sebagaimana diketahui, lingkungan pendidikan dengan julukan Kampus Merah itu tengah menggenjot program sadar literasi, sadar lingkungan dan kewirausahaan. Melalui program PPL-KKN Terpadu tahun 2019, program tersebut dibumikan di 21 titik posko. 

Beragam kegiatan yang berkaitan dengan kesadaran lingkungan juga dikembangkan, di antaranya adalah pemanfaatan botol dan plastik bekas untuk media tanam dan beragam kerajinan, penghijauan, pembuatan tong sampah berkarakter dan Baksos di daerah wisata. (AMIN).