Pengerukan Pasir dan Batu di Pekat, Gerylia Adukan Ke Kejari Dompu

Kategori Berita

.

Pengerukan Pasir dan Batu di Pekat, Gerylia Adukan Ke Kejari Dompu

Koran lensa pos
Sabtu, 06 Juli 2019


 Dompu, Lensa Pos NTB - Penambangan pasir di situs Geosite Doro Bente yang terletak di kawasan Doroncanga Desa Doropeti dan pengerukan batu di wilayah dan areal situs Geopark Tambora Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu untuk pembangunan jembatan Prada Orangnya IIICS oleh PT. Kharisma Multi Jaya mendapat sorotan dari Farid Fadli, Direktur Gerakan Rakyat Peduli Lingkungan (Gerylia).

Aktivis yang dikenal dengan sapaan Chapunk ini mengaku telah mengadukan aksi pengerukan pasir dan batu yang dilakukan oleh PT. Kharisma Multi Jaya di lokasi tersebut di atas ke Kejaksaan Negeri Dompu pada hari Rabu (3/7).

"Saya sudah mengadukan hal ini ke Kejari Dompu kemarin," ungkap Chapunk saat kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Arkeologi Situs Dorobata yang dilaksanakan di Hotel Rinjani, Kamis (4/7).
Disebutnya pengaduan yang disampaikan baru dilakukan secara lisan. Tetapi laporan resmi secara tertulis akan diserahkan pada hari Senin (8/7).
"Laporan akan menyusul hari Senin," ujarnya.

Ia menegaskan bukan proyek pembangunan jembatan yang ia persoalkan. Akan tetapi aksi pengerukan pasir dan batu yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan di areal tersebut.
Pada kesempatan tersebut Chapunk juga mengkritisi dinas terkait dan pihak pengelola Cagar Biosfer, Geopark Tambora dan Geosite yang seolah menutup mata dari persoalan ini.
"Apa bentuk pengawasan Dinas Pariwisata dan pengelola Geopark terhadap situs-situs ini ?," sorotnya.

Menurutnya legitimasi penetapan Cagar Biosfer yang diberikan untuk kawasan Samota (Satonda, Moyo dan Teluk Saleh) di Kota Paris, Prancis yang dihadiri oleh Pemprov NTB dan bupati serta walikota di Pulau Sumbawa dan itu berbanding terbalik dengan fakta pengrusakan lingkungan yang terjadi di kawasan tersebut.

Sementara itu Camat Pekat, Gunawan, SE mengaku kecewa dengan aksi pengerukan pasir dan batu yang dilakukan oleh pihak PT. Kharisma Multi Jaya itu.
"Terus terang saya sangat kecewa. Penggalian yang mereka lakukan bukan untuk memperbaiki tetapi malah merusak sungai," ucapnya.
Ia mengaku pernah menyampaikan teguran langsung kepada pelaksana di lapangan tetapi dijawab bahwa itu sesuai dengan Standard Operasional Prosedur (SOP).
"Katanya memang SOPnya begitu," ujarnya kecewa.
Hal yang sama diungkapkan oleh Pelaksana Harian Geopark Tambora, Taufik Amri. Ia mengaku prihatin terhadap aksi pengerukan  batu di lokasi Situs Geopark Tambora. Tapi ia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kami ini hanya pelaksana harian saja tidak punya kewenangan untuk memberikan izin atau melarang," jelasnya.
Ia mengaku prihatin karena batu-batu yang diambil merupakan batu-batu geosite yang terbentuk dari letusan Gunung Tambora atau dari Gunung Dorobente itu sendiri.
"Jadi akan sangat merusak nilai sejarahnya," ungkapnya prihatin. (AMIN)