Ketua Persit dan Ketua Bhayangkari Bima Hadiri Festival Rimpu Mbojo di Monas

Kategori Berita

.

Ketua Persit dan Ketua Bhayangkari Bima Hadiri Festival Rimpu Mbojo di Monas

Koran lensa pos
Minggu, 15 Juli 2018
Jakarta, Lensa Post NTB – Paguyuban masyarakat Perantau Dompu - Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) se Jabodetabek menggelar acara Festival Rimpu Mbojo, minggu (15/7/2018). Festival Rimpu dimaksudkan untuk mengenalkan budaya leluhur Bima ke masyarakat luas. Hadir memeriahkan acara tersebut, mantan Gubernur NTB, Drs. H. Harun al Rasyid, M.Si, mantan Ketua MK, H Hamdan Zoelva, Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri, Bupati Dompu Drs. H. Bambang M. Yasin dan beberapa Pejabat penting, termasuk Ibu Ketua Persit 1608/ Bima dan Ibu Ketua Bhayangkari Polres Bima, nampak terlihat Ketua TP.PKK Kota Bima, Hj. Yani Marlina  M. Qurais.
Ketua Persit atau Istri Dandim 1608/ Bima, Ny. Betty Rachmawati, S.Psi mengapresiasi festival Rimpu Mbojo, menurutnya kegiatan tersebut sangat positif dalam rangka menghidupkan dan melestarikan budaya leluhur dan sebagai pakaian khas masyarakat Bima sejak dulu. Semoga budaya Rimpu dapat terus terjaga dan dilestarikan, dan jangan sampai kita meninggalkan kebudayaan kita sendiri, harap Betty. 
Untuk diketahui, bahwa perhelatan akbar yang pertama kali di gelar ini juga untuk menyambung tali silaturahmi dan mengobati rasa kangen perantau Dompu, Bima di Jabodetabek. Rimpu merupakan bagian dari budaya unik dengan menggunakan sarung tenun khas (tembe nggoli) yang terdiri dari 2 (dua) lembar sarung, satu digunakan untuk bagian atas (kepala) dan satunya lagi untuk menutup bagian bawah (badan hingga ujung kaki), biasanya para lelaki menggunakannya untuk katente tembe. 

ra memakai rimpu cukup sederhana, kain bagian atas dilingkarkan pada kepala hingga yang terlihat hanya wajah (Rimpu Colo) atau terlihat matanya saja (Rimpu Mpida).Seiring kemajuan menenun, Rimpu tidak hanya menggunakan tembe nggoli, kini tersedia beragam songket dengan motif-motif yang indah, namun motif yang banyak digunakan adalah motif dari filosofi Nggusu Waru seperti; bunga bersudut delapan, weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai). Budaya rimpu mulai dikenal sejak masuknya agama Islam di Bima Dompu yang dibawa oleh tokoh-tokoh agama Islam dari tanah Gowa Makassar. Meskipun di masyarakat Gowa sendiri tidak mengenal budaya rimpu. 
Jadi rimpu, merupakan kearifan lokal budaya perempuan Bima  yang menjunjung tinggi ajaran Islam bahwa setiap perempuan yang sudah aqil balik diharuskan menggunakan busana hijab islam. (LP.NTB/Tim)